Share

Bab 2

Author: Pena Merah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tepat pukul tiga pagi Jasmin terbangun melaksanakan sholat yang tertunda, ia pun terus berdoa agar Sang Kholiq tidak mengambil nyawa ibunya. Cairan bening terus mengalir ketika Jasmin berdoa, ia terus memohon agar doanya terkabulkan.

 

Hari ini adalah tepat di hari kelahirannya, dimana siang nanti Jasmin bertemu dengan Rafa. Laki-laki yang sudah lama membuatnya jatuh hati. 

 

Jasmin terus berusaha keras untuk menghafalkan beberapa ayat suci Al-Qur'an yang membuatnya menyandang Hafiz. Jasmin berencana tidak memberi tahukan ibunya kalau dirinya sudah hafal tiga puluh juz, rasa takut kehilangan seorang ibu membuat Jasmin harus berbohong kalau dirinya sudah hafal Al-Qur'an.

 

Hingga Sang Fajar menyapa, Jasmin baru keluar dari dalam kamar. Ia berjalan menuju ruang makan dimana ada ibu dan ayahnya yang sedang menunggu untuk sarapan. Jasmin memeluk ibunya dari belakang.

 

" Ibu... Ibu janji ya, ibu jangan tinggalin Jasmin " Jasmin menahan air matanya, mendengar ucapan Jasmin, Fatimah yang sedang memegang sendok dan piring hendak mengambilkan nasi untuk suaminya pun membalikkan badannya dan meletakkan kembali sendok serta piring di atas meja makan.

 

" Sayang kamu kenapa pagi-pagi sudah drama, sudah siang yuk sarapan " Fatimah menatap lekat kedua bola mata putrinya yang menyimpan kesedihan. Jasmin menggelengkan kepalanya.

 

" Sayang.... Hidup dan mati ada di tangan Allah, sebagai umatnya kita hanya perlu menyiapkan bekal. Sekarang kita sarapan dulu ya, kasian ayah nanti kesiangan " jelas Fatimah dengan lemah lembut

 

" Apa yang di katakan ibumu benar nak, " imbuh Ismail, Jasmin pun menurut ia duduk di sisi ibunya. Mereka sarapan pagi bersama, momen seperti ini adalah kebiasaan yang selalu Jasmin rindukan.

 

 

" Nak .... ada yang ingin ayah sampaikan " ucap Ismail ketika semua sudah selesai sarapan

 

" Sampaikan saja yah ? " Jasmin menatap wajah ayahnya

 

" Sahabat ayah, ingin menjodohkan mu dengan putranya yang baru saja pulang dari Yaman. Bagaimana dengan mu nak.. . Apa kamu setuju ?" tanya ayahnya serius, Fatimah yang sedang membereskan piring kotor pun melihat kearah putrinya.

 

" Yah... Jasmin boleh minta waktu beberapa hari ?" 

 

" Jangan lama-lama nak, ibu jadi nggak sabar dengar jawabannya " sahut Fatimah seraya tersenyum, begitupun dengan Jasmin.

 

" Ibuuuuu.... Kalau memang laki-laki itu pilihan ayah dan ibu, ya... terpaksa Jasmin terima. Tapiii ... Jasmin minta waktu beberapa hari ya yah..." jawab Jasmin mengulang permintaannya 

 

" Iya sayang... Ayah tunggu jawabannya " Ismail mengusap lembut kepala putrinya yang hendak berangkat ke kantor, Jasmin dan Fatimah mengantarkan Ismail ke depan pintu rumahnya. Menjelang bulan puasa membuat Ismail sibuk dengan pekerjaannya. Ayah Jasmin memiliki sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri pangan, semua produk yang dihasilkan bersumber dari buah kurma hasil panen di negeri asal istrinya. Ismail dikenal sebagai CEO yang ramah dan berwibawa. Selepas keberangkatan Ismail, Jasmin dan Fatimah masuk kedalam rumah.

 

" Nak... Pagi ini ibu ada pengajian rutin, kamu di rumah sendiri nggak apa-apa kan ? " tanya Fatimah merangkul bahu putrinya seraya melangkah masuk ke dalam rumah.

 

" Tenang bu, Jasmin kan sudah besar. Oh iya bu, nanti siang Jasmin ingin keluar bersama Hana bu " Jasmin tidak memberitahu ibunya bahwa ia mengajak Hana untuk bertemu dengan Rafa. Orang tua Jasmin melarang keras putrinya untuk berpacaran dan berduaan bertemu dengan lawan jenis tanpa mengajak teman perempuannya.

 

" Iya sayang... Ya sudah ibu mau siap-siap dulu, kalau butuh sesuatu kamu tinggal panggil Bi Ani " Bi Ani adalah salah satu assisten rumah tangga yang membantu Fatimah membersihkan rumah. 

 

" Iya bu " Jasmin melihat kepergian ibunya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar. Jasmin kembali mendudukkan dirinya di ruang makan, dengan tangan yang memainkan gelas berisi air minum. Pandangan lurus memikirkan ucapan ayahnya yang akan menjodohkan dirinya dengan seseorang yang belum ia kenal.

 

" Hmmm bagaimana dengan Rafa ?? Kalau aku menolak pilihan ayah, pasti ayah kecewa " batin Jasmin terus bertanya-tanya mencari jalan keluar. Dalam kebingungan Jasmin masuk ke dalam kamarnya untuk melaksanakan sholat Duha di lanjut dengan membaca ayat suci Al-Qur'an.

 

Pukul sebelas siang Jasmin bersiap-siap untuk pergi bertemu Rafa. Seperti perempuan pada umumnya, Jasmin bingung untuk memilih gamis yang akan ia kenakan.

 

" Yang ini... Yang ini atau ini " kedua tangan Jasmin memegang tiga gantungan gamis, hingga akhirnya Jasmin memilih gamis berwarna kuning kunyit.

 

Hari semakin siang, Jasmin pun berpamitan kepada Bi Ani. Jasmin memutuskan untuk mengemudikan mobilnya yang sudah lama tidak terpakai. Jarak rumah Jasmin dan Hana tidaklah jauh, butuh waktu lima belas menit Jasmin sampai di depan rumah Hana.

 

" Tin ... Tin ...Tin... !!! " suara klakson mobil menyadarkan Hana yang memang sedang menunggu kedatangan Jasmin di depan teras rumah.

 

" Assalamualaikum ... Sahabat ku " sapa Hana ketika masuk ke dalam mobil.

 

" Wa'alaikumus Salam ... Hana " Jawab Jasmin seraya memeluk sahabatnya yang sudah lama tidak bertemu.

 

" Masya Allah tabarakallah, kamu semakin cantik Jasmin " ungkap Hana melihat balutan gamis syar'i yang menempel di tubuh Jasmin, 

 

" Jazakallah khair, kamu juga semakin cantik " jawab Jasmin seraya melajukan mobilnya.

 

" Jadi bagaimana, kamu benar ingin bertemu dengan Rafa ?" tanya Hana, Jasmin mengangguk.

 

" Kalau memang Rafa tetap menjaga hatinya untuk ku, aku akan mengenalkan dia kepada orangtua ku " jawab Jasmin

 

" Semoga jodoh mu dipermudah " doa Hana

 

" Aamiin ..." jawab Jasmin.

 

Didalam perjalan menuju alamat yang dituju mereka saling bertukar cerita. Tanpa terasa Jasmin dan Hana sampai di sebuah rumah makan yang dikirimkan oleh Rafa. Mereka melangkah bersama memasuki rumah makan tersebut. Pandangan Jasmin menyapu seluruh penjuru mencari seseorang yang ia kenal. Tepat dititik dimana Rafa berada ia menarik tangan sahabatnya menuju meja Rafa yang sedang duduk sendiri.

 

" Assalamualaikum " sapa Jasmine hampiri Rafa

 

" Wa'alaikum salam, silahkan duduk " jawab Rafa ramah

 

" Terimakasih " Jasmin dan Hana duduk bersebelahan.

 

" Maaf Rafa, kamu pasti sudah menunggu lama " ucap Jasmin tanpa menatap wajah Rafa.

 

" Oh nggak kok, silahkan diminum " jawab Rafa yang memang sudah menyiapkan dua minuman untuk Jasmin dan Hana.

 

" Terimakasih, kebetulan saya haus sekali " Hana mengambil jus alpukat yang ada di depannya. Dari arah belakang ada seorang perempuan cantik tanpa hijab menuju kearah Rafa.

 

" Sayang... mereka siapa sayang ?" tanya perempuan itu merangkul Rafa dari belakang sontak membuat Hana menjatuhkan gelas yang ia pegang. Pandangan Jasmin dan Hana tertuju pada wanita yang sedang memeluk Rafa.

 

" Siapa dia ?" tanya Jasmin kedua matanya masih tertuju kearah wanita asing.

 

" Saya istrinya Mas Rafa " jawabnya 

 

" Iya ini istri saya, maksud aku mengundang mu kesini ...." belum selesai Rafa berbicara, Jasmin menarik tangan Hana untuk meninggalkan Rafa. Rafa tahu dirinya bersalah dan mengejar Jasmin,

 

" Tunggu Jasmin " Rafa hendak memegang tangan Jasmin

 

" Jangan sentuh dia, kita bukan muhrim." Hana menarik tubuh Jasmin agar tidak bersentuhan dengan Rafa

 

" Setelah bertahun-tahun sahabat ku menunggu dan ini jawabannya. Ayo Jasmin kita pergi dari sini " ucap Hana penuh tenekanan. Di hari kelahirannya Jasmin harus menelan pil pahit, dimana laki-laki yang ia tunggu sudah memiliki seorang istri.

 

 

Related chapters

  • Jodoh dari ayah   Bab 3

    Banyak sepasang mata yang menyimak kejadian di dalam rumah makan tersebut, Hana mengambil alih kunci mobil untuk mengendarai mobil Jasmin. Jasmin yang terus diam membisu hanya bisa menuruti perintah Hana.Hana membawa Jasmin ke suatu tempat, tempat yang selalu digunakan para umatnya berkeluh kesah. Tidak lama mereka sampai di sebuah Masjid besar yang berada di alun-alun kota Bandung.Ketika mobil berhenti Jasmin menoleh kearah Hana, Hana tersenyum tahu akan sahabatnya yang belum menunaikan sholat Dzuhur." Mengadu lah di Rumah Allah " ucap Hana mengeluarkan mukena dari dalam tasnya dan mengulurkan ke arah Jasmin." Terimakasih Hana " lirih Jasmin seutas senyuman terlihat di wajah Jasmin, Hana pun mengangguk. Jasmin menerima mukena dari tangan Hana dan keluar dari dalam mobil." Bugh ! " suara pintu mobil tertutup" Aku tunggu di Menara Masjid ya " ucap Hana dengan kepala yang menyembul di kaca mobil yang ia turunkan, Jasmin hanya mengangguk

  • Jodoh dari ayah   Bab 4

    Sesampainya di rumah Jasmin langsung berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar. Rakaat demi rakaat ia laksanakan dengan khusyuk, hingga diakhir sholatnya Jasmin tidak lupa untuk berdoa. Fatimah yang hendak bicara dengan putrinya, hanya berdiri di depan pintu kamar Jasmin menunggu putrinya yang sedang berdoa." Tok tok tok " Fatimah menyadarkan Jasmin yang sedang merapikan mukenanya." Eh ibu, masuk bu " Fatimah pun masuk ke dalam kamar Jasmin" Hari ini kamu kemana saja nak ?" tanya Fatimah seraya duduk di tepi tempat tidur. Usai menaruh mukena di atas meja, Jasmin duduk berhadapan dengan ibunya dan memegang ke dua tangan ibunya." Maafin Jasmin ya bu, sebenarnya siang tadi Jasmin bertemu dengan laki-laki. Tapi ibu tenang saja, Jasmin di temani Hana bu " Jasmin menatap wajah ibunya" Siapa laki-laki it

  • Jodoh dari ayah   Bab 5

    Cukup lama Jasmin melantunkan ayat-ayat Allah, hingga ia mengakhiri bacaannya dan mencium Al-Qur'an yang ada di tangannya.Di ruangan kamar dengan cahaya yang temaram, Jasmin termenung dengan badan yang menyandar di tempat tidur. Pandangannya melihat kearah laptopnya yang berada di atas meja." Di usiaku yang sudah dua puluh empat tahun, aku belum bisa membahagiakan orangtua ku " batin Jasmin seraya menghela nafas panjangnya. Ia kembali teringat akan doa ibunya yang tak sengaja ia dengar, seketika Jasmin turun dari tempat tidurnya dan menyalakan lampu belajarnya serta duduk di kursi. Tangan Jasmin mulai membuka laptop miliknya" Bismillah semoga ini keputusan yang tepat " gumam Jasmin, jari lentiknya kini mulai mengetik untuk mengisi CV. Kata demi kata ia rangkai sedemikian sopan. Dengan cermat ia meneliti kembali hasil ketikannya." Alhamdulillah selesai " lirih Jasmin lalu ia print out hasil ketikannya. Satu lembar kertas keluar dari printer, dengan cepat Jasmi

  • Jodoh dari ayah   Bab 6

    Selepas makan siang Ismail dan Musa memutuskan untuk sholat Dhuhur berjamaah, mereka jalan beriringan.Di tangan Musa kini sudah ada map coklat milik Jasmin. Sesekali mereka bercanda layaknya teman lama yang baru saja bertemu. Usai sholat Dzuhur Musa berpamitan kepada Ismail, karena dirinya juga harus bekerja." Mail... Sepertinya aku harus pulang, nanti sore biar anak saya mengantarkan CV untuk anak mantu ku " ucapnya tersenyum" Aku tunggu, " jawab Ismail" Sampaikan terimakasih aku kepada anak dan istri mu " Musa mengulurkan tangannya,dengan senang hati Ismail berjabat tangan" Itu hanya makan siang biasa " jawabnya tersenyum ramah" Okelah... Kalau begitu aku pamit dulu Assalamualaikum " Musa mengangkat tangan kanannya keatas" Wa'alaikumus salam, hati-hati " sahut Ismail yang hanya di angguki oleh sahabatnya yang kini sudah duduk di dalam mobil.Di ruang kerja Ismail...Jasmin dan ibunya usai sudah memberesk

  • Jodoh dari ayah   Bab 7

    Laki-laki itu kembali membantu Jasmin menyebrangi jalan dan merelakan mobilnya berhenti di tengah jalan." Terimakasih " ucap Jasmin menunduk" Sama-sama " jawabnya, ia pun langsung berjalan menuju mobilnya." Sebenarnya siapa dia ?" batin Jasmin melihat sosok laki-laki tersebut yang berjalan membelakanginya.Jasmin pun memutuskan untuk kembali ke dalam kedai, ia menghampiri ibunya yang sudah menghabiskan es krim pesanannya. Pandangan Jasmin melihat es krim miliknya yang sebagian sudah mencair. Jasmin duduk dan mulai menghabiskan es krimnya. Setelah menghabiskan es krim, Jasmin dan Fatimah kembali melanjutkan perjalanan yang hanya beberapa menit sampai rumah.Setibanya di rumah Jasmin mengejar ibunya yang sudah duluan masuk ke dalam rumah." Bu ... Sebentar lagi kan bulan puasa, Jasmin boleh belajar sesuatu dari ibu ?" tanyanya sambil mengatur napas" Boleh, belajar apa nak ?" Fatimah berbalik tanya seraya meletakkan tempat makan yang

  • Jodoh dari ayah   Bab 8

    " Eh ...Ibu " Jasmin menoleh melihat ibunya yang kini tengah berdiri di depan pintu, Fatimah melangkah masuk menghampiri putrinya yang dia ketahui sedang membuka map milik calon imamnya." Ini milik calon imam Jasmin bu, apakah ibu ingin melihatnya ?" Jasmin tersenyum seraya melihatkan isi coretan dalam kertas tersebut, Fatimah menyadari adanya kesalahan dari CV itu yang tidak menyertakan sebuah foto." Nak apa ada fotonya ?" tanya Fatimah, Jasmin menggelengkan kepalanya. Fatimah berusaha mencari keberadaan foto yang biasanya terlampir." Rupanya disini " ucap Fatimah menemukan selembar foto yang ukurannya tidak terlalu besar. Jasmin merasa pernah melihat wajah yang ada didalam foto." Sepertinya Jasmin pernah bertemu dengan orang ini, tapi dimana ya ?" Jasmin kembali mengingat namun, ia belum bisa mencari jawaban dimana ia bertemu." Nanti juga bertemu sayang, sudah yuk sekarang waktunya untuk makan. Kasian ayah sudah menunggu " ajak ibunya seraya

  • Jodoh dari ayah   Bab 9

    Malam ini adalah malam pertemuan yang paling berkesan untuk dua keluarga, meski harus ada rasa canggung namun hati Jasmin tidak bisa berbohong bahwa dirinya sangat senang akan segera menikah. Pukul sembilan malam keluarga dari mempelai pria dan beberapa tamu lainnya berpamitan untuk pulang, dari keluarga Jasmin mengantarkan sampai ke pintu depan rumahnya. Ayesha yang sangat ramah, membuat Jasmin merasa senang akan memiliki ibu mertua yang baik. Saat berpamitan pulang, Ayesha mengatakan bahwa dirinya sangat senang akan memiliki anak mantu seperti Jasmin. Jasmin pun tersenyum ramah, saat hendak pulang mereka saling berjabat tangan. Namun ketika Jasmin mengatupkan tangannya ke arah Syarif, terlihat jelas gugup dan rona merah di wajahnya.Ketika mobil keluarga Syarif melesat jauh, Jasmin beserta keluarganya masuk kedalam rumah. Jasmin melihat parsel serta kotak-kotak yang dihiasi cantik yang berjajar di ruang tamu." Bu ini nggak salah, banyak sekali bu

  • Jodoh dari ayah   Bab 10

    Di kamar Jasmin nampak cantik dengan balutan kebaya pengantin, tentunya dengan gaun yang tertutup dan menghindari baju yang ketat agar lekuk tubuhnya tidak terlihat. Dengan di bantu MUA untuk merias wajah, Jasmin berpesan agar tidak mencukur alisnya. Setelah sudah selesai semuanya, Hana datang ke kamar Jasmin. Sebagai sahabat yang baik, Hana tidak ingin melewatkan acara sakral sahabatnya." Assalamualaikum " salam Hana masuk ke dalam kamar Jasmin, dan melihat Jasmin yang usai dirias." Wa'alaikumus salam " jawab Jasmin yang kini masih duduk di depan cermin." Masya Allah... Alhamdulillah wa syukurillah, akhirnya sahabatku akan melepas masa lajangnya " ucap Hana seraya memeluk tubuh Jasmin dari belakang, yang kini duduk menghadap ke cermin. Wajah haru Hana terlihat jelas di cermin." Alhamdulillah... Terimakasih atas supportnya, kamu memang sahabat terbaik ku Hana " jawab Jasmin seraya mengusap lembut pipi Hana yang kini menyandar di bahunya." Doak

Latest chapter

  • Jodoh dari ayah   Bab 41

    Sepuluh bulan berlalu, hari-hari Jasmin di sibukkan dengan mengurus putranya dengan penuh kasih sayang. Di usianya yang akan menginjak satu tahun, Hanif bertambah aktif dengan segala tingkah lucu dan menggemaskan. Jasmin mengurus Hanif dengan bantuan Bi Sumi yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, sesekali mereka bertukar tugas rumah untuk menjaga Hanif. Namun yang sering Jasmin lakukan dia lebih senang melakukan tugas rumah, melihat Bi Sumi yang sudah tua rasanya Jasmin tidak tega untuk terus menggunakan tenaganya. Seperti saat ini dari jarak yang tidak terlalu jauh Jasmin yang sedang menyiapkan makan siang untuk Hanif, ia melihat kearah Bi Sumi dan putranya yang sedang duduk. Hanif selalu senang saat bermain dengan Bi Sumi, melihat putranya tertawa terbahak layaknya anak kecil, Jasmin teringat suatu hal di hatinya." Seandainya ibu tahu, Jasmin sudah memiliki putra yang sangat lucu bu " batin Jasmin memang selalu merindukan kehadiran ibunya. Seketika air mata Jasmin su

  • Jodoh dari ayah   Bab 40

    Usai makan Rafa bercengkrama sejenak dengan keluarga Jasmin dan Syarif, sedangkan para wanita membereskan piring kotor dan membantu membereskan tempat yang digunakan mereka saat makan. Jasmin berjalan sambil memandangi perut Dokter Nina, merasa seperti ada yang aneh." Apa jangan-jangan dokter Nina hamil ?" batin Jasmin seraya menyerahkan piring kotor kearah Bi Sumi." Dok, kalau boleh tahu... Apakah dokter sedang hamil ?" tanya Jasmin menghampiri Dokter Nina yang kini sedang menata mangkok berisi lauk pauk. Dokter Nina tersenyum dan mengangguk kecil kearah Jasmin." Benarkah alhamdulillah ya Allah .... " seru Jasmin sembari memeluk tubuh Dokter Nina, kedekatan mereka kini sudah melebihi dari persahabatan. Jasmin menganggap Dokter Nina sebagaimana saudara perempuan yang saling berbagi ilmu dan menyayangi." Semoga baby-nya sehat terus ya " lanjut Jasmin, tangannya mulai mengelus perut Dokter Nina yang mulai membuncit. Dokter Nina memegang tangan Jasmin ya

  • Jodoh dari ayah   Bab 39

    Gelapnya malam yang terasa sunyi, membuat semua insan tertidur pulas. Kehadiran Hanif membawa perubahan bagi Jasmin dan Syarif. Malam ini mereka mengubah posisi tidurnya, mereka saling memeluk Hanif yang kini berada di tengah-tengah mereka. Jasmin sengaja tidak memberikan guling sebagai batasan antara Syarif dan Hanif, karena Jasmin tahu suaminya sangat menyayangi putranya. Tengah malam Syarif merasakan gerakan Hanif, kaki mungilnya terus menendang-nendang tangan Syarif yang tepat berada di bawahnya. Perlahan Syarif mulai membuka matanya, Syarif melihat putranya yang tengah terjaga. Pandangannya beralih ke arah Jasmin yang masih terlelap dan tidak merasakan putranya yang kini bangun, senyuman terlihat di wajah Syarif kala melihat istrinya." Dia pasti sangat lelah " batin Syarif beralih menggendong putranya yang kini sudah berada di tangannya, awalnya Syarif merasa takut saat menggendong buah hatinya yang masih terlihat sangat kecil namun ia menyadari tidak mungkin membangun

  • Jodoh dari ayah   Bab 38

    Usai mengadzani putranya, melalui sambungan telepon Syarif memberikan kabar bahagia kepada orang - orang yang selama ini menunggu kehadiran buah hatinya. Rona bahagia tak lepas dari wajah tampannya yang terus mengucapkan syukur dan terima kasih kepada istrinya yang sudah berjuang." Mas .... Putra kita belum diberi nama " ucap Jasmin sembari memegangi tangan suaminya yang hendak pergi keluar ruangan." Mas, serahkan kepada kamu sayang karena kamu yang sudah berjuang " lirih Syarif kembali duduk di sisi Jasmin" Mas saja, Mas Syarif kan sekarang sudah jadi kepala keluarga " Jasmin tersenyum begitupun dengan Syarif." Mas beri nama Hanif Yasser Syathibi, bagaimana apa kamu setuju sayang ?" tanyanya yang dianggukki oleh Jasmin." Iya mas, nama yang bagus "jawab Jasmin tersenyum.Tepat pukul sembilan malam Ayesha, Musa dan Ismail tiba di rumah sakit dimana Jasmin berada, mereka tiba secara bersamaan disaat Syarif sedang melaksanakan shalat

  • Jodoh dari ayah   Bab 37

    Empat bulan berlalu .....Kini usia kandungan Jasmin memasuki usia delapan bulan, Jasmin sering mengeluh kesulitan saat tidur dan sering merasa panas di tubuhnya. Malam pun ia sering terbangun karena sering buang air kecil, tak jarang Syarif selalu dibangunkan di malam hari untuk menemaninya makan karena perutnya terasa lapar. Syarif pun menyadari bahwa istrinya sedang berbadan dua, dengan senang Syarif selalu menemani istrinya. Akhir-akhir ini Syarif harus menjadi suami yang siap siaga. Pagi ini adalah terakhir kalinya Jasmin cek kandungan, Syarif selalu antusias saat mengantarkan Jasmin karena ia sangat senang ketika melihat perkembangan buah hatinya di layar monitor." Alhamdulillah ... Tinggal tunggu waktu saja, posisi baby-nya sudah pas " ucap Dokter Nina sembari menggerakkan alat USG di atas perut Jasmin." Alhamdulillah... Semoga dilancarkan " doa Jasmin yang masih terbaring" Aamiin " sahut Syarif dan Dokter Nina bersamaan.Usai cek kandung

  • Jodoh dari ayah   Bab 36

    Ba'da Maghrib semua warga mulai berkumpul di rumah Syarif, Syarif memang terkenal dengan sikapnya yang ramah di kalangan masyarakat sekitar. Jasmin yang hendak keluar menyapa para tamu pun di halangi oleh Syarif." Sayang diluar kan laki-laki semua, lebih baik temani Ummi saja di kamar " jelas Syarif, Jasmin pun mengangguk mengerti." Mas tidak rela, jika bidadari mas dipandang oleh banyak orang " tutur Syarif tersenyum seraya memegangi dagu Jasmin, sekilas terlihat senyuman manis di wajah Jasmin. Syarif menggandeng tangan Jasmin, untuk diantarkan ke kamar Ayesha. Setibanya di depan pintu, tangan Syarif memegang handel pintu." Ummi, Syarif titip istri kesayangan Syarif ya mi " ujar Syarif menitipkan Jasmin seperti anak kecil. Ayesha yang kini sedang menonton berita di televisi pun tersenyum." Duduk sini nak, Syarif memang terkadang protektif nya kelewatan " sahut Ayesha yang tahu sekali sikap putranya. Ayesha meminta Jasmin untuk duduk di de

  • Jodoh dari ayah   Bab 35

    Malam ketika Jasmin sudah tertidur pulas, Syarif masih terjaga karena merasa haus. Ia melihat gelas kosong yang berada diatas meja, Syarif pun beranjak dari tempat tidurnya dan dengan pelan membuka pintu kamarnya. Namun ada yang ia lupakan, Syarif tidak menggunakan kembali kaos yang tadi ia lepas. Sesampainya di dapur, masih ada Aira yang juga sama hendak mengambil air minum untuk ia bawa ke dalam kamarnya." Sejak kapan Mas Syarif tidur telanjang dada, apa jangan-jangan nggak di kasih jatah ya... Sama Mba Jasmin ?" tanya Aira dengan nada menggoda kakaknya dan memegang gelas di tangannya." Berisik dek, anak kecil mau tahu saja " jawab Syarif dengan acuh, namun bukan Aira kalau tidak terus-menerus bertanya. Aira mendekati Syarif dengan arah sedikit berjinjit." Mas nikah itu, enak nggak sih ?" tanya Aira penasaran, tentu saja dengan suara lirih seperti sedang berbisik. Syarif pun tersenyum jahil, sebelum menjawab pertanyaan adik perempuannya ia menengguk air min

  • Jodoh dari ayah   Bab 34

    Sore hari ketika sang Surya sudah mulai terbenam dan menggambarkan semburat jingga yang disuguhkan dengan indahnya langit sore menjelang malam. mobil Jasmin dan Syarif kini memasuki sebuah rumah sakit dimana disana mereka sudah berjanjian dengan seseorang, siapa lagi kalau bukan Dokter Nina. Saat memasuki rumah sakit Syarif menggandeng tangan istrinya. Setibanya di depan pintu ruangan Nina, Syarif dengan sopan mengetuk pintu, setelah mendapatkan sahutan dari dalam Jasmin dan Syarif masuk. Syarif pun mengatakan niat kedatangannya, dengan cekatan Dokter Nina mengarahkan pasangan pasutri itu ke sebuah ruangan khusus dimana Jasmin akan melakukan cek USG.Jasmin dan Syarif memasuki ruangan yang menurutnya sangat asing, Jasmin diarahkan untuk berbaring di sebuah Brankar yang mana akan dilakukan USG. Syarif terus mendampingi istrinya dan duduk di samping Jasmin. Sedangkan dokter Nina, ia mulai menuangkan cairan di atas perut Jasmin. Dokter Nina mengarahkan Syarif dan Jasmin untuk me

  • Jodoh dari ayah   Bab 33

    Malam hari Aira dan Ayesha sibuk di dapur untuk membuat hidangan menuju hari Idul Fitri. Keberadaan Bi Sumi jangan ditanyakan, Bi Sumi diizinkan pulang ke kampung halamannya untuk beberapa waktu yang kemungkinan cukup lama. Kepulangan Bi Sumi membuat Ayesha meminta bantuan kepada Aira, putrinya untuk memasak berbagai menu khas lebaran." Ummi ... Aira panggil Mba Jasmin untuk bantuin kita ya mi " ujar Aira tangannya sibuk memegang sendok, memasukkan beras yang sudah dicuci bersih ke dalam ketupat." Jangan ganggu mereka nak, biarkan mereka melepas kangen " jawab Ayesha sembari mengaduk sayur di atas kompor." Iya iya mi " sahut Aira, merasa kecewa tidak bisa bertemu dengan kakak iparnya.Di balkon kamar Jasmin yang hendak keluar dari kamar terus dihalangi oleh suaminya dengan alasan ingin terus bersamanya di sepanjang malam ini. Terpaksa Jasmin harus mengikuti kemauan suaminya." Mas lepas... Jasmin mau duduk " Sampai detik ini Syarif b

DMCA.com Protection Status