Beranda / Rumah Tangga / Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon) / 18. Mereka Merencanakan Ini Sendiri

Share

18. Mereka Merencanakan Ini Sendiri

Penulis: Nyemoetdz Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 23:19:00

"Mau ke mana dulu, Mas?"

Damar tidak mengarahkan mobil ke rumahnya. Dia malah ke jalur lain tanpa Jenar tau tujuan karena tidak diberitahu.

"Ingin bertemu atasanku untuk izin menikah agar lebih mudah dan cepat," jawab pria tampan berlesung pipi yang fokus dengan jalan.

"Mas, apa ini tidak terlalu cepat?" Jenar menghela nafas pelan, padahal baru beberapa hari, tapi semua seperti terburu-buru untuknya.

"Untuk proses yang panjang, ini tidak terlalu cepat. Memangnya kenapa? Sejak kemarin kamu bilang ini terlalu cepat." Pengajuan izin menikah untuk abdi negara itu jauh lebih rumit dan harus teliti, jadi Damar ingin memulainya lebih cepat.

"Ya karena masih masa berduka. Bukan karena hal yang lain."

"Hanya bertemu sebentar saja, lagian aku juga sudah janji dengan beliau di kantornya. Mumpung kamu di sini, jadi kita temui sebentar. Tinggal kamu di sana melalukan tes pengajuan, begitu." Damar mengusap pipi Jenar yang hanya diam. Dia merencanakan tanpa mengatakan dulu pada Jenar yang harusnya t
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   19. Trauma Masa Lalu

    "Sayang, kita—" Ucapan Damar terhenti ketika melihat Jenar lelap dengan posisi menyamping dekat dengan anak Wulan. Wajah lelahnya terlihat, namun dia tidak mengeluhkan karena memang sejak tadi kesal pada Damar."Maafkan aku," tutur Damar Melihat keponakannya bergerak dan akan menangis, Damar segera membawa dalam gendongan agar tidur Jenar tidak terganggu. Dia membawa bayi itu pada ibunya dan Damar kembali ke kamar untuk menyelimuti sebagian tubuh istrinya. Bahkan dia tidak terusik sedikitpun, Damar jadi ingat saat pertama kali mereka bertemu. Jenar menjawab telepon setengah sadar karena tidur.Sejenak dia menatap dengan sungguh-sungguh wajah cantik istrinya. Dari biasa saja, perlahan dia merasa Jenar memang wanita baik. Dia dituntut untuk mengerti kondisi Damar, ketika permintaan ayahnya menjadi keharusan untuk Jenar. Namun, dia tidak banyak menuntut, malah terkesan mereka yang mengatur semua tanpa bertanya apa keinginannya."Mar, ada tamu—" Suara Jatmika, suami Wulan membuat Jenar t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   20. Janji Tidak Rindu

    "Maaf, Mbak jadi membuka luka lamamu." "Tidak apa-apa, Mbak. Hanya tadi aku merasa gugup dan takut saja. Apalagi kita masih berstatus nikah agama, semua terasa tiba-tiba, jadi malu jika ada yang tau. Padahal itu harusnya tidak apa-apa. Malah air mataku jatuh begitu saja." Jenar belum terbiasa saja dengan kedekatan mereka, apalagi dia belum lama mengenal Damar, namun sudah dinikahkan. "Tidak apa-apa, kalian ini sudah suami istri, jadi kau harus membiasakan. Jika merasa takut, maka jelaskan pada Damar supaya dia tidak memaksamu." "Iya, Mbak." "Sudah, ayo masuk. Ada rekan suamimu. Perkenalkan dirimu agar mereka tau wanita seperti apa yang bisa ada di samping adikku. Wanita cantik dan hebat ini yang menjadi pemenangnya." Wulan berhasil menenangkan Jenar, dia juga melihat senyum mengembang di bibir iparnya itu. Setelah acara doa, mereka sedang mengobrol santai dengan keluarga lain. Jenar yang sejak tadi menggendong putri bungsu Wulan, didekati Damar yang baru berani mendekati Jenar.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   21. Pria dari Masa Lalu

    "Sudah sana, daripada kamu tertinggal pesawat." Jenar mengiyakan dan berjalan pergi, sampai Damar kembali berdiri di hadapan istrinya kemudian memeluk erat. "Maafkan aku." Damar melepaskan pelukannya, tak ingin membuat tidak nyaman. Jenar kemudian berjalan masuk ke pesawat. Sesungguhnya dia masih ingin bersama Damar, apalagi dia ingin mengenal jauh keluarga suaminya yang begitu baik. Sayang sekali memang pria sebaik Damar disakiti oleh mantan istrinya. Memerlukan waktu 1 jam 55 menit untuk sampai di komplek militer. Sesampainya di sana ada seseorang yang menghampiri, dia tak lain istri Dika, Prajurit yang Damar maksud tadi. Dia menjelaskan sedikit tentang pengajuan izin nikah dan persyaratan apa saja yang harus Jenar lakukan. Karena sore ini ada jadwal praktek, Jenar bicara sesampainya di rumah. "Dokter bisa membacanya di sini, jika ada yang bingung bisa tanyakan saya. Rumah saya di samping rumah ini, jadi Dokter bisa datang." "Baik. Bisakah panggil nama saja, aku tidak enak dipa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   22. Salah Lagi

    "Ya, aku suaminya. Jangan kau lukai istriku, jika kau ingin hidup dengan tenang." "Bohong! Datanglah ke sini kalau kau memang suaminya," ucap pria itu dengan lantang, tak sungkan jika beberapa orang menatapnya yang bicara dari sambungan telepon. "Tunggu di tempatmu sekarang, jangan pergi." Setelahnya Leo menutup sambungan telepon dan Jenar mengambil ponselnya kembali. Asri, asisten Jenar, coba melindungi dengan menjadi penghalang. Menunggu beberapa menit, seseorang yang menjawab telepon Leo tadi datang. "Siapa kau berani menganggu istriku?" "Kau yakin dia istrimu?" Leo masih saja tidak percaya akan apa yang Jenar katakan tentang pernikahannya. "Kenapa tidak, apa mau mu datang menemui istriku. Pergi dari sini dan jangan kembali. Atau mau aku menyeretmu ke kantor polisi?" Jenar hanya diam ketika seseorang itu coba mengusir Leo. Karena tidak percaya, Leo menantang, namun gagal saat beberapa Prajurit datang untuk membantu. Leo yang takut segera pergi, tidak ingin babak belur denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   23. Menanti dengan Gelisah

    "Apa kemarin Pak Danyon marah? Maaf saya cerita pada beliau karena memang saya ditugaskan menjaga Anda selama beliau di sana," jelas Dika."Ya begitu, tapi tidak apa-apa, Mas, kalau begitu aku berangkat saja, Mas. Jam praktekku 15 menit lagi."Sampai pagi pesan terakhir Jenar tidak dijawab oleh Damar. Dia sungguh marah dengan sikap Jenar, kenapa bisa hal seperti itu Jenar hanya diam.***"Dokter! Kenapa malah melamun? Apa Dokter sakit?" Asri memegang bahu Jenar yang menatap kosong. Tidak hanya sehari Damar tidak memberinya kabar, tapi 3 hari ini. Jahat untuk Jenar, ketika dia dibuat bingung dan ingin sekali bertemu dengan tidak membalas atau menjawab pesan darinya."Aku baik-baik saja. Sedikit pusing, mungkin juga efek haid di hari pertama. Oh ya, apa hari ini jadwal sore diubah. Aku ingin pulang lebih cepat.""Jadwal sore ini kosong, jadi Dokter bisa pulang dan istirahat lebih cepat." Mendengar itu seperti angin segar untuk Jenar. Hari ini jujur saja dia malas untuk melakukan kegiata

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   24. Mulai Timbul Rasa Cinta

    "Mama–" rintihan lirih keluar dari mulut Jenar yang baru sadarkan diri. Matanya perlahan terbuka. "Apa masih terasa sakit?" Karena penglihatan Jenar belum begitu jelas, dia mengedipkan mata beberapa kali. Ingin segera pandangannya segera normal, karena penasaran suara seseorang yang ada di sampingnya begitu dia kenal. "Mas—" panggilnya lirih, aroma tubuh seseorang yang ada di sampingnya membuatnya tau siapa yang bersamanya. "Kamu itu, sudah tau sedang sakit, tapi tetap saja melakukan kegiatan. Ceroboh sekali." "Selalu saja di marahi. Apa tidak boleh aku memelukmu dulu baru marahi aku. Jahat sekali beberapa hari tidak ada kabar, dan sekarang malah marah lagi. Sudah saja usir sekalian aku dari sini," gerutu Jenar yang meluapkan kekesalannya pada Damar, suaminya. "Mau di usir ke mana? Lihat kamu sedang di mana sekarang." Mendengar itu, otak Jenar coba memproses. Dia melihat sekitar dan ada jarum infus yang menacam dilengan kirinya. Coba mengingat sedang di mana dia sekarang.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   25. Cemburu Damar

    Dari cerita yang Wulan katakan pada Damar, dia harus paham kondisi Jenar yang memiliki trauma akan sikap kasar mantan kekasihnya. Jenar menerima pelukan dari Damar, seketika dia menangis. Tidak peduli lagi jika orang lain akan melihatnya atau pun terganggu mendengar tangisnya. Dia sungguh merasa sesuatu hilang ketika tidak mendapat kabar dari Damar. "Memangnya salah jika aku mulai merasa rindu padamu, Mas?" tanyanya, dia mulai terbiasa dengan sikap Damar, kedekatan dan juga perhatian dia. Namun, itu seperti Jenar rasakan sendiri, karena suaminya malah mendiami bukan malah merayu dan membuktikan cintanya. "Tidak juga. Jika kamu tidak merasa rindu, maka aku akan lebih keras lagi membuatmu jatuh hati. Sekarang, perlahan rasa nyaman itu datang. Aku harap kamu tidak menyesal hidup denganku." Masih dalam pelukan suaminya, Jenar membalas pelukan suaminya. "Sudah ah ... aku malu di dengar orang." Setelah puas menangis dan membuat kemeja Damar basah, dia mendorong pelan tubuh suaminya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   26. Menjalani Proses Pengajuan Nikah

    "Apa kamu biasa seperti itu, bersikap manis pada lawan jenis?""Dia teman sesama Dokter, Mas, salah lagi untuk ini? Masa iya aku memasang wajah ketus." Jenar sudah di mobil dengan Damar yang terus menggerutu."Aku bertanya, apa aku sedang mengataimu kenapa jawabanmu seperti itu.""Dari cara Mas bicara, terdengar marah. Bilang saja cemburu selesai.""Ya kalau memang cemburu kenapa, apa kamu lupa lagi arti cincin di jari manismu itu?" Damar menatap tak terima akan jawaban yang isterinya lontarkan."Ah ... bisakah besok-besok saja mendebatkan hal yang jelas tidak seperti Mas pikirkan? Moodku sedang buruk, ini hanya akan membuat kita berdebat saja." Matanya sudah berkaca-kaca, sejak tadi apa yang Damar katakan seperti menantang emosinya.Sesampainya di rumah dan membawakan masuk jajanan yang Jenar beli, Letkol tampan itu segera pamit. Sebelum pergi, dia mencium kening isterinya lama, tanpa bicara apapun. Hal itu sepertinya akan menjadi kebiasaan untuk Damar sekarang."Jam berapa besok kit

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04

Bab terbaru

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   82. Teman Wanita

    "Izin, Ndan! Selamat sore! Baru pulang?" "Sore. Apa isteriku ada di dalam?" tanya Damar yang baru pulang dari latihan hari ini. Jam menunjukkan pukul 5 saat dia sampai Batalyon. "Iya, Ndan. Beliau ada di dalam." Damar melangkah masuk, coba melihat isterinya yang katanya di dalam. Terlihat dia sedang duduk sambil membungkus beberapa hadiah untuk acara besok. Damar tidak langsung menghampiri, dia menatap dari ambang pintu. Kadang dia merasa bersalah ketika melarang Jenar melakukan pekerjaannya. "Loh ... Pak Danyon di sini. Mau jemput Nyonya Jenar bukan, Pak?" Jenar yang mulanya tidak tau kedatangan Damar langsung mencari di mana suaminya berada. Senyumnya mengembang ketika ada pria yang dia cintai berjalan ke arahnya setelah menjawab pertanyaan salah satu anggota Persit. "Apa belum selesai?" tanya Damar. "Izin, sudah, Ndan. Semua selesai, tinggal persiapan untuk besok. Mau mengajak Nyonya Jenar pulang bukan, Ndan?" "Jika sudah selesai, boleh kah?" "Izin, boleh, Ndan. S

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   81. Merasa Bersalah

    "Apa mual, Mbak?" "Sejauh ini tidak, Mbak. Apa memang maunya buah ya, Mbak. Sulit sekali makan nasi. Membayangkan saja sudah terasa mual." "Apalagi bayi kembar, seperti mualnya dobel, tetap semangat. Setelah trimester pertama akan sedikit merasa nyaman. Walau hanya sebentar. Besok ada kegiatan lomba, nanti pukul 2 siang sepertinya ibu-ibu coba untuk menyiapkan hadiah. Apa Mbak ikut?" "Ikutlah, Mbak, malu kalau gak ikut apalagi alasannya hamil. Semua orang juga merasakan itu, aku tidak mau malah di anggap seenaknya sendiri karena kedudukan suamiku." "Lalu untuk jabatan yang ketua berikan bagaimana?" tanya Widi. "Tidak, Mbak. Biar yang lain saja, aku belum siap saja." Jenar diminta menjadi ketua ibu-ibu Persit, dia malah menolaknya. Dia tidak mau dipikir suaminya Danyon, lantas dia bisa menjabat sebagai Ketua. Apalagi dia masih baru. Pengalamannya kurang, itu pikir Jenar. "Aku belum tau banyak, jadi takut salah. Apalagi banyak para senior yang mampu memimpin. Ketua sekarang

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   80. Rujak Buah Serut

    "Kenapa, sudah makan dan habiskan." Jenar hanya menatap makanan yang baru dia makan beberapa suap saja. Padahal tadi begitu senang bisa makan diluar berdua. Nyatanya, setelah mengisi perutnya beberapa suap, dia tidak ingin lagi. "Mas saja yang makan, aku mual." Mata yang berkaca-kaca tanda dia memang sedang menahan rasa mual. Kasihan juga jika sudah seperti ini, Jenar malah tidak bisa makan dengan lahap, rasa mual menyiksanya. Meski itu tanda baik, akan tetapi Damar kasihan pada istrinya. "Enak?" Jenar menangguk senang, dia menyedot susu pisang yang dia minum. Damar mengusap ujung kepala istrinya, dari makanan yang dipesan dia hanya makan 2 suap saja setelahnya Damar yang menghabiskan, dia sangat ingin makan itu, tapi malah mual. Jenar belum tau apa yang pas untuk perutnya, hanya susu pisang yang tidak membuatnya mual. "Maafkan aku, Mas," ucapnya. Usia kandungannya jalan 3 bulan, meski sesekali masih merasa sakit dibagian perutnya, kondisi kehamilan Jenar tetap terkontrol. Apa

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   79. Rencana Gagal

    "Izin, Pak Danyon. Apa kabar!" Dengan sikap hormat, orang dihadapan Damar menjabat sebelum dipersilahkan duduk kembali. "Lama tidak bertemu, Anda juga tidak ada kabarnya, ke mana saja?" Damar tampak senang teman satu satuan dulu datang berkunjung. "Aku masih menjalankan tugas ku di lapangan. Beruntung Anda sekarang sudah dengan tenang membuat rencana untuk Prajurit. Bekerja di balik meja kerja ini."Pria dihadapan Damar adalah seorang kapten, beliau pernah menjadi satu regu ketika penugasan. Belum lagi mereka sering di perintahkan untuk tugas sebelum akhirinya Damar menjadi seorang Komandan Batalyon sekarang. Mereka malah asyik bicara. Apalagi kedatangan Kapten Bambang memiliki sebuah tujuan bukan hanya saling sapa. Damar untuk pulang karena ada tamu, entah akan seperti apa Jenar nanti marah padanya, yang pasti dia tidak bisa pulang sekarang. "Tidak bisakah Anda bergabung latihan kita lusa, satuan mengadakan latihan gabungan aman bersama NKRI, jika mau saya kirimkan jadwalnya."

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   78. Semakin Sensitif Saja

    "Puas sekali menggoda orang, sekarang malah tertawa," gerutu bumil yang masih pagi sudah bawel setelah mengobrol dengan suaminya. "Makanya kamu juga jawabnya begitu. Tenanglah, Sayang, aku masih lama di sini. Karir yang aku jalani di sini masih terbilang baru. Untuk rumah baru, nanti aku coba bicarakan dengan salah satu teman. Kita pilih yang nyaman untukmu." Damar hanya membohongi Jenar tentang pindah tugas ke Papua. Dia diperbolehkan untuk fokus di Batalyon dan juga istrinya. Apalagi kondisi kehamilan sang istri sedang tidak baik, meski harusnya mengutamakan tugas. "Kamu suka sekali menggoda isterimu, sepertinya masa kehamilan Jenar sangat manja. Dikit menangis, ingat menangis, apa yang dia mau menangis," sahut Susi. "Mama sudah rapi, mau ke mana?" tanya Damar. "Mama hari ini mau pulang, ada Wulan dan ibumu juga di sini. Nanti 3 bulanan Mama akan datang. Beberapa minggu saja kan. Titip anak Mama yang bawel ini, dia akan semakin merepotkanmu dengan tingkah manjanya," balas Susi.

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   77. Pindah Tugas

    "Komandan!" Dika datang dengan 4 anggota Polisi, mereka yang awalnya menantang Damar hampir akan pergi sebelum Polisi mengejar mereka dan menendangnya karena lari. "Bahu kiri Anda—" "Ini hanya goresan saja. Apa wanita tadi sudah aman?" tanya Damar. "Ternyata wanita itu dikejar karena motor yang dia gunakan dianggap kredit macet, 2 pria itu mengikutinya sejak keluar dari tempatnya bekerja," jelas Dika yang tau sedikit masalah wanita itu. Damar menemui wanita itu dan memastikan dengan benar masalah mereka. Setelah itu Damar coba mengobati lukanya sebelum dia pulang. Ini akan menjadi masalah untuknya, ketika Jenar tau. Jam munjukan pukul 12 malam ketika Damar sampai di rumah. Rasa bersalah terlihat jelas ketika melihat isterinya menunggu di ruang tamu sampai tertidur. "Bukankah Mas bilang sudah sampai Bandara sejak pukul 8. Kenapa baru pulang?" "Ada masalah tadi di jalan, kamu bisa pastikan pada Mbak Widi besok kalau bertemu. Akh!" Rintihan lirih ketika Damar membuka jaket

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   76. Wanita Tak Dikenal

    Damar sampai di Bandara dan menunggu Dika yang akan menjemput, katanya mobil yang ditumpangi mengalami pecah ban di dekat Bandara, jadi Damar memilih menghampiri Dika menggunakan Taksi online. Jam menunjukan pukul 8 malam saat sampai di Solo. Rasa lelah dia rasakan, apalagi pesawat delay beberapa jam karena cuaca buruk. "Maaf, Komandan, harusnya saya tidak terlambat," ucap Dika ketika melihat Damar menghampirinya. "Apa sudah selesai?" Setelah meletakkan tas yang dibawa, Damar memghampiri Dika yang merapikan ban yang pecah itu ke bagasi, seperti baru selesai. "Mohon izin, baru selesai, Komandan, apa kita—" "Pak, tolong saya. Pria di sana mengikuti saya sejak tadi, bisakah saya pulang bersama dengan menggunakan motor di depan mobil Bapak."Seorang wanita pengguna jalan menghampiri Damar yang berniat akan pulang. Wanita itu tampak ketakutan ketika mengatakannya. Jalanan memang tidak begitu ramai, wanita itu langsung menghampiri Damar dan Dika. Wanita itu melihat Dika memakai seragam

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   75. Ngidam

    "Ngidam pengen suaminya pulang, bagaimana kalau jadi pindah tugas, akan sulit." Suara seseorang menghentikan tangis Jenar karena mendengarkan kata-kata itu. Hatinya semakin gelisah, dia hanya ingin suaminya pulang sekarang, agar merasa lega. "Aku telepon lagi nanti, aku bicara dulu dengan seniorku. Tidak apa-apa kan?" Meski bekerja di lingkup orang yang lebih tua, tidak membuat Damar besar kepala, karena dia juga masih baru di posisinya sekarang dan harus banyak belajar dari seniornya. "Sudahlah, makin bikin kesal saja." Jenar mematikan sambungan telepon begitu saja karena suaminya masih saja sibuk, padahal dia merindukannya. Lawan bicaranya hanya menatap layar ponsel sesaat panggilan masuk itu tertutup. Mood Jenae Hal seperti ini tidak biasa dia lakukan, mungkin juga karena efek hamil karena beberapa hari kemarin terus bersama dan sekarang ada tugas keluar kota. Namun, jika memang suaminya di pindah tugas, dia sunggu harus merelakan pekerjaannya untuk fokus pada keluarganya.

  • Jodoh untuk Pak Danyon (Komandan Batalyon)   74. Ingin Bertemu Suami

    "Rumah rapi walau kamu sedang sakit, kalau bukan suami yang baik, apa coba. Yang banyak bersyukur, Nak." "Jangan terus memarahi anakmu, nanti dia malah kabur dan Damar menyalahkan kita tidak becus merawatnya," sahut Anggi pada besan yang juga temannya. Mereka dekat karena memang sudah berteman sejak lama. "Aku gemas padanya kalau sudah keras kepala." Yang di marahi hanya diam bersandar di ruang tengah rumah dinas Damar, baru tadi siang dia pulang dan sesampainya di rumah diperlakukan bak ratu karena tidak boleh melakukan apapun, apalagi Dokter bilang harus melewati trimester pertama ini agar janinnya benar-benar kuat untuk diajak melakukan kegiatan. "Kamu tidak menginginkan sesuatu, Je? Makan apa gitu?" tanya Wulan. "Apa ya, Mbak, pengen ketemu Mas Damar saja sih, gak pengen makan apa-apa." "Mau di tungguin suamimu ya. Sabar ya, Nak, kita di sini bersamamu. Lain kali kalau ada apa-apa bilang. Atau kamu mau pulang ke Jakarta saja agar bisa kita bantu," tutur Anggi. "Dan m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status