Berulang kali Jourdy mengatur nafasnya yang tak beraturan akibat emosi yang sedang ia alami dalam dirinya, kepergian Carla dari rumah itu ternyata sudah Jourdy ketahui dan membuatnya sangat marah.Bahkan semua asisten juga para ajudannya sudah terkena amarah Jourdy, karena menurutnya mereka tak bisa menjaga amanah yang Jourdy berikan untuk menjaga Carla agar tetap berada di rumah itu. “Sialan, berani-beraninya Carla pergi dari rumah! Sepertinya dia belum merasa jera dengan semua perlakuanku padanya,” gumam Jourdy dengan geraham yang mengeras akibat amarah yang membara dalam dirinya. Tiba-tiba seorang anak buah Jourdy datang menghampiri dengan wajah yang gugup dan ketakutan, “Tu-tuan Jourdy, maaf saya ingin memberi tahu kalau kami tak bisa menemukan Nyonya Carla di semua sudut rumah ini.” “Kalian semua memang tak berguna! Menjaga satu wanita saja tak bisa, apalagi kalau aku memberikan amanah lain yang jauh lebih besar!” bentak Jourdy dengan sorot mata yang sangat tajam. Lelaki itu
PlakkkSebuah tamparan yang cukup keras mendarat tepat di pipi Carla hingga memerah lebam, wanita itu hanya bisa tertunduk lemah di hadapan suaminya yang sangat kejam. Lelaki yang seharusnya bisa menjadi pelindung Carla dan menjaganya dengan baik justru malah memberikan derita juga kekerasan padanya, sehingga Carla tak tahu lagi harus bersyukur atau tidak memiliki suami seperti Jourdy Fernando. “Kau benar-benar tak takut padaku, ya?” teriak Jourdy di depan wajah Carla. Kedua mata Carla terpejam ketakutan melihat amarah suaminya, bibirnya kaku dan tak mampu menjawab perkataan Jourdy padanya.Hal ini membuat Jourdy semakin marah pada Carla dan ia kembali berteriak, “Apakah kau bisu? Sepertinya kau tak bisa bicara! Aku menyesal telah menikahi wanita sepertimu!” “Kalau begitu ceraikan saja aku!” sahut Carla dengan berteriak tak kalah kencang dari Jourdy. Mendengar jawaban Carla, Jourdy terdiam tak menyangka. Ia cukup terkejut melihat Carla berani membentaknya balik seperti ini, Jourd
“Selamat pagi, Jourdy!” sapa Kania hangat.Jourdy mengerjakan matanya berulang kali, memastikan penampakan di depannya saat ini memanglah nyata. Wajahnya terlihat sangat kebingungan, sebab tak menyangka jika mantan istrinya berada di rumahnya begitu saja padahal ia tak merasa menyuruhnya untuk datang.“Mengapa kau ada di sini?” tanya Jourdy heran. Sambil merangkul hangat bahu lelaki itu, Kania tersenyum manis pada Jourdy kemudian menjawab, “Aku sengaja datang ke sini pagi-pagi, karena aku ingin menyiapkan sarapan untukmu.”“Tak perlu, karena aku sudah punya istri.” Jourdy menolak mentah-mentah niat baik Kania padanya sembari menghempaskan lengan wanita itu dari tubuhnya. Kania tahu akan penolakan yang pasti dilakukan Jourdy, sehingga ia sudah tak kaget lagi. Namun bukan Kania namanya, jika ia mudah menyerah begitu saja. Meskipun Jourdy sudah memiliki istri lagi tapi ia akan tetap berusaha untuk mendapatkan hati Jourdy kembali, “Loh tapi bahkan sekarang istrimu belum bangun, jadi un
“Kevin, kau akan pergi ke mana?” tanya Lula dengan wajah kebingungan sekaligus mencemaskan putranya.Kevin hanya menjawab tenang, “Aku akan pergi mencari Carla, aku tak bisa saja membiarkan istri berada di luar sana entah di mana.” Lula menghela nafasnya dengan kasar namun terkesan malas karena ia sudah benar-benar enggan mendengar nama wanita itu di telinganya, “Cukup, Kevin. Kau tak perlu mencari Carla lagi, untuk apa kau terus memikirkan wanita yang sama sekali tak peduli lagi padamu.” “Bu, mengapa ibu selalu mengatakan hal seperti itu pada Carla? Aku yakin kalau Carla masih sangat peduli padaku, lagipula bagaimana jika ternyata Carla sedang berada dalam masalah ini dan tak ada yang bisa menolongnya.” Kevin masih bersikeras mempertahankan niatnya untuk mencari keberadaan Carla. Rasanya Lula sudah tak tahan lagi dengan semua sandiwara yang ia sembunyikan selama ini sehingga ia segera menjawab, “Carla sudah pergi meninggalkanmu, Kevin. Dia sudah menceraikanmu, jadi kalian sudah be
“Kau bahkan tak mengucapkan terima kasih kepadaku, Jourdy.” Hanna melakukan protes terhadap Jourdy.Jourdy hanya menghela nafasnya dengan malas sembari menatap datar ke arah Hanna yang sejak tadi pagi terus mengomel padanya, “Bisakah kau berhenti mengomel seperti ini? Aku benar-benar sudah lelah mendengarmu, jadi tolong berhentilah!” “Aku tak bisa berhenti karena kau telah melukai perasaanku,” sahut Hanna ketus dengan sedikit emosi. Sebenarnya Jourdy sudah malas berurusan dengan Hanna yang terus mengganggunya, hanya saja ia merasa tak punya tempat untuk bersandar lagi kala hatinya sedang gundah dan gelisah. Apalagi meskipun sekarang Jourdy sudah menikah dengan Carla namun hubungan keduanya sama sekali tidak seperti sepasang suami istri, mereka saling bersikap dingin dan tak memperdulikan satu sama lain. Sedingin dan sekejam apapun Jourdy, ia tetaplah manusia biasa yang tak ingin merasa kesepian. Dan kehadiran Hanna setidaknya bisa membantu Jourdy mengatasi rasa sepinya yang seringk
Carla berjalan dengan sangat cepat keluar dari gedung perusahaan milik suaminya yang cukup besar, hatinya benar-benar marah dan muak pada tingkah laku Jourdy yang masih saja memperlakukannya dengan buruk.Padahal Carla hanya berusaha untuk bisa membuat hubungan mereka menjadi lebih harmonis, karena meskipun Carla tidak mencintai Jourdy namun ia tahu kalau dirinya tidak akan bisa lepas dari lelaki itu. Sehingga mau tak mau Carla harus menerima takdirnya yaitu menjadi istri Jourdy, ia hanya berusaha menciptakan hubungan yang rukun diantara mereka. Tanpa diduga Jourdy mengejar kepergian istrinya, ia dengan cepat menangkap lengan Carla menahan wanita itu untuk semakin menjauh. Carla yang terkejut dengan cengkeraman Jourdy segera menatap lelaki itu kebingungan, ditambah sedikit emosi karena masih belum bisa melupakan kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu. “Apa yang kau lakukan?” tanya Carla heran. “Kau mau pergi ke mana?” tanya balik Jourdy dingin. Carla terkekeh kecil dengan sinis
Hanna baru saja keluar dari kantornya, berniat mengejar kepergian Jourdy dan Carla yang mungkin memang telah beranjak dari tempat itu. Namun pandangannya kini tertuju pada seorang lelaki yang sedang duduk sendirian di bangku trotoar dengan tatapan yang kosong, Hanna mengenal lelaki itu sehingga ia memutuskan untuk menghampirinya.Dengan senyuman yang sangat manis Hanna menyapa lelaki itu, “Hai, Kevin.”Spontan Kevin menoleh ke arah wanita yang baru saja menyapanya, keningnya langsung berkerut kencang berusaha mengenali Hanna tetapi sepertinya ia benar-benar lupa dan tak dapat mengingat apapun mengenai wanita itu. “Maaf, kau siapa? Mengapa kau mengenalku?” tanya Kevin dengan sopan dan ramah. “Astaga, Kevin? Apakah kau benar-benar tak mengenaliku?” ujar Hanna dengan sedikit kecewa dan berusaha menggoda Kevin. Sembari duduk di samping lelaki itu Hanna kembali berkata, “Oh ayolah, Kevin. Bagaimana bisa kau melupakanku?”“Apakah kita saling mengenal sebelumnya? Tapi aku benar-benar tak
“Jourdy, lepaskan aku! Kau menyakitiku!” protes dengan sangat kesal dan penuh emosi.Bukannya mendengarkan keluhan sang istri, Jourdy malah terus menariknya masuk ke dalam kamar mereka. Barulah di sana Jourdy melepaskan Carla dengan membanting tubuh wanita ke atas kasur, Carla hanya bisa pasrah dan merasakan sedikit ngilu di tubuhnya yang mungil. Mereka saling bertatapan dengan tajam, sama-sama merasakan kesal satu sama lain. Apalagi Jourdy sangat muak pada tindakan yang dilakukan istrinya barusan, ia tak pernah mengizinkan wanita itu pergi keluar dari rumah namun mengapa Carla malah melanggar aturannya. “Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak pergi dari rumah tanpa sepengetahuanku, mengapa kau malah terus melanggarnya seperti ini?” bentak Jourdy kesal. Carla benar-benar tak mengerti apa alasan Jourdy mengurungnya di rumah seperti ini, Carla juga tak tahu apa yang sebenarnya Jourdy takutkan jika Carla berada di luar rumah. Padahal sekalipun Carla kabur, ia tak pernah tahu harus per
Hari yang ditunggu telah tiba, hari di mana dua insan manusia akan dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang sakral. Semua orang tersenyum bahagia ketika Kevin meraih kedua tangan Kania dengan erat dan menatapnya sangat serius, mereka sudah menjadi sepasang suami istri yang sangat bahagia.Senyuman juga tak henti-hentinya terukir di bibir Carla melihat lelaki yang pernah ia sangat cintai telah mendapatkan pujaan hatinya, bagaimanapun juga Kevin akan tetap memiliki tempat tersendiri di hati Carla. Meskipun mereka sudah tak lagi bersama, Carla akan tetap menyimpan perasaan cintanya untuk Kevin. Bukan lagi perasaan cinta yang ingin memiliki, tetapi perasaan cinta yang harus ia rawat dan ia abadikan dalam hidupnya. Cukup mengenangnya, dan menjadikannya kenangan paling berharga hingga tak pernah terlupakan. Apalagi Kevin akan tetap menjadi ayah kandung dari anaknya, Angel Hugo. “Semoga saja mereka berdua selalu bersama dan bahagia,” ujar Jourdy pelan sembari ikut tersenyum manis. Sembar
Kevin dan Kania berjalan memasuki rumah Jourdy dengan perasaan yang tak tenang, sedikit cemas melihat reaksi anak-anak mereka saat mengetahui keduanya akan segera menikah. Apalagi itu artinya, Sheila dan Angel akan semakin menjadi saudara. Keduanya hanya bisa berharap jika anak-anak mereka bisa menerima keputusan mereka, tanpa adanya keraguan sedikitpun.“Ayah!” teriak Angel dengan sangat gembira ketika ia melihat kedatangan Kevin ke rumah itu. Segera Angel berlari sangat kencang menuju ayahnya kemudian memeluk erat tubuh Angel melampiaskan kerinduannya yang teramat besar, begitupun Kevin tak kalah eratnya memeluk tubuh sang anak dan terus mengusap lembut punggung Angel tanpa henti. “Sayang, bagaimana kabarmu? Apakah kau sehat?” tanya Kevin sangat perhatian. Angel menganggukkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan Kevin padanya, “Iya, Ayah. Aku sehat, ayah sendiri bagaimana?”“Ayah juga sehat, Sayang.” Kevin menjawab dengan lembut. Angel terus memandangi Kevin yang sudah cuk
Lula memutar bola matanya dengan malas dan mulai membahas ketidaksetujuannya mengenai niat Kevin akan menikahi Kania, “Mengapa kau selalu keras kepala seperti ini, Kevin? Kau tak pernah mau mendengarkan ibu, padahal kejadian Carla seharusnya membuatmu sadar dan menjadi pemilih ketika akan menentukan pasangan hidup!”“Lalu ibu pikir aku harus mencari pasangan yang bagaimana? Dan seperti apa? Seperti artis? Atau anak konglomerat?” sahut Kevin dengan sangat kesal karena ia tak tahan lagi melihat sikap ibunya yang selalu saja seperti ini. Apalagi sampai detik ini Kevin tak pernah tahu tipe wanita seperti apa yang akan disukai Lula, ia rasa Carla adalah wanita yang sangat cantik, hingga kecantikannya membuat semua orang terpesona. Bahkan wanita itu juga sangat baik, selalu bersikap sopan pada Lula meskipun Lula tak pernah menerimanya dengan baik. Dan jika Lula mencari wanita yang sangat kaya, Kania juga adalah anak orang kaya. Hanya saja sekarang Kania tak memanfaatkan kekayaan orang tua
Carla dan Laras bekerja sama untuk merapihkan kamar bayi yang telah mereka siapkan untuk calon anaknya yang tinggal beberapa bulan lagi akan segera lahir ke dunia, keduanya terlihat sangat bersemangat dan antusias. Apalagi Laras yang mengetahui calon cucunya adalah anak laki-laki, seperti impiannya selama ini. “Apakah ini akan terlihat bagus jika disimpan di sini?” tanya Laras pada Carla meminta saran anaknya. Dengan sangat seksama Carla memperhatikan kasur bayi berukuran sedang yang sengaja Laras taruh di pojok kamar tersebut dan ia merasa memang sangat cocok jikalau diletakkan di sana, “Ya, bagus. Lebih baik di situ saja, Bu.”“Baiklah,” sahut Laras lagi kemudian melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Ketika keduanya sedang fokus bekerja, tiba-tiba saja Jourdy masuk ke dalam ruangan itu dan melihat istri serta ibu mertuanya bekerja sama melakukan pekerjaan yang sebenarnya sudah Jourdy sarankan untuk diserahkan kepada para asisten di rumahnya. Namun seperti biasanya, Carla dan
Kevin pulang ke rumahnya bersama dengan Kania, lelaki itu sengaja membawa kekasihnya bersamanya karena ia ingin memperkenalkan Kania kepada kedua orang tuanya. Meskipun sebenarnya Kevin merasa sedikit ragu, ia khawatir jika Lula akan sulit menerima Kania sama seperti yang terjadi pada Carla dulu.Apalagi Kevin sangat mengenal ibunya yang begitu pemilih, hal ini membuat Kevin cemas jika Kania tak bisa seperti Carla yang begitu sabar dan mau menerima sikap Luka yang sangat menyebalkan. Bahkan sebelum sampai di rumahnya, Kevin terus mengingatkan Kania akan sifat ibunya dan memintanya untuk menahan diri bilamana Lula menyinggung perasaannya. “Apakah aku sudah siap?” tanya Kevin ragu-ragu dan begitu gugup.Namun dengan sangat percaya diri Kania menjawab, “Aku siap, Kevin. Kau tak perlu khawatir karena aku pasti bisa mengatasinya, lagipula aku juga sudah sering bertengkar dengan orang lain jadi aku tahu bagaimana harus mengambil tindakan.”Kevin mengernyitkan keningnya sedikit terkejut dan
Atas bantuan Jourdy, Kevin sudah mendapatkan kembali perusahaannya yang dulu sempat tutup karena disita oleh bank. Hari ini tanpa diduga, Jourdy memanggilnya untuk datang ke gedung itu karena Jourdy sudah menyelesaikan semuanya sehingga kepemilikan perusahaannya telah menjadi milik Kevin seutuhnya lagi.Kevin melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya dulu, senyuman kecil terukir di bibirnya karena ia merasa begitu senang sekaligus haru. Semua masalah yang datang kepadanya ternyata masih memiliki akhir yang sangat bahagia, dan tak pernah Kevin duga sebelumnya. Kevin pikir kehidupannya memang telah berakhir, dan semua yang pergi dari hidupnya takkan pernah kembali menjadi miliknya lagi. Ternyata Kevin salah besar, Tuhan selalu punya rencana yang indah untuk Kevin. Meskipun prosesnya sangatlah menyakitkan, namun Kevin bisa melaluinya dengan tegar. “Selamat kembali, Kevin!” tukas Jourdy memberikan ucapan selamat kepada temannya karena telah kembali menjadi Kevin yang dulu. Kevin m
Kevin sudah mencari-cari keberadaan Kania di rumahnya dan beberapa butik yang sering wanita itu kunjungi, tapi ia tak dapat menemukannya di manapun. Apalagi Kania juga sama sekali tak membalas pesan atau mengangkat telepon darinya, hingga Kevin mendapatkan informasi dari salah satu teman Kania yang mengatakan wanita itu sedang berada di salah satu cafe untuk suatu pekerjaan.Buru-buru Kevin mendatangi cafe tersebut untuk menemui Kania, ia ingin sekali bertemu kekasihnya dan mencoba mengembalikan situasi mereka seperti semula. Terlebih kerinduan Kevin pada Kania sudah begitu besar, ia tak bisa menahannya lagi dan Kevin juga sangat takut kehilangan wanita itu dalam hidupnya. Sesampainya di sana, Kevin langsung masuk ke dalam. Ia mencari keberadaan Kania dengan memutar matanya melihat ke setiap sudut cafe tersebut, tapi ia belum juga menemukannya. “Di mana Kania? Mengapa aku masih belum juga menemukannya, apakah dia—.” Kevin langsung menghentikan perkataannya ketika ia melihat wanita
Carla melangkahkan kakinya perlahan di dalam sebuah pusat perbelanjaan yang sangat besar di kotanya, wanita itu ditemani sang suami yang dengan setia berada di sampingnya. Menggenggam erat tangan Carla dan terus memandangi istrinya memastikan keadaannya baik-baik saja, sebab Jourdy khawatir jika Carla akan merasa kelelahan.Meskipun sebenarnya Carla sama sekali tak keberatan harus berjalan-jalan seperti ini, ia justru senang sekali karena bisa menghabiskan waktunya di luar rumah. Ia sudah terlalu bosan selalu berada di rumah. Mengingat suaminya sangatlah protektif, Carla hanya bisa membiarkan lelaki itu melakukan apapun yang ia inginkan. Hingga saat ia tiba di sebuah toko perlengkapan bayi, Carla langsung melangkah masuk ke dalam sana dan menarik kencang lengan Jourdy. Membuat lelaki itu terkejut bukan main, segera Jourdy mengikuti langkah istrinya dan menemaninya memilih beberapa perlengkapan bayi yang sedang ia butuhkan. “Pilih semua barang kau butuhkan, Sayang. Jangan sampai ada
Jourdy datang ke penjara untuk memastikan keadaan Karel dan Hanna di sana, bagaimanapun juga Jourdy ingin melihat keduanya. Ia masih memiliki hati nurani, meskipun kedua manusia itu sudah berusaha menghancurkan kehidupannya. Terutama pada Karel, Jourdy sudah sangat mengenal lelaki itu dari lama.Keluarga Karel juga adalah orang kepercayaannya dan turun kepada Karel hingga menjadi orang terakhir yang bekerja di rumahnya, sehingga Jourdy tak menyangka jika lelaki itu bisa mempunyai niat sangat buruk kepadanya. Padahal ia sudah begitu percaya kepada Karel, namun lelaki itu malah mengkhianatinya. “Bagaimana kabarmu, Karel?” tanya Jourdy dengan datar. Karel mengangkat kepalanya menatap Jourdy dengan ragu-ragu kemudian ia kembali menunduk tak lagi berani menatap wajah lelaki itu, “Aku baik, Tuan.”“Jangan memanggilku Tuan lagi, Karel. Karena sekarang kau sudah tidak lagi bekerja denganku,” sahut Jourdy sangat serius. Karel tak tahu harus menjawab apa, ia bingung harus bersikap bagaimana