BrakkkJourdy membuka kasar pintu kamar mandi dengan tergesa-gesa, pandangannya langsung tertuju pada Carla yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di atas lantai kamar mandi. Rasa sesal telah menghantuinya saat ini melihat keadaan Carla yang sangat mengkhawatirkan, “Carla! Bangun, Carla! Apa kau mendengarku?” “Carla!” panggil Jourdy sekali lagi. Tanpa berlama-lama lagi, Jourdy segera mengangkat tubuh Carla dan membawanya ke atas kasur untuk dibaringkan. Tak lupa Jourdy juga langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh Carla yang sudah sangat kedinginan, entah apa yang terjadi pada Carla tapi Jourdy yakin kalau keadaannya cukup parah. “Aku harus segera menelepon dokter,” tukas Jourdy kemudian berniat menelepon dokter.Namun baru saja selangkah Jourdy menjauh, tangan Carla lebih dulu menggenggam halus lengan lelaki itu menahannya untuk pergi. Sontak saja Jourdy terkejut dan ia langsung memandang ke arah Carla yang perlahan sedang berusaha membuka kelopak matanya, “Carla, kau suda
“Hai, Jourdy.” Kania menyapa Jourdy dengan manis setelah wanita itu masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Jourdy.Jourdy yang melihat kedatangan mantan istrinya langsung menatap wanita itu dengan malas dan tak bergairah, “Untuk apa kau datang ke sini, Kania?” “Tentu saja untuk bertemu denganmu, Sayang. Memangnya kau tidak merindukanku?” tanya Kania manja. “Tidak,” sahut Jourdy singkat dan padat. Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Kania langsung duduk di atas pangkuan Jourdy dan mengalungkan kedua lengannya di leher lelaki itu. Tatapan Kania tak henti-hentinya tertuju pada wajah tampan Jourdy yang sangat mengagumkan, “Apakah kau benar-benar tidak merindukanku, Jourdy?” “Padahal aku sangat merindukanmu, aku selalu mengingat semua kenangan manis yang pernah kita lewati bersama. Bukankah seharusnya kita masih mengulang dan memperbaiki semuanya?” lanjut Kania lagi mulai kembali membujuk Jourdy untuk bisa membangun kembali asmara mereka yang sudah pupus. Jourdy yang sudah terlalu mal
Sudah pukul enam sore, tetapi Jourdy belum juga pulang ke rumah. Padahal biasanya suami Carla itu akan sampai di rumah pada pukul lima, namun hari ini lelaki itu belum kelihatan batang hidungnya pun sama sekali.“Ke mana, Jourdy? Apakah dia tidak akan pulang malam ini?” gumam Carla sambil terus melihat ke arah luar jendela menunggu kedatangan suaminya. Bukannya merasa cemas atau mengkhawatirkan lelaki itu, hanya saja Carla sedikit berharap kalau Jourdy tidak akan pulang malam ini. Dengan begitu Carla bisa pergi dari rumah untuk menemui Kevin, sebab sampai kini Carla belum memiliki kesempatan bertemu lelaki yang sangat ia rindukan. Selain itu, Carla juga sangat ingin bertemu dengan putri kecilnya yang sudah terus menanyakan keberadaannya melalui pesan chat. Hidupnya yang rumit membuat Carla merasa telah kehilangan banyak kesempatan berharga, namun apalah dayanya yang tak punya kuasa apapun. “Sepertinya Jourdy tidak akan pulang ke rumah malam ini, aku harus memanfaatkan kesempatan.”
“Carla!” teriak Jourdy dengan sangat kencang hingga membuat supir yang membawanya terkejut bukan main.“Tuan, apakah Tuan baik-baik saja?” tanyanya cemas. Jourdy mengatur nafasnya yang tak beraturan sembari memperbaiki posisi duduknya yang terlalu berantakan, keringat dingin mengucur cukup deras di keningnya. Matanya terus berputar ke arah jalan untuk mencari sesuatu yang sedang ia pikirkan saat ini, namun sepertinya ia hanya mengalami bunga tidur yang cukup mengganggu. “Aku baik-baik saja,” sahut Jourdy lirih. Baru saja Jourdy bermimpi jika Carla kabur dari rumahnya dan pergi menemui Kevin Hugo, entah apa maksud dari mimpinya itu namun yang pasti jika sampai kejadian ini menjadi kenyataan maka ia akan memberikan pelajaran pada Carla. Tangan Jourdy segera merogoh ponsel yang berada di saku jasnya kemudian ia menelepon salah satu anak buahnya untuk memastikan keberadaan Carla saat ini, “Halo.”“Apakah Carla berada di rumah? Dia tidak pergi ke manapun, bukan?” tanya Jourdy setelah
Carla menghentikan langkahnya tepat di depan ruang rawat Kevin yang dulu ia ingat, namun tempat itu nampak kosong tak berpenghuni. Padahal Carla sangat yakin jika dirinya tidak salah tujuan, karena di sinilah Kevin dirawat sejak hari kecelakaan itu terjadi.“Ke mana perginya Kevin? Kenapa dia tak ada di sini?” gumamnya kebingungan sembari mencari petunjuk untuk bisa menemukan keberadaan mantan suaminya. Hingga seorang suster melintas di hadapan Carla dan membuat wanita itu bergegas bertanya padanya, “Suster, ke mana perginya lelaki yang dirawat di kamar ini?”“Oh, sepertinya sudah pulang karena dari kemarin kamar ini kosong.” Suster menjawab seadanya yang ia tahu. Carla mengangguk kecil merasa paham dengan jawaban yang diberikan wanita itu, kemudian Carla membiarkannya pergi dari hadapannya. Rasa sesal muncul di hati Carla sebab ia harus kehilangan kesempatan untuk bertemu Kevin, apalagi ia akan semakin kesulitan bertemu lelaki itu jika sudah pulang ke rumah Lula dan Dani. Padahal
Berulang kali Jourdy mengatur nafasnya yang tak beraturan akibat emosi yang sedang ia alami dalam dirinya, kepergian Carla dari rumah itu ternyata sudah Jourdy ketahui dan membuatnya sangat marah.Bahkan semua asisten juga para ajudannya sudah terkena amarah Jourdy, karena menurutnya mereka tak bisa menjaga amanah yang Jourdy berikan untuk menjaga Carla agar tetap berada di rumah itu. “Sialan, berani-beraninya Carla pergi dari rumah! Sepertinya dia belum merasa jera dengan semua perlakuanku padanya,” gumam Jourdy dengan geraham yang mengeras akibat amarah yang membara dalam dirinya. Tiba-tiba seorang anak buah Jourdy datang menghampiri dengan wajah yang gugup dan ketakutan, “Tu-tuan Jourdy, maaf saya ingin memberi tahu kalau kami tak bisa menemukan Nyonya Carla di semua sudut rumah ini.” “Kalian semua memang tak berguna! Menjaga satu wanita saja tak bisa, apalagi kalau aku memberikan amanah lain yang jauh lebih besar!” bentak Jourdy dengan sorot mata yang sangat tajam. Lelaki itu
PlakkkSebuah tamparan yang cukup keras mendarat tepat di pipi Carla hingga memerah lebam, wanita itu hanya bisa tertunduk lemah di hadapan suaminya yang sangat kejam. Lelaki yang seharusnya bisa menjadi pelindung Carla dan menjaganya dengan baik justru malah memberikan derita juga kekerasan padanya, sehingga Carla tak tahu lagi harus bersyukur atau tidak memiliki suami seperti Jourdy Fernando. “Kau benar-benar tak takut padaku, ya?” teriak Jourdy di depan wajah Carla. Kedua mata Carla terpejam ketakutan melihat amarah suaminya, bibirnya kaku dan tak mampu menjawab perkataan Jourdy padanya.Hal ini membuat Jourdy semakin marah pada Carla dan ia kembali berteriak, “Apakah kau bisu? Sepertinya kau tak bisa bicara! Aku menyesal telah menikahi wanita sepertimu!” “Kalau begitu ceraikan saja aku!” sahut Carla dengan berteriak tak kalah kencang dari Jourdy. Mendengar jawaban Carla, Jourdy terdiam tak menyangka. Ia cukup terkejut melihat Carla berani membentaknya balik seperti ini, Jourd
“Selamat pagi, Jourdy!” sapa Kania hangat.Jourdy mengerjakan matanya berulang kali, memastikan penampakan di depannya saat ini memanglah nyata. Wajahnya terlihat sangat kebingungan, sebab tak menyangka jika mantan istrinya berada di rumahnya begitu saja padahal ia tak merasa menyuruhnya untuk datang.“Mengapa kau ada di sini?” tanya Jourdy heran. Sambil merangkul hangat bahu lelaki itu, Kania tersenyum manis pada Jourdy kemudian menjawab, “Aku sengaja datang ke sini pagi-pagi, karena aku ingin menyiapkan sarapan untukmu.”“Tak perlu, karena aku sudah punya istri.” Jourdy menolak mentah-mentah niat baik Kania padanya sembari menghempaskan lengan wanita itu dari tubuhnya. Kania tahu akan penolakan yang pasti dilakukan Jourdy, sehingga ia sudah tak kaget lagi. Namun bukan Kania namanya, jika ia mudah menyerah begitu saja. Meskipun Jourdy sudah memiliki istri lagi tapi ia akan tetap berusaha untuk mendapatkan hati Jourdy kembali, “Loh tapi bahkan sekarang istrimu belum bangun, jadi un
Hari yang ditunggu telah tiba, hari di mana dua insan manusia akan dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang sakral. Semua orang tersenyum bahagia ketika Kevin meraih kedua tangan Kania dengan erat dan menatapnya sangat serius, mereka sudah menjadi sepasang suami istri yang sangat bahagia.Senyuman juga tak henti-hentinya terukir di bibir Carla melihat lelaki yang pernah ia sangat cintai telah mendapatkan pujaan hatinya, bagaimanapun juga Kevin akan tetap memiliki tempat tersendiri di hati Carla. Meskipun mereka sudah tak lagi bersama, Carla akan tetap menyimpan perasaan cintanya untuk Kevin. Bukan lagi perasaan cinta yang ingin memiliki, tetapi perasaan cinta yang harus ia rawat dan ia abadikan dalam hidupnya. Cukup mengenangnya, dan menjadikannya kenangan paling berharga hingga tak pernah terlupakan. Apalagi Kevin akan tetap menjadi ayah kandung dari anaknya, Angel Hugo. “Semoga saja mereka berdua selalu bersama dan bahagia,” ujar Jourdy pelan sembari ikut tersenyum manis. Sembar
Kevin dan Kania berjalan memasuki rumah Jourdy dengan perasaan yang tak tenang, sedikit cemas melihat reaksi anak-anak mereka saat mengetahui keduanya akan segera menikah. Apalagi itu artinya, Sheila dan Angel akan semakin menjadi saudara. Keduanya hanya bisa berharap jika anak-anak mereka bisa menerima keputusan mereka, tanpa adanya keraguan sedikitpun.“Ayah!” teriak Angel dengan sangat gembira ketika ia melihat kedatangan Kevin ke rumah itu. Segera Angel berlari sangat kencang menuju ayahnya kemudian memeluk erat tubuh Angel melampiaskan kerinduannya yang teramat besar, begitupun Kevin tak kalah eratnya memeluk tubuh sang anak dan terus mengusap lembut punggung Angel tanpa henti. “Sayang, bagaimana kabarmu? Apakah kau sehat?” tanya Kevin sangat perhatian. Angel menganggukkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan Kevin padanya, “Iya, Ayah. Aku sehat, ayah sendiri bagaimana?”“Ayah juga sehat, Sayang.” Kevin menjawab dengan lembut. Angel terus memandangi Kevin yang sudah cuk
Lula memutar bola matanya dengan malas dan mulai membahas ketidaksetujuannya mengenai niat Kevin akan menikahi Kania, “Mengapa kau selalu keras kepala seperti ini, Kevin? Kau tak pernah mau mendengarkan ibu, padahal kejadian Carla seharusnya membuatmu sadar dan menjadi pemilih ketika akan menentukan pasangan hidup!”“Lalu ibu pikir aku harus mencari pasangan yang bagaimana? Dan seperti apa? Seperti artis? Atau anak konglomerat?” sahut Kevin dengan sangat kesal karena ia tak tahan lagi melihat sikap ibunya yang selalu saja seperti ini. Apalagi sampai detik ini Kevin tak pernah tahu tipe wanita seperti apa yang akan disukai Lula, ia rasa Carla adalah wanita yang sangat cantik, hingga kecantikannya membuat semua orang terpesona. Bahkan wanita itu juga sangat baik, selalu bersikap sopan pada Lula meskipun Lula tak pernah menerimanya dengan baik. Dan jika Lula mencari wanita yang sangat kaya, Kania juga adalah anak orang kaya. Hanya saja sekarang Kania tak memanfaatkan kekayaan orang tua
Carla dan Laras bekerja sama untuk merapihkan kamar bayi yang telah mereka siapkan untuk calon anaknya yang tinggal beberapa bulan lagi akan segera lahir ke dunia, keduanya terlihat sangat bersemangat dan antusias. Apalagi Laras yang mengetahui calon cucunya adalah anak laki-laki, seperti impiannya selama ini. “Apakah ini akan terlihat bagus jika disimpan di sini?” tanya Laras pada Carla meminta saran anaknya. Dengan sangat seksama Carla memperhatikan kasur bayi berukuran sedang yang sengaja Laras taruh di pojok kamar tersebut dan ia merasa memang sangat cocok jikalau diletakkan di sana, “Ya, bagus. Lebih baik di situ saja, Bu.”“Baiklah,” sahut Laras lagi kemudian melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Ketika keduanya sedang fokus bekerja, tiba-tiba saja Jourdy masuk ke dalam ruangan itu dan melihat istri serta ibu mertuanya bekerja sama melakukan pekerjaan yang sebenarnya sudah Jourdy sarankan untuk diserahkan kepada para asisten di rumahnya. Namun seperti biasanya, Carla dan
Kevin pulang ke rumahnya bersama dengan Kania, lelaki itu sengaja membawa kekasihnya bersamanya karena ia ingin memperkenalkan Kania kepada kedua orang tuanya. Meskipun sebenarnya Kevin merasa sedikit ragu, ia khawatir jika Lula akan sulit menerima Kania sama seperti yang terjadi pada Carla dulu.Apalagi Kevin sangat mengenal ibunya yang begitu pemilih, hal ini membuat Kevin cemas jika Kania tak bisa seperti Carla yang begitu sabar dan mau menerima sikap Luka yang sangat menyebalkan. Bahkan sebelum sampai di rumahnya, Kevin terus mengingatkan Kania akan sifat ibunya dan memintanya untuk menahan diri bilamana Lula menyinggung perasaannya. “Apakah aku sudah siap?” tanya Kevin ragu-ragu dan begitu gugup.Namun dengan sangat percaya diri Kania menjawab, “Aku siap, Kevin. Kau tak perlu khawatir karena aku pasti bisa mengatasinya, lagipula aku juga sudah sering bertengkar dengan orang lain jadi aku tahu bagaimana harus mengambil tindakan.”Kevin mengernyitkan keningnya sedikit terkejut dan
Atas bantuan Jourdy, Kevin sudah mendapatkan kembali perusahaannya yang dulu sempat tutup karena disita oleh bank. Hari ini tanpa diduga, Jourdy memanggilnya untuk datang ke gedung itu karena Jourdy sudah menyelesaikan semuanya sehingga kepemilikan perusahaannya telah menjadi milik Kevin seutuhnya lagi.Kevin melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya dulu, senyuman kecil terukir di bibirnya karena ia merasa begitu senang sekaligus haru. Semua masalah yang datang kepadanya ternyata masih memiliki akhir yang sangat bahagia, dan tak pernah Kevin duga sebelumnya. Kevin pikir kehidupannya memang telah berakhir, dan semua yang pergi dari hidupnya takkan pernah kembali menjadi miliknya lagi. Ternyata Kevin salah besar, Tuhan selalu punya rencana yang indah untuk Kevin. Meskipun prosesnya sangatlah menyakitkan, namun Kevin bisa melaluinya dengan tegar. “Selamat kembali, Kevin!” tukas Jourdy memberikan ucapan selamat kepada temannya karena telah kembali menjadi Kevin yang dulu. Kevin m
Kevin sudah mencari-cari keberadaan Kania di rumahnya dan beberapa butik yang sering wanita itu kunjungi, tapi ia tak dapat menemukannya di manapun. Apalagi Kania juga sama sekali tak membalas pesan atau mengangkat telepon darinya, hingga Kevin mendapatkan informasi dari salah satu teman Kania yang mengatakan wanita itu sedang berada di salah satu cafe untuk suatu pekerjaan.Buru-buru Kevin mendatangi cafe tersebut untuk menemui Kania, ia ingin sekali bertemu kekasihnya dan mencoba mengembalikan situasi mereka seperti semula. Terlebih kerinduan Kevin pada Kania sudah begitu besar, ia tak bisa menahannya lagi dan Kevin juga sangat takut kehilangan wanita itu dalam hidupnya. Sesampainya di sana, Kevin langsung masuk ke dalam. Ia mencari keberadaan Kania dengan memutar matanya melihat ke setiap sudut cafe tersebut, tapi ia belum juga menemukannya. “Di mana Kania? Mengapa aku masih belum juga menemukannya, apakah dia—.” Kevin langsung menghentikan perkataannya ketika ia melihat wanita
Carla melangkahkan kakinya perlahan di dalam sebuah pusat perbelanjaan yang sangat besar di kotanya, wanita itu ditemani sang suami yang dengan setia berada di sampingnya. Menggenggam erat tangan Carla dan terus memandangi istrinya memastikan keadaannya baik-baik saja, sebab Jourdy khawatir jika Carla akan merasa kelelahan.Meskipun sebenarnya Carla sama sekali tak keberatan harus berjalan-jalan seperti ini, ia justru senang sekali karena bisa menghabiskan waktunya di luar rumah. Ia sudah terlalu bosan selalu berada di rumah. Mengingat suaminya sangatlah protektif, Carla hanya bisa membiarkan lelaki itu melakukan apapun yang ia inginkan. Hingga saat ia tiba di sebuah toko perlengkapan bayi, Carla langsung melangkah masuk ke dalam sana dan menarik kencang lengan Jourdy. Membuat lelaki itu terkejut bukan main, segera Jourdy mengikuti langkah istrinya dan menemaninya memilih beberapa perlengkapan bayi yang sedang ia butuhkan. “Pilih semua barang kau butuhkan, Sayang. Jangan sampai ada
Jourdy datang ke penjara untuk memastikan keadaan Karel dan Hanna di sana, bagaimanapun juga Jourdy ingin melihat keduanya. Ia masih memiliki hati nurani, meskipun kedua manusia itu sudah berusaha menghancurkan kehidupannya. Terutama pada Karel, Jourdy sudah sangat mengenal lelaki itu dari lama.Keluarga Karel juga adalah orang kepercayaannya dan turun kepada Karel hingga menjadi orang terakhir yang bekerja di rumahnya, sehingga Jourdy tak menyangka jika lelaki itu bisa mempunyai niat sangat buruk kepadanya. Padahal ia sudah begitu percaya kepada Karel, namun lelaki itu malah mengkhianatinya. “Bagaimana kabarmu, Karel?” tanya Jourdy dengan datar. Karel mengangkat kepalanya menatap Jourdy dengan ragu-ragu kemudian ia kembali menunduk tak lagi berani menatap wajah lelaki itu, “Aku baik, Tuan.”“Jangan memanggilku Tuan lagi, Karel. Karena sekarang kau sudah tidak lagi bekerja denganku,” sahut Jourdy sangat serius. Karel tak tahu harus menjawab apa, ia bingung harus bersikap bagaimana