Beranda / Romansa / Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim / Bab 4 Tak Pernah Berubah?

Share

Bab 4 Tak Pernah Berubah?

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rena hanya mengulum senyumnya sebagai respon atas titah tak wajar dari sang atasan. Tepat saat pintu lift terbuka semua mata tertuju padanya. Rumor miring pun sepertinya sudah mulai tersebar. Terbukti dari banyaknya tatapan tajam sebagai tanda tak suka saat melihat gadis itu berjalan bersisian dengan orang nomor satu di hotel itu.

“Nikmati masa kesenanganmu hingga sore tiba, Nona Rena,” ucap sang GM saat keduanya berpisah di pertigaan koridor.

Tak ada kata-kata lagi selain helaan berat napas dari Rena. Gadis itu kini berjalan dengan menegakkan wajahnya tanpa menolehkan pandangan pada orang di sekitarnya.

Masih ada waktu hingga beberapa jam sebelum tugasnya dialihkan. Rena kembali melanjutkan langkahnya menuju lantai 2. Departemen Food and Beverage yang selama ini menjadi tempatnya bekerja. Amel yang menyadari kedatangan sang sahabat segera melepas apronnya lalu menghampiri gadis itu.

“Serius, Ren? Kamu bakalan pindah ke departemen Admin and General?” tanya Amel seolah tak percaya dengan kata-kata yang barusan didengarnya.

Rena mengangguk pelan lalu membasahi bibirnya dengan sapuan lidah.

“Kok malah aneh ya. Kenapa bisa gitu sih?”

“Entahlah. Udah nasib aku kayaknya. Kamu baik-baik ya di sini. Lain kali kita bisa janjian bareng. Mungkin tugas aku bakalan jauh lebih sulit lagi,” kata Rena sembari mengemasi barang-barang yang tertinggal di meja kerjanya.

Bahkan hanya sebagian kecil saja yang peduli pada gadis itu. Ah, bukan masalah besar baginya karena memang sudah terbiasa dipandang lain oleh mereka yang tahu watak Rena sebenarnya.

Gadis itu hanya membungkukkan badan saat berpapasan dengan sang manajer dan direktur. Entah apa yang menjadikan kedua lelaki itu hanya bungkam dan tak menoleh pada Rena sama sekali. Tampaknya memang hanya Amel yang tetap berlaku ramah pada dirinya. Sudahlah. Tak ada gunanya memikirkan pendapat orang lain. Begitulah pikirnya untuk menghibur diri sendiri.

Kini dirinya sudah tiba di rumah mungil sederhana dengan ukuran 3x7 meter. Suara derit pintu berbunyi saat perempuan berambut hitam legam itu memutarkan anak kunci.

“Kenapa harus ketemu dia lagi? Kenapa dia kembali? Aku ah, hiks,” isak Rena yang sudah terkulai lemas di balik pintu rumahnya.

Dia menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut yang sudah tertekuk. Kedua tangannya tengah memukul-mukul lantai keramik. Tangisnya mulai pecah saat ini. Perkataan dokter yang membuat dirinya terpukul hebat kembali terngiang di telinga. Luka lamanya berhasil terkuak kembali.

Dadanya sudah sesak bahkan saat pertama kali bertemu dengan sang mantan. Entah apa rencana Tuhan hingga dia kembali harus berhadapan dengan masa lalu. Usahanya kabur dari kenyataan sepertinya cukup sampai di titik ini saja. Ternyata sebelas tahun juga sama sekali tak mengubur kenangannya di Medan hingga dirinya kembali di kota ini lagi setelah sekian lama. Mungkin kalau tahu akan seperti sekarang, Rena akan memilih untuk menetap di Surabaya usai menyelesaikan kuliahnya kala itu.

Sesuai dengan perkataan Bara, perempuan yang sedang memendam luka itu terpaksa menjadi sekretarisnya dalam beberapa bulan ke depan. Selanjutnya dia pun harus ke luar dari pekerjaannya.

TING!!

Pesan masuk segera muncul di layar ponsel Rena. Dia hanya terkekeh pelan sembari menyeka air mata yang sudah membasahi wajah.

[Philadelphia Hotel. Jalan SM Raja. See you soon.]

Tak ada nama pengirim, namun Rena segera menyadari siapa orang itu. Seulas senyuman tipis terbit di wajahnya. Pakaian seksi. Bukankah dia sudah terbiasa mengenakannya? Memang iya, namun itu murni karena keinginannya sendiri. Mendengar perintah sang GM membuat Rena merasa direndahkan. Baru kali pertama dia peduli dengan anggapan orang lain. Apa karena dia seorang Bara?

Sejak setengah jam lalu Rena sudah mematut diri di depan cermin. Tangannya dengan cekatan membuat kepangan rambut dengan style French Braid. Terlihat rapi dan juga elegan karena menampakkan lehernya yang jenjang. Gaun sewarna putih susu dengan panjang seatas lutut sudah membalut tubuh indahnya. Tak lupa pump heels setinggi 7 sentimeter berwarna pastel sudah menghiasi kaki seorang Rena. Tangan lentiknya menyemprotkan parfum beraroma orange blossom sebagai sentuhan terakhir untuk penampilan di sore ini.

Sementara di tempat yang berbeda, Bara baru saja memasuki mobil mewahnya yang sudah dibukakan pintu oleh sang sopir. Pandangan pria itu lurus ke depan sembari melihat layar ponsel. Ada rasa kesal terpatri di hati karena sang mantan tak kunjung membalas pesannya. Namun tak apa. Dia tahu betul watak Rena yang takkan sampai hati meninggalkan tanggung jawab pada pekerjaan. Terlebih lagi beberapa ancaman yang sudah ia layangkan sebelumnya pada gadis itu.

“Kenapa, hmmm?” Rena menyunggingkan senyuman tipisnya saat sudah bertemu dengan sang GM.

Aroma parfum peppermint yang maskulin kini beradu dengan wangi orange blossom milik gadis itu. Pun begitu dengan tatapan sang empu yang saling menusukkan pandangannya. Sejenak Bara menelan salivanya saat melihat busana berani yang dikenakan oleh sang mantan. Jujur saja semenjak 2 hari saat pertemuan kembali mereka, Bara benar-benar terobsesi pada Rena.

Entah obsesi ingin memiliki ataupun ingin menyiksa sang mantan. Hanya Bara yang bisa menjawabnya untuk saat ini.

“Apa aku perlu menggandeng lenganmu, Bos?” tanya Rena sambil memiringkan wajahnya.

Bara hanya diam dan berjalan lebih cepat menuju lift. Tak ada suara di antara keduanya. Hanya helaan napas sesekali karena harus menyeimbangkan langkah sang GM yang berjalan hampir dua kali lebih cepat darinya.

“Sore, Tuan. Panggil saya Rena. Sekretaris pak GM yang baru,” sapa Rena sambil menerbitkan senyuman terbaiknya.

Sang GM yang melihat tatapan berbeda dari sang investor berusaha untuk bersikap biasa. Bukankah ini yang dia inginkan? Membuat sang mantan menjadi pancingan agar kerja samanya dapat berjalan sesuai rencana?

[Berikan performa terbaikmu!]

Usai mengirimkan pesan singkat pada sang sekretaris, Bara membenarkan posisi duduknya.

Rena mengulas senyumnya saat sang GM pamit hendak meninggalkan ruangan sesaat. Dalam hati ada rasa tak terima, namun mau bagaimana lagi. Sepertinya Bara tak ingin ambil pusing hingga menjadikannya sebagai umpan.

Tanpa sepengetahuan Rena dan sang calon investor, Bara tengah mengamati mereka dari kejauhan. Melihat bagaimana tatapan buas sang pemangsa saat disuguhi peri cantik berkedok sekretaris. Bahkan keduanya sama-sama saling terbahak entah membahas apa. Salah Bara sendiri mengapa membuat sang mantan mengeluarkan pesona.

“Mau pulang dengan saya?” tawar sang pria berkumis tebal yang sekarang resmi menjadi investor perusahaan mereka.

Belum sempat Rena membuka suara, sang GM muncul entah dari mana.

“Nona Rena akan pulang bersama saya, Pak. Kami masih ada meeting di tempat lain. Terima kasih atas kerja samanya,” ucap Bara berusaha melengkungkan sudut bibirnya.

BRUK!!

Tubuh mungil Rena terhempas ke dalam mobil begitu saja.

“Jalan, Pak!” titah sang GM tanpa mempedulikan kondisi sang sekretaris.

“Kenapa lagi sih? Aku udah ngelakuin apa yang kamu mau,” protes Rena tak terima dengan perbuatan Bara.

Baru lima menit berada di perjalanan, sang GM sudah menyuruh sang sopir menghentikan laju kendaraan. Tanpa berbicara sepatah katapun dia menarik Rena keluar. Rena semakin mengerutkan dahinya dan menatap wajah Bara dengan penuh keheranan. Bukankah tugasnya berjalan dengan baik?

“Good Job, Nona Rena. Kamu semakin terlihat murahan dengan penampilanmu. Ternyata memang enggak pernah berubah sama sekali,” cibir Bara yang sudah tersulut emosi.

“Why? Enggak nyangka kalau aku bisa lakuin sesuai perintah?” Rena membolakan matanya.

Bara yang masing mencengkram pergelangan tangan sang mantan kini semakin menguatkan tenaganya. Suara ringisan Rena benar-benar tak berarti sama sekali.

“Shame on you, Ren,” hardik Bara.

“Ini masih permulaan,” lanjutnya sembari meninggalkan Rena seorang diri.

Tak lagi peduli kondisi mereka yang ternyata berada di taman kota yang berada di kawasan Teladan. Jangan tanyakan suasana keramaian yang tercipta di sore hari itu. Rena menjadi bahan tontonan saat mobil mewah itu meninggalkannnya begitu saja.

Rena mematung untuk beberapa detik. Beberapa pasang mata melihatnya dengan tatapan keheranan.

“Sialan. Aku harus ambil mobil ke hotel itu lagi. Apa maksudnya tadi?” rutuk Rena sembari mengelus tanda memar di pergelangan tangannya.

Gadis itu tak langsung pulang ke rumah. Dia memutuskan untuk menepikan mobilnya ke parkiran butik. Sayangnya orang yang dia cari tak ada di tempat. Rena memilih untuk menunggu hingga malam tiba.

“Aku harus apa?”

Bab terkait

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 5 Semakin Benci

    Fina langsung tergelak saat mendengar penuturan dari sang sahabat. Ternyata usaha Rena untuk kabur dari masalah benar-benar bukan pilihan yang tepat. “Kamu yang sabar ya, Ren. Mau resign juga nggak bisa. Aku harus bantu apa?” Fina mengeratkan genggamannya pada tangan Rena. Hanya helaan napas dan senyuman tipis sebagai jawaban dari pertanyaan tadi. Gadis itu sebenarnya tak ingin meminta bantuan apapun. Dia hanya ingin sahabat lamanya mendengar isi hati yang takkan pernah ia sampaikan pada orang lain. Bahkan memang hanya Fina yang tahu kondisi dirinya hingga saat ini. Rena menyeka air matanya, “Oh ya gimana persiapan pernikahan kamu? Ada yang kurang nggak? Kali aja aku bisa bantu. Maaf ya aku harus ke sini nyamperin kamu. Untung kamunya enggak sibuk.” “Ih, kamu ini ya. Semua udah kuserahin ke WO. Kamu tinggal datang aja. By the way, Mas Arlan bilang kalo dia kenalan lama kak Bara loh. Mereka pernah terlibat kerja sama gitu.” “Terus hubungannya sama aku apa?” tanya Rena acuh tak acu

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 6 Cemburu

    Dahinya sedikit berkerut saat melihat sang mantan begitu akrab dengan lelaki di hadapannya. “Kalian?” Lelaki itu menunjuk ke arah Rena dan Bara secara bergantian. Sang gadis mengangguk sementara Bara mengalihkan pandangannya. “Sejak kapan kamu ganti sekretaris?” tanya lelaki itu penuh selidik. Lagi-lagi Bara diam dan melenggang masuk ke ruangan rapat. “Kak Tora kenal dia?” tanya Rena heran. “Adik aku yang baru pulang dari London,” jawab lelaki yang bernama Tora itu. Rena mengatup-ngatupkan bibirnya. Dia berpikir sejenak lalu mulai menatap layar ponsel yang berada di genggamannya. Suasana hening sesaat karena mereka menunggu kedatangan sang pemilik panti asuhan tempat mereka akan melakukan acara santunan. Beberapa saat kemudian Rena menganggukkan kepala. Seolah paham dengan informasi yang baru saja didapatnya. Rossy Hotel dan Erlangga Hotel memiliki owner yang sama. Mendiang mama merupakan owner Rossy Hotel sesuai

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 7 Jangan Dekati Kakakku!

    Kejadian kemarin benar-benar membuat Rena ketakutan. Tampaknya dia melihat sosok iblis saat sang mantan hampir membunuhnya dengan tangan kosong. Beruntung kemunculan David bisa mencegah adegan percobaan pembunuhan itu. Bara segera membebaskan leher jenjang sang sekretaris. Pagi ini dia kembali dibuat kebingungan. Rena menghentakkan kakinya ke lantai usai mendengar ucapan sang atasan yang seenak jidatnya saja. Gadis itu harus meninjau ulang panti asuhan sesuai dengan kesepakatan beberapa hari yang lalu. Kalau saja lokasinya mudah dijangkau Rena takkan keberatan sama sekali. Sayangnya dia harus melewati perjalanan yang tak biasa. Harus menggunakan perahu untuk menjangkau kawasan terpencil itu. Jadilah dia uring-uringan sembari mengetuk-ngetuk meja kerja di depannya. Pemandangan ini sukses membuat sang GM menerbitkan senyum devilnya. “Kak Tora?” gumam Rena saat melihat nama pengirim pesan di layar ponselnya. Dahinya sedikit berkerut saat membaca kalimat

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 8 Nasib Sial

    Mata Rena memerah saat melihat benda pipih yang ada di genggamannya terjatuh. Senyum penuh kemenangan tercetak di wajah sang GM. Pria itu segera meninggalkan Rena yang membungkuk untuk menyambar ponselnya yang memang sengaja dijatuhkan Bara. “Kenapa harus gini?” isak Rena yang tak dapat membendung air matanya. Dia berjalan tertatih-tatih menuju toilet. Wajahnya masih mampu melengkungkan senyuman usai mendapat perlakuan buruk dari sang atasan. Ah, bukankah ini yang dia mau? Semenjak mengetahui kondisi tubuhnya yang mengidap sindrom MRKH, gadis itu menghapuskan kata pernikahan dalam kamus hidupnya. Sangat mustahil ada pria yang mau menikahi perempuan yang tak bisa melahirkan. Begitulah isi pikiran Rena. Usai membenarkan penampilannya yang sempat berantakan, Rena segera melangkah ke luar. Melakukan pemesanan taksi online dan menenangkan diri di rumah saja. **** “Kakak yakin kak Tita nggak bakalan curiga? Aku kesannya kayak pelakor jadi

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 9 Tugas Tak Biasa

    Di dalam ruangannya, sang GM sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Terlebih lagi Tita yang terang-terangan memberitahu bahwa hubungannya terancam kandas. Apalagi kalau bukan stigma negatif yang ditujukan tentang kedekatan Tora dan Rena. Sebenarnya seorang Bara tak perlu ambil pusing dengan aduan Tita. Tetapi saat mendengar nama Rena entah mengapa hatinya berkecamuk. Seolah ingin membuat sang mantan benar-benar hancur. Hingga suara ketukan membuyarkan lamunan dirinya. “Pagi, Pak. Dua hari lagi acara di panti asuhan akan dilangsungkan. Ada yang perlu saya benahi atau hal lain?” tanya Rena tanpa membalas tatapan sinis sang atasan. “No,” jawab Bara yang kini sudah memalingkan wajahnya. Rena menghela napas pelan lalu mengambil kembali berkas yang sudah ditandatangani oleh sang GM. Bahkan hingga sekarang gadis itu tak tahu tugas mana sebenarnya yang merupakan pure dari seorang sekretaris. Dia selalu ditugaskan hal yang aneh hingga tak masuk akal sama sekal

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 10 Klub Malam

    "Hah. Apa-apaan ini?" Rena yang baru tiba di depan mejanya sudah dikagetkan dengan hadiah yang jelas tak diharapkan. Sesosok wanita sudah menatap nyalang dirinya. Siapa lagi kalau bukan Tita.BYUR!! Benar kata Bara kalau calon kakak iparnya itu sangat menyeramkan. Pagi-pagi sekali Rena sudah dihadiahi dengan siraman rohani oleh Tita. Lebih tepatnya siraman air mineral yang ada di mejanya sendiri. “Puas kamu ngebuat anak aku enggak ada papanya?? Berapa kamu dibayar tidur sama dia??” tuduh Tita berapi-api. Rena menghela napas pelan. Berusaha mengumpulkan keberaniannya setelah mendapatkan perlakuan yang mengejutkan barusan. Di waktu yang bersamaan sang GM yang menyadari kekacauan di luar kantornya segera menghubungi sang kakak. Lelaki yang menjadi alasan mengapa Tita datang menghardik sekretaris luarannya itu. Semenjak munculnya Ami menggantikan Rena, Bara memanggilnya dengan seketaris luaran. “Lepas, Bar. Aku mau ngasih pelajaran sama jalang ini,” decak Tita saat Bara menghentik

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 11 Nyaris Hancur

    “Sorry,” ucap Rena dengan maksud menolak ajakan pria di sampingnya. “Jalang. Jangan jual mahal kau,” hardik si pria. Dia menarik rambut Rena sembari merengkuh erat pinggangnya. Menghirup aroma parfum orange blossom gadis itu. Lalu mengenduskan wajahnya ke ceruk leher Rena. Menjijikkan. Itulah yang sedang dirasakan oleh seorang Rena. “Lepas atau kau akan mati di tanganku,” ancam Rena sembari menendang sepatu pantofel si pria dengan ujung high heels miliknya. “Kurang ajar.” Helaan napas berat kini sudah berembus dari indera pernapasan Rena. Sebelumnya dia tak pernah mendapatkan perlakuan gila semacam ini. Tampaknya ada yang mengamati gerak-gerik gadis itu sejak menemani banyak pria di club malam. Tentunya sang GM jugalah menjadi penyebab dari akar masalahnya sekarang. “Jangan main-main denganku,” bisik pria tadi yang masih tak mau kalah dengan ambisinya. “Lepas kataku,” ketus Rena sembari menjauhkannya dari wajah

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 12 Mencemaskanmu

    Tangan Bara segera mengepal lalu meninju setir yang ada di hadapannya. “Di mana kamu, Ren? Jangan buat aku gila, shit,” umpat Bara seketika. Antara benci dan cinta memang begitu tipis bedanya. Pikiran Bara saat ini benar-benar kacau. Sementara di waktu yang bersamaan Rena sedang sibuk mencari tumpangan untuk membawa dirinya menuju panti asuhan. Dia sudah tahu kabar banjir bandang yang letaknya tak jauh dari tempat ini. Namun rasa takutnya akan kehilangan pekerjaaan mirisnya jauh lebih tinggi lagi. “Duh, ini gimana sih malah jadinya kacau gini,” keluh Rena usai meraup wajahnya dengan kesal. Gadis itu hampir menangis karena takut tak bisa datang ke sana tepat waktu. Segala perlengkapan dan kebutuhan lain terkait acara sudah berada di sana satu hari yang lalu. Beruntung sekalia dia karena tinggal membawa diri sendiri saja. Namun sayangnya kejadian ini sama sekali tak terbayangkan oleh Rena si gadis malang.

Bab terbaru

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 109 Tujuan Pernikahan (Tamat)

    Rena tampak begitu anggun mengenakan kebaya putih dengan desain yang terlihat elegan membungkus tubuhnya. Sang Mami menuntunnya berjalan menuruni gundukan anak tangga tanpa melepas tangannya sama sekali. Gugup. Itulah yang tengah dirasakan oleh gadis cantik tersebut. Dirinya didudukkan tak jauh dari sang pria yang sebentar lagi akan melaksanakan ijab kabul dalam hitungan menit. Tak ubahnya dengan Rena, Bara bahkan tak berani menatap sang calon istrinya itu karena sibuk mengingat lafal yang dikatakan Pak Penghulu tadi. Jelas dia tak mau mengulang kesalahan saat melangsungkan ikrar suci pernikahannya nanti. Jadilah sang GM Erlangga Hotel tersebut memilih untuk menundukkan pandangan.“Bagaimana? Apa ada lagi yang mau ditunggu?” tanya Pak Penghulu. Kedua pihak calon mempelai pengantin sepakat untuk memulai proses akad nikah. Karena tak ada keluarga dari pihak sang Papi yang tersisa, jadilah wali hakim ditunjuk untuk menjadi perantaranya.

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 108 Harus Dipercepat

    Singkat, padat dan jelas. Itulah yang diutarakan Tita barusan. Istri Tora yang semula bersifat kasar dan egois itu menggenggam tangan Rena lalu membawanya menyentuh perut yang sedikit membuncit. “Kita besarkan anak ini sama-sama ya, Ren.” Rena masih bergeming. Kedua matanya berkaca-kaca karena tak tahu harus mengatakan apa untuk membalas permintaan sang calon Kakak Iparnya. “Kamu mau ‘kan? Anak ini akan punya dua orang ibu dan ayah. Dia pasti senang sekali,” gumam Tita. “I-iya, Kak,” jawab Rena akhirnya. Lantas keduanya saling berpelukan untuk menyalurkan perasaan kasih antar sesama wanita. Tak berapa lama Bara pun datang untuk memisahkan mereka. “Cepatlah, Sayang. Nanti kamu akan terlambat,” bisik Bara kemudian. Rena mengangguk pelan. Senyumnya mengembang sempurna ketika menuruni eskalator yang menjadi fasilitas menuju langkahnya ke arah gate maskapai penerbangan. Sang Mami mengusap pelan lengannya untuk memberikan ketenangan. *** [“Lihat nih! Kakak udah bisa main

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 107 Mari Menabung Rindu

    “Aku percayakan semua sama Kakak aja ya.” “Enggak. Pokoknya Kakak mau kita yang urus sendiri untuk itu,” putus Bara yang sama sekali tak ingin mendengar adanya bantahan. “Please, Sayang!” Wajah puppy eyes dan penuh harap dari seorang Adibara Erlangga membuat Rena mengangguk sambil mengulum senyum. Tak pelak dia bergerak untuk melepaskan sabuk pengaman yang masih melekat di tubuh sang tunangan. CUP! “Makasih, Sayang,” gumam Bara tepat setelah gadisnya hendak beringsut mundur. “Enggak mau balas hemm?” “Enggak,” tolak Rena cepat. “Yang ada nanti kita enggak masuk-masuk. Tuh lihat Papa udah berdiri di balkon sana!” “Alasan saja,” cibir Bara. Rena seolah menulikan indera pendengarannya. Lantas membuka pintu mobilnya dengan segera. Pemandangan yang pertama kali dilihat membuatnya mengerling malas. Ada Tita yang tengah duduk bersantai di ruang tamu sembari menikmati susu hamilnya. “Jangan hiraukan dia. Ayo masuk!” “Enggak, Kak. Aku pulang saja ya.

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 106 Hari Nostalgia

    Pemandangan hijau nan asri membuat senyum Rena merekah sempurna. Gadis itu memapah sang tunangan dengan tangan kiri yang menenteng sebuah keranjang berisi kotak bekal yang dibawanya dari rumah. Parfum dengan aroma citrus blossom yang menguar dari tubuh tunangan Bara tersebut seolah menyatu dengan alam. Segar dan membuat perasaan yang menghidunya jadi menumbuhkan kesan positif. “Anaknya Tante Cintya itu emang top kasih terapi ke Kakak. Buktinya bisa terapi,” gumam Rena sambil tersenyum. “Suaranya mirip nyamuk. Melengking dan menyebalkan. Makanya mau tak mau Kakak terpaksa menurut saja,” kekeh Bara yang kini sedang menaik-turunkan pergelangan tangan kanannya. “Kalau enggak kayak gitu aku yakin Kakak pasti sembuhnya lama. Entar kalau kita nikah mana bisa gendong aku untuk photo shoot,” kata Rena sambil menahan tawanya. “Bisa. Harus bisa dong,” kata Bara dengan penuh keyakinan tingkat tinggi. “Dalam waktu dua bulan ke depan kamu akan lihat Kakak bisa kembali seperti dulu

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 105 Persiapan LDR

    Istri Tora yang merasa tersinggung itu hendak maju untuk menyerang Sandra, akan tetapi langkahnya terhenti ketika mengingat pengalaman pahit kehilangan bayinya beberapa bulan yang lalu.“Lebih baik Kakak fokus pada kehamilan saja. Sudah mau jadi ibu tetapi kelakuannya sama sekali tak berubah,” ketus Sandra yang segera menghilang dari pandangan Tita. Napasnya masih memburu hingga kembali menghampiri Jason yang masih tetap dalam posisi semula. Bahkan saking kesalnya dia merebut gelas pria itu dan menenggak isinya hingga tak bersisa.“Kenapa?” tanya sandra begitu melihat tatapan sinis Jason.“Kau mengambil gelasku,” cibir sang pria.Sandra langsung mengerjap cepat. Lantas memandang gelas kaca miliknya yang masih bersisi setengah. Jelas dia merasa malu bukan main. “Maaf. Aku akan gantikan gelasmu yang lain.”“Tak usah,” ketus Jason segera. Tak pelak dia menatap Sandra yang tampak seperti kehabisan tenaga. “Kau habis cakar-cakaran?” tanyanya kemudian. Sa

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 104- Selangkah Lagi

    Rena segera menoleh ketika mendengar suara ketukan dari arah luar. Lantas dia pun mengangguk seolah memberikan kode pada tim penatas rias yang baru saja memperindah penampilannya.“Kau cantik,” gumam Jason sambil tersenyum. “Papi pasti senang kalau dia berada di sini sekarang.”“Ya. Mungkin saja dia akan menghentikan acara ini. Apalagi kalau Papi tahu akan menikah dengan anak musuh bebuyutannya.”Ucapan barusan membuat Jason terkekeh. “Kau memang sok tahu. Papi mana begitu. Dia akan melakukan apa saja untuk membuatmu bahagia. Bahkan ketika tahu bahwa kau pacaran dengan Bara waktu itu.”Alis Rena langsung naik sebelah. Merasa heran dengan penuturan Jason beberapa detik yang lalu. Lantas Abang angkatnya tersebut menarik kursi agar bisa berbicara lebih lama lagi. Tak pelak

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 103- Mirip Tom and Jerry

    “Jangan membantah. Atau aku culik kamu sekarang,” gumam Bara dengan sorotan mata tajamnya. “Siapkan dirimu, Sayang. Lusa acara tunangan kita akan digelar di hotel Erlangga jam 7 malam.” Setelahnya pria itu mengecup singkat pipi Rena lalu bergerak ke luar dari mobil. Memanggil sopir Rena sebelum akhirnya melambaikan tangan sambil mengerdipkan mata. Baru saja menghempaskan diri atas ranjang, gadis itu kembali dikejutkan dengan panggilan video dari sang kekasih. Senyumnya mengembang sempurna usai membersihkan diri pulang dari acara tadi.[“Hai, Cantik. Sedang apa?”] Rena tak menjawab. Hanya menunjukkan deretan gigi putihnya yang bersih dan rapi.[“Kamu cosplay jadi iklan pasta gigi ya?”]

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 102 Jangan Halangi Aku

    Acara utama syukuran tujuh bulanan untuk kehamilan Fina sudah berakhir. Para tamu dipersilakan berbaur dan mencicipi hidangan yang telah tersedia.“Selamat ya, Fin. Semoga kamu sehat sampai lahiran nanti,” gumam Rena sambil mengelus lembut perut buncit sahabat karibnya itu. Ada perasaan gembira bercampur iri yang sedang dipendamnya sendiri. Sedangkan Fina yang paham betul bagaimana perubahan raut wajah sendu tersebut segera menggenggam tangannya.“Anak aku akan jadi anak kamu juga. Dia akan manggil kamu Mama juga, Ren. Ini hanya perkara mengandung dan melahirkan. Kamu juga akan dianggap sebagai ibunya,” ucap Fina dengan air mata yang sudah menggenang. Keduanya saling berpelukan erat. Tak ada yang berbicara hingga suami Fina menghampiri mereka.“Cemburu nih aku sama kalian. Udah kayak Kakak Adik aja.”Buru-buru Fina menyeka air matanya, lalu menyikut pelan lengan sang suami. “Anak kita bakalan punya dua Mama. Iya ‘kan, Mas?”Suami Fina yang tahu bagaimana kondis

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 101 Seperti Dulu Lagi

    CUP! Bukannya menjawab pertanyaan Rena, Bara malah mendaratkan kecupannya di bibir ranum mantan cantiknya itu. Jelas membuat sang empu terkejut bukan main.“Kau!!”CUP! CUP!! Sontak kedua manik mata kecokelatan milik gadis cantiknya sukses membelalak dengan sempurna. Bibirnya menganga hendak mengucapkan sesuatu, namun sayangnya lidah pun mendadak kelu.“Aku tak sabar menghabiskan sisa hidup denganmu. Makanya ayo cepat-cepat menikah,” gumam Bara kemudian. Sang gadis berubah manyun sambil mengubah posisi duduknya menjadi lurus ke depan. Tak lagi saling berhadapan dengan sang mantan yang akhir-akhir ini selalu bisa membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Sementara Nyonya Adhisty yang hendak memanggil Putrinya turut menghentikan langkah di ambang pintu. Sadar bahwa keduanya sedang terlibat percakapan serius, dia pun kembali mengurungkan niat tadi. Bara mendekat, mengikis jarak di antara mereka. Tak lagi pedulikan bagian klaviku

DMCA.com Protection Status