Niat awal Anye mengunjungi Marisa sebetulnya untuk curhat dan berkeluh kesah, tapi yang ada malah Marisa sibuk sendiri dengan persiapan fashion shownya.Anye jadi iseng berjalan-jalan ke taman komplek, karena kalau hanya berdiam diri di rumah tentunya akan sangat membosankan. Kamelia telah berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali. Ada sopir yang mengantarkannya, sementara Om Henry masih sibuk dengan business tripnya yang baru bulan depan dijadwalkan selesai untuk semester ini.Anye langsung jatuh cinta dengan taman di perumahan mamanya ini, tempatnya memang sangat nyaman dan membuat betah siapapun yang bertandang ke sana.Anye melihat ke sepasang wanita dan pria yang sepertinya sedang menikmati masa tuanya bersama. Usia mereka mungkin kurang lebih opa dan omanya di mansion yang ia tinggalkan. Keduanya tampak ramah bahkan berinisiatif menyapa Anye terlebih dahulu."Oh, jadi ini Nak Anye-- putrinya Bu Marisa dari suami pertamanya ya, kemaren Revan ada cerita kalo putri sulungnya Bu M
"Di depan mataku kusaksikan Adinagara tidak bahagia, Erika juga tersiksa. Ntah kenapa mereka tidak mau berdamai dengan keadaan, kalau aku jadi Erika mungkin aku sudah minta diceraikan saja karena Adinagara tak kunjung membuka hatinya pada keponakanku," keluh Amira.Herman merangkul istrinya, menepuk lembut bahu wanita yang sangat ia cintai itu."Sudahlah, kita doakan saja keadaan akan menjadi lebih baik setelahnya nanti. Perihal hati memang tak bisa dipaksakan, hanya Tuhan saja yang bisa membolakbalikkannya. Seperti hati kita yang dulu juga pernah diawali tanpa rasa.Bersabarlah," bujuk Herman pada Amira.Anye tercenung, bagaimana kalau benar Anjas adalah putra Adinagara yang tidak diketahui nasibnya sejak dua puluh lima tahun lalu?Hati kecil Anye berharap Anjas lah cucu yang Herman dan Amira rindukan selama ini.***Di lain tempat Anjas tengah bersiap menuju mansion Bagaskara. Dia tidak bisa mengelak, setiap tindakan memang harus dapat dipertanggungjawabkan. Lukman Bagaskara mena
Rosana memutuskan untuk menemui Widuri, meski tak sedekat Melati, setidaknya mereka pernah memiliki histori yang sama kala menjadi anak asuh di panti asuhan yang dikelola oleh mertua Widuri. Istri Johan itu bertanya-tanya, dalam rangka apa Rosana bermaksud menemuinya. "Aku butuh teman bicara, aku berharap kau tahu sesuatu dan bisa bantu memberikan pencerahan padaku. Aku minta kau jujur padaku tentang apa yang kau ketahui, Wid." Rosana menatap lawan bicaranya yang tampak memandanginya dengan pandangan mengasihani yang bernada satir."Setelah puluhan tahun, kupikir kamu sudah mengikhlaskan semua, jadi ya aku santai aja, Na ... mana kutahu kalau selama ini kamu hidup digelayuti tanda tanya.Salah sendiri tak pernah membuka ruang komunikasi. Kamu pikir orang jahat akan mau mengaku dengan sendirinya, bakalan ramai itu p3nj4r4, Neng!" ujar Widuri yang mulai tampak tak habis pikir meladeni Rosana yang benar-benar terlihat lugu."Mereka menikah sirri karena desakan Melati.Lukman tak t
Anye menatap pemuda yang bicara lembut padanya melalui layar ponsel itu dengan sepenuh hatinya. Ia bahkan membayangkan betapa nyamannya bersandar di dada bidang sembari dipeluk dari belakang oleh kedua lengan hangat sang pemuda. Menghidu keharuman tubuh yang menguarkan aroma maskulin memabukkan nan menghipnotis kesadarannya."Nye, kamu sudah ngantuk?" tanya Anjas yang melihat mata Anye kian sayu. Padahal dia bukan mengantuk, tapi mendambakan sang lawan bicara ada di dekatnya saat ini."Belum kok, Mas ... aku nyimak kok apa yang kamu bicarakan.Aku boleh sambil make skincare ya." Anye bergerak meraih cepu skincarenya dan mulai mengaplikasikan dengan gerakan yang lagi-lagi menggetarkan ego kelaki-lakian Anjas. Pemuda itu bisa merasakan sesuatu di selatan tubuhnya mulai menegang.Sehelai tali spageti jatuh dengan dramatis menampilkan bahu Anye yang polos dan berkilauan. Jakun Anjas bergerak turun naik menyaksikan sosok yang sering kali menggangu konsentrasinya terutama di malam hari kal
Anjas baru saja berbincang dengan sekuriti di tempatnya menginap. Dia menanyakan tempat sarapan yang reccomended, persis sama dengan apa yang dilakukan Anye tanpa ia ketahui.Tiba-tiba saja terdengar kegaduhan dari arah gerbang utama. Sebuah mobil SUV menabrak salah satu sisi gerbang, rupanya terjadi kecelakaan tunggal yang disebabkan pengemudi mengendarai mobilnya dalam keadaan mengantuk."Pak Adinagara menabrak gerbang, sepertinya mengemudi sambil mengantuk menuju rumahnya," lapor salah satu sekuriti yang ikut menyambangi korban."Di bawa ke rumah sakit atau ke rumahnya?" tanya Nuril--sekuriti yang tadinya sedang berbincang bersama Anjas. "Minta dibawa pulang ke rumah saja katanya, makanya gue mau pinjam mobil sama bos," ujar sang sekuriti yang Anjas ketahui bernama Anang dari nametag yang tersemat di seragamnya."Pakai mobil saya saja, Mas Anang! Saya juga mau keluar. Bisa sekalian kita sama-sama," ujar Anjas sembari memberikan kunci pajero sportnya."Tengkyu banget, Mas Anjas!
Sejak bertemu Widuri, Rosana tak dapat menutupi kekecewaan atas apa yang pernah dilakukan oleh Lukman di belakangnya pada masa lalu.Hya, masa lalu.But still, perihnya tak terkira kala tirai itu tersibak dan memaparkan kejadian yang tak pernah disangka-sangka dalam perjalanan hidupnya yang bak sempurna, Rosana tak sekuat itu untuk langsung mengabaikannya.Rosana tidur lebih awal dan lebih banyak diam. Tak ada sapaan pada Lukman, ia memilih untuk menghindar berada di satu ruangan yang sama dengan sang suami yang perlahan mulai menyadari perubahan sikap sang istri."Apa hanya perasaanku? Semoga saja aku salah, Aku merasa kau menghindar dariku, Na? Apa aku melakukan kesalahan padamu? Bicaralah, aku tidak bisa membaca pikiran dan menebak isi hati. Aku hanya bisa merasa kalau ada yang tidak sedang baik-baik saja.Anjas sudah mengatakan di mana Anye berada, aku rasa juga tak begitu perlu untuk mengetahui alasan dia meninggalkan Bagaskara Group.Dia dan Mita bebas mau melakukan apa pun,
Mobil Anjas tepat berada di belakang mobil Revan kala keduanya memasuki gerbang perumahan elit tempat kediaman mereka berada.Revan membelokkan mobilnya memasuki pekarangan sementara Anjas memarkir kendaraannya tepat di depan rumah ibu sang kekasih.Anjas bisa melihat gadisnya berlari ke arahnya dengan tatapan cemas."Bagaimana keadaan Om Adi sekarang, Mas?" tanya Anye. Dia menjadi familiar dengan sosok itu karena Amira dan Herman bercerita banyak tentang sosok putranya itu kepada Anye sembari berharap sepupu angkat Anye yang diceritakan gadis itu adalah cucu mereka yang hilang dua puluh lima tahun lalu."Alhamdulillah tidak sampai parah, syukurlah tidak ada kendaraan lain atau orang lain yang ikut jadi korban. Pak Adinagara sepertinya ngantuk berat, makanya sampai menabrak gerbang utama." Anjas menjelaskan semampunya."Kamu sudah ketemu langsung sama Om Adi?" cecar Anye sembari meminta Anjas untuk duduk dulu di kursi teras rumah maminya. Dia bermaksud mempertemukan maminya dengan A
Herman sangat takjub kala matanya memindai sosok Anjas yang berdiri tegak di sisi Anyelir."Dia begitu mirip Adinagara di masa mudanya dulu. Lihatlah foto-foto itu. Lihat foto Adinagara saat ia berusia dua puluh lima tahun." Anjas dan Anyelir tak kalah takjub kala melihat foto-foto Adinagara muda yang tertata rapi di antara foto keluarga.Amira yang ikut bergabung spontan melafadzkan tasbih dan menahan diri sekuat tenaga agar tidak menangis haru di depan dua anak muda yang sedang tekun memperhatikan foto yang terpajang satu demi satu."Anyelir, jadi ini kah anak muda bernama Anjas yang kamu ceritakan kepada Oma dan Opa?" Amira mengonfirmasi. Anye mengangguk mantap sembari membawa Anjas mendekati wanita tua yang masih terlihat cantik di usianya yang telah memasuki kepala enam."Oma, saya Anjasmara calon suaminya Anyelir. Kami kemari karena hendak berpamitan. Saya akan membawa Anye untuk mengurusi beberapa urusan. Insyaa Allah kami akan datang kembali untuk mengunjungi Ibu Marisa--mami
Rosana tak kuasa menahan luapan emosi yang telah ia tahan selama dua pekan terakhir ini. Mendapati kenyataan sang suami pernah menduakannya telah benar-benar menguji kewarasan wanita yang sebagian rambutnya telah memutih itu.Kenyataan yang membuatnya merasakan kesakitan yang teramat sangat tentu saja dikarenakan ia mengenal dengan sangat baik sosok wanita yang pernah menjadi orang ketiga di dalam rumah tangganya. Jangan dikira karena wanita itu telah tiada, lantas dapat dengan mudah menghapus segala rasa yang hadir pasca tersibaknya tabir kelam pers3l1ngkuh4n sang suami yang pernah teramat ia cintai. Tidak segampang itu dan Lukman Bagaskara menyadari pula hal tersebut. "Haruskah aku bersimpuh di kakimu, Rosana?" Lukman mengiba. Rosana membuang tatapannya ke luar jendela. Hatinya masih sangat panas, luka tak berdarah itu masih terasa begitu perih, Ia bahkan tak tahu lagi bagaimana cara meneduhkan luka bathin yang kerap kembali menganga setiap kali ia mengingat sosok Melati dan juga
Anjas tak menyangka akan menuai penolakan dari sang ayah mertua.Padahal sebelum memutuskan akan membawa Anye ikut tinggal bersamanya di rumah dinas petani, Anjas telah mempertimbangkan matang-matang segala sesuatunya dari segala sisi.Dari sisi keamanan dan kenyamanan jelas rumah dinasnya lebih unggul, karena selain berada di tengah hamparan kebun sayur yang indah, pengamanan jelas sangat diutamakan mengingat mereka berada di tengah-tengah komoditi utama yang tentu saja sangat ketat dilindungi oleh sistem yang dirancang sedemikian rupa oleh Anjas dibantu semua staff yang ada di instalasi perkebunan hidroponik miliknya. Jangan ragukan kenyamanan yang telah Anjas persiapkan. Meski terlihat sederhana dari luar, sesungguhnya Anjas telah meng-upgrade banyak hal di rumah dinasnya menyesuaikan dengan kebutuhan pemulihan Anye. Semua itu ia persiapkan selama Anye berada dalam keadaan koma selama empat belas hari terakhir. "Papi apa pernah berkunjung ke rumah dinasku yang berada di pinggir k
Mata yang tadinya berkaca-kaca kini telah basah oleh air mata yang menggenang berselimut haru."T t tapi ... a a aku ... k k ka ki a a a ku ... kaki aku ...." Anye menggelengkan kepalanya sembari sebelah tangan menyentuh permukaan bibir menahan isakan yang pecah diwarnai kekalutan dan rasa hancur."Its okay, its no a big deal ... di mataku kamu sempurna, Sayangku ... ada atau tidak adanya pergelangan kakimu tidak mengubah sedikitpun rasa yang aku miliki padamu, bahkan menambah rasa sayang dan kekagumanku padamu karena telah memberanikan diri mengambil langkah demi mewujudkan hubungan kita yang semestinya, walau berakhir begini ... aku mohon, bersabarlah. Semua insyaa Allah akan baik-baik saja ke depannya. Trust me, kita hadapi semua sama-sama ya, Sayang." Anjas meraih telapak tangan Anye, dan menciumnya dengan lembut penuh kasih."Aku tidak mau lama-lama berada di sini, Mas," rengek Anye. Anjas tersenyum lembut sembari kembali menciumi tangan Anye yang masih berada di dalam genggam
Anjas tak bosan-bosannya berada di dekat sang istri terkasih. Berdoa tanpa jeda mengharap sang kekasih membuka mata dan kembali seperti sedia kala. Meski kini pergelangan kaki sebelah kiri Anye telah diamputasi, Anjas tak pernah mempermasalahkan itu. Kaki artificial untuk Anye bahkan telah dipesan oleh Arya Bagaskara untuk sang putri sematawayang kesayangan. Anjas tak mempermasalahkan ketidakhadiran Lukman Bagaskara, yang penting saat ini Anye telah berhasil ia halalkan, dinikahi secara sah dengan menggenggam tangan ayah kandung sang kekasih kala ijab kabul dilafadzkan. Anjas begitu bersyukur kini telah menjadi sosok suami bagi wanita yang paling ia inginkan dalam hidupnya. Wanita yang ia jaga sejak terlahir ke dunia, dibersamai dengan penuh kasih sayang hingga putik cinta bermekaran di hati keduanya. Anjas rutin membacakan ayat-ayat suci Al Qur'an saat berada di sisi Anye. Sesekali ia akan membisikkan kata-kata cinta dan pengharapan ke telinga sang dayita. "Baby, buka matanya
Anjas dan Arya saling menatap sarat kepedihan."Apakah memang tidak dapat dipertahankan saja? Aku khawatir Anyelir shock saat ia siuman nanti." Arya mencoba untuk bernegosiasi."Terlalu beresiko, Pak. Kami hanya ingin mengusahakan yang terbaik untuk keselamatan putri anda." Seorang dokter mencoba memberikan penjelasan pada Arya terkait sebelah kaki Anye yang memang tak dapat diselamatkan. "Segera nikahkan kami, Om, agar aku dapat turut merawat Anyelir," pinta Anjas. "Bagaimana kalau bertunangan saja dulu, Jas?" tawar Arya. Cepat Anjas menggeleng dengan tegas."Sebagai tunangan Anye aku belum halal untuk menyentuhnya, sementara ia sedang sakit, ia pasti membutuhkanku sebagai kakinya, tangannya, matanya dan segala yang ada pada dirinya.Tolong, OmKumohon mengertilah, Anye akan lebih cepat pulih dibawah perawatanku. Aku akan selalu ada untuknya.Aku akan membawanya tinggal bersamaku. Siang malam akan kami lewati bersama, aku yakin ia akan lebih bahagia kala mendapatiku saat membuka
Anye segera dilarikan ke IGD rumah sakit terdekat. Anjas selalu setia mendampingi calon istrinya dan tak lupa menghubungi Arya untuk mengabarkan kondisi Anye. Arya tiba secepatnya ke tempat yang diberitahukan oleh Anjas. Kini keduanya sama-sama bergeming menanti kelanjutan kabar nasib orang yang mereka cintai."Pasien akan kita pindahkan ke ruang ICU, siapa di sini yang akan bertanggungjawab terkait administrasi dan lainnya?""Saya!""Saya!""Anye itu putri Om, Jas ... biar Om yang menanggung semua, lagi pula pengendara g1l4 yang melanggar putri Om sudah diringkus, Om tidak akan dengan mudah melepaskannya. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Anye putri Om satu-satunya, jantung hati Om!" Arya menegaskan posisinya pada sang calon menantu. Anjas mengangguk patuh."Kau berhutang penjelasan pada Om, apa yang kalian lakukan di apartemen itu? Kenapa Anye bisa mengalami kecelakaan yang membuat dia tak sadarkan diri di ICU saat ini?"Anjas menjelaskan dengan detail awal mula ke
Andre kesal bukan main mendengar pertanyaan asal bunyi dari mulut sohibnya mempertanyakan kenapa ia masih berada di kantor pada malam hari."Kamvreeddt, ini kan karena elu yang tetiba resign, jobdesc gue jadi di luar nurul begini, seabreg-abreg kek cucian kotor yang belom sempat gue antar ke laundry," omel Andre.Keduanya langsung cabut menuju apartemen Denis yang terletak tidak begitu jauh dari Bagaskara Group Building."Yakin masih hapal passcodenya, Nye?" tanya Anjas."Iya, Mas ... semoga belum diganti deh, kalau sudah berubah ya ntar Nye telpon minta bukain ajalah." Anye kembali melakukan touch up sebelum turun dari mobil. "Jangan terlalu cantik, Nye. Mas cemburu!" titah Anjas yang wajahnya sudah ditekuk tanda tak rela.Keduanya lalu memasuki lobi dan menuju lift.Anye menekan angka lima dan berdiri tegang di sisi Anjas yang menyadari betapa gugupnya sang calon istri."Doakan semuanya lancar ya, Mas ... jujur aku merasa agak kurang nyaman, tapi ya mau bagaimana lagi. Aku in
"Mas, bantu pilihin juga ya, ntar aku salah pilih, yang ada bukannya hijab syar'i malah semakin meluber-luber seksinya berkedok hijab syar'i." Anjas mengangguk mengiyakan, ia memang bertekad memberikan panduan dalam memilih fashion yang sesuai dengan ketentuan yang semestinya. "Mas, kalau yang ini gimana? Bahannya adem, potongannya juga longgar, aplikasi renda dan brokatnya aku suka, manis minimalis, hijabnya juga panjang menutupi bokong." Anye menunjukkan satu stel gamis set berwarna lilac yang anggun seharga du4 jut4 tu7uh r4tus r18u rup14h. Anjas mengangguk setuju. "Kalau ini suka nggak?" Anjas menunjuk gamis berwarna navy. Anya mengerjap senang karena gamis yang ditunjukkan Anjas senada dengan outfit yang dikenakan calon suaminya itu."Suka banget, Mas. Bahannya juga adem, aku langsung pake aja kali ya, boleh kan?" Anye berputar-putar sembari melekatkan set gamis navy seharga l1m4 jut4 rup14h itu ke tubuhnya. "Good idea, beli lagi Nye ... ambil lagi setidaknya tujuh stel, ja
Herman sangat takjub kala matanya memindai sosok Anjas yang berdiri tegak di sisi Anyelir."Dia begitu mirip Adinagara di masa mudanya dulu. Lihatlah foto-foto itu. Lihat foto Adinagara saat ia berusia dua puluh lima tahun." Anjas dan Anyelir tak kalah takjub kala melihat foto-foto Adinagara muda yang tertata rapi di antara foto keluarga.Amira yang ikut bergabung spontan melafadzkan tasbih dan menahan diri sekuat tenaga agar tidak menangis haru di depan dua anak muda yang sedang tekun memperhatikan foto yang terpajang satu demi satu."Anyelir, jadi ini kah anak muda bernama Anjas yang kamu ceritakan kepada Oma dan Opa?" Amira mengonfirmasi. Anye mengangguk mantap sembari membawa Anjas mendekati wanita tua yang masih terlihat cantik di usianya yang telah memasuki kepala enam."Oma, saya Anjasmara calon suaminya Anyelir. Kami kemari karena hendak berpamitan. Saya akan membawa Anye untuk mengurusi beberapa urusan. Insyaa Allah kami akan datang kembali untuk mengunjungi Ibu Marisa--mami