Beranda / Romansa / Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim / Bab 7 Jangan Dekati Kakakku!

Share

Bab 7 Jangan Dekati Kakakku!

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kejadian kemarin benar-benar membuat Rena ketakutan. Tampaknya dia melihat sosok iblis saat sang mantan hampir membunuhnya dengan tangan kosong. Beruntung kemunculan David bisa mencegah adegan percobaan pembunuhan itu. Bara segera membebaskan leher jenjang sang sekretaris.

Pagi ini dia kembali dibuat kebingungan. Rena menghentakkan kakinya ke lantai usai mendengar ucapan sang atasan yang seenak jidatnya saja. Gadis itu harus meninjau ulang panti asuhan sesuai dengan kesepakatan beberapa hari yang lalu. Kalau saja lokasinya mudah dijangkau Rena takkan keberatan sama sekali. Sayangnya dia harus melewati perjalanan yang tak biasa. Harus menggunakan perahu untuk menjangkau kawasan terpencil itu. Jadilah dia uring-uringan sembari mengetuk-ngetuk meja kerja di depannya. Pemandangan ini sukses membuat sang GM menerbitkan senyum devilnya.

“Kak Tora?” gumam Rena saat melihat nama pengirim pesan di layar ponselnya.

Dahinya sedikit berkerut saat membaca kalimat berikutnya. Ternyata Tora mengajak gadis itu untuk bertemu. Sebenarnya hubungan mereka cukup dekat meskipun hanya dibilang sebagai kakak dan adik tingkat saat di perkuliahan. Namun saat mengetahui kebenaran bahwa sang mantan merupakan adik kandung Tora, Rena menjadi harus semakin berhati-hati.

[Nanti kita ke markas yuk, Ren. Dua jam aja. Mumpung besuk libur.]

[Oke, Kak. Jumpa di tempat biasa aja ya.]

Seketika raut wajahnya mendadak ceria hingga berhasil membuat mood pun berubah. Perempuan yang sangat gemar membentuk kepangan rambut ala French Braide itu kembali fokus pada monitor komputer di depan matanya.

“Jangan lupa besuk ke panti itu, pastikan semua benar-benar sesuai dengan yang sudah direncanakan. Jangan ulangi kesalahanmu di departemen sebelumnya,” ketus Bara yang masih menatap lurus ke depan.

“Iya, Pak,” sahut Rena sambil menundukkan wajahnya.

Dia segera pamit undur diri dan segera membereskan sisa pekerjaan. Selang beberapa detik kemudian beberapa orang karyawan yang melintas di depannya mulai menghampiri meja kerja Rena. Seperti biasa, entah kawanan mana lagi yang menunjukkan sikap tak senangnya pada posisi gadis itu. Namun bukan Rena namanya kalau hanya tinggal diam mendapatkan perlakuan ini.

Gaya sang sekretaris memang begitu elegan. Dia memiringkan wajahnya lalu membusungkan dada dan melayangkan senyuman meledek untuk membalas mereka. Lagi-lagi dia hanya menggeleng sambil menghela napas pelan saat kawanan tadi menghilang dari pandangannya.

“Pak David,” sapa Rena saat melihat kedatangan sang asisten GM.

David hanya bergumam lalu segera bergegas menuju ruangan Bara. Tak lama kemudian sang GM beserta asistennya segera meninggalkan ruangan. Rena bisa bernapas lega. Sesekali dia mengelus dada karena tak perlu menegangkan tubuh karena permintaan sang atasan yang terasa bersifat dadakan. Entah mengganti jadwal atau menyiapkan meeting dadakan. Jelas saja tugas itu membuat dirinya benar-benar kelabakan.

Sesuai dengan janji sebelumnya, Tora dan Rena bertemu di halte bus seperti biasa. Gadis itu tak pernah sekalipun membawa teman prianya ke rumah karena khawatir banyak gosip buruk yang akan menyerangnya. Cukuplah namanya tercoreng di kawasan kerja saja, namun kalau di sekitar rumah Rena terkenal dengan sikap ramahnya.

Baru lima menit Tora melajukan kendaraannya, lelaki itu sudah mendengus pelan. Rena yang tadinya menatap lurus ke arah jalanan segera menolehkan pandangannya ke arah sang kakak tingkat itu. Lebih tepatnya mereka dekat karena berada di naungan taekwondo yang sama.

“Kayaknya kita nggak usah ke markas, Ren. Anak-anak juga nggak ada. Mereka ada tanding sekaligus uji kenaikan sabuk biru. Lama banget mereka balasnya sih sampek Kakak harus jemput kamu. Kalau gini jadinya nggak tahu harus gimana,” ujar Tora yang kemudian menghela napas pelan.

Belum sempat Rena membuka suara, Tora kembali berbicara, “Temani Kakak beli dessert kesukaan Tita ya. Nggak jauh kok dari sini.”

Sementara itu di waktu yang bersamaan Bara tak sengaja bertemu dengan Tita sang calon kakak ipar. Mirisnya mereka berada di mall yang sama dengan keberadaan Rena dan Tora.

“Hai, calon Adik iparku yang tampan. Long time no see ya,” sapa Tita usai membuka kaca mata hitamnya.

Bara hanya mengulas senyum sembari menganggukkan kepala.

“Loh, bukannya ini mobil Tora ya,” gumam Tita yang kemudian melihat plat kendaraan agar tak salah menduga.

Perempuan itu menerbitkan senyumnya lalu tertawa kecil. Dalam hati dia sudah menebak jika Tora akan memberikan kejutan untuknya.

“Kita ke dalam barengan, yuk,” ajak Tita.

“Aku —”

“Cuma anterin aku aja jumpa pangeran hati. Yakin beneran enggak mau?” sela Tita sambil mencebikkan bibirnya ke bawah.

Bara mengalah sembari mengiringi langkah sang calon kakak ipar. Sementara David sang asisten masih setia mengikuti dirinya ke manapun.

Wajah Tita berubah kecewa saat tak menemukan orang yang dicarinya di tempat penjualan cake langganan perempuan itu. Mana mungkin sang pria kemari kalau tidak untuk membelikan dessert untuknya. Hanya toko kue itu yang digemari oleh Tita. Entah mengapa ada perasaan curiga mulai muncul di benaknya.

“Tora enggak akan angkat telepon karena memang kami lagi marahan,” keluh perempuan berambut pirang itu.

Dengan terpaksa Bara menyuruh sang asisten untuk membantu Tita mencari sang kakak. Sementara itu dia berjalan ke arah cafe yang berada di bagian selatan lantai 1. Pria itu merutuki tingkah kedua orang yang benar-benar memancing kemarahannya. Baru saja dia hendak melangkah, suara Tita justru mengurungkan niatnya.

“Kakak cari sebelah sana, biar ditemani David. Aku tadi cek enggak ada di sini. Kali aja udah balik ke parkiran,” bohong Bara.

Tita hanya mengangguk pasrah lalu memutar balik badannya. Kini Bara berjalan setengah berlari menuju cafe tadi. Matanya menatap tajam pada kedua orang yang berlainan jenis dari jarak sekitar 3 meter darinya. Apalagi saat sang pria menyeka noda dari sudut bibir si wanita. Benar-benar sukses membuat Bara mendecakkan lidahnya.

“The real parasite, sudah berapa kali aku katakan jangan menggoda pria ini!!” umpat Bara yang sudah mendelikkan matanya pada si wanita. Dialah Rena sang mantan yang menjadi sasaran kemarahannya.

Beberapa pasang mata kini mulai mengalihkan pandangan pada meja tempat Bara mengeluarkan amukannya.

“Cukuo, Bar. Apa yang sedang kau lakukan hah??” ujar Tora yang heran dengan kedatangan sang adik.

“Jangan jadi pria brengsek dengan mengencani wanita rendahan sepertinya. Kau akan merugi, Kak, ” kecam Bara.

“Oh ya, calon istrimu sedang berada di parkiran. Cepat temui sebelum dia membuat onar,” ketus Bara lagi sebelum meninggalkan kekacauan yang baru saja dibuatnya.

Seketika wajah Tora berubah menjadi panik. Padahal jelas dugaan sang adik salah. Mana mungkin dia berselingkuh dari Tita sang tunangan. Apalagi tujuan mereka memang ingin membelikan hadiah untuk perempuannya itu.

“Kakak jumpai aja. Bahaya ibu suri kalau udah ngamuk,” kekeh Rena yang sangat hafal dengan watak Tita lewat penuturan Tora sebelumnya.

Sepeninggal Tora dari tempat itu, Rena masih duduk di meja yang sama. Senyumnya terbit saat menerima pesan Tora yang menyatakan bahwa Tita tak mengetahui kebersamaan mereka. Hah, entah mengapa para kaum Hawa selalu memandang buruk pada Rena.

Usai meninggalkan cafe, Rena berpapasan dengan David. Lelaki itu menyuruh Rena agar bertemu dengan sang GM yang menunggunya di parkiran. Menyebalkan sekali sang atasan itu. Bahkan di waktu libur pun Rena sepertinya selalu berurusan dengan dirinya.

“Kenapa?” tanya Rena tanpa basa-basi.

“Aku sudah peringatkan, jangan pernah mendekati kakakku!!” ucap Bara yang siap untuk menerkam mangsanya.

Rena berusaha menahan kegugupannya saat tubuh sang mantan melangkah maju. Gadis itu terus mundur dengan bibir gemetar saat melihat tatapan sama seperti kemarin. Fokusnya segera beralih pada ponsel yang berdering di genggamannya.

“Kak Tora,” desis gadis itu sembari melihat nama sang pemanggil.

TAK!!

Kedua mata Rena membola seketika.

Bab terkait

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 8 Nasib Sial

    Mata Rena memerah saat melihat benda pipih yang ada di genggamannya terjatuh. Senyum penuh kemenangan tercetak di wajah sang GM. Pria itu segera meninggalkan Rena yang membungkuk untuk menyambar ponselnya yang memang sengaja dijatuhkan Bara. “Kenapa harus gini?” isak Rena yang tak dapat membendung air matanya. Dia berjalan tertatih-tatih menuju toilet. Wajahnya masih mampu melengkungkan senyuman usai mendapat perlakuan buruk dari sang atasan. Ah, bukankah ini yang dia mau? Semenjak mengetahui kondisi tubuhnya yang mengidap sindrom MRKH, gadis itu menghapuskan kata pernikahan dalam kamus hidupnya. Sangat mustahil ada pria yang mau menikahi perempuan yang tak bisa melahirkan. Begitulah isi pikiran Rena. Usai membenarkan penampilannya yang sempat berantakan, Rena segera melangkah ke luar. Melakukan pemesanan taksi online dan menenangkan diri di rumah saja. **** “Kakak yakin kak Tita nggak bakalan curiga? Aku kesannya kayak pelakor jadi

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 9 Tugas Tak Biasa

    Di dalam ruangannya, sang GM sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Terlebih lagi Tita yang terang-terangan memberitahu bahwa hubungannya terancam kandas. Apalagi kalau bukan stigma negatif yang ditujukan tentang kedekatan Tora dan Rena. Sebenarnya seorang Bara tak perlu ambil pusing dengan aduan Tita. Tetapi saat mendengar nama Rena entah mengapa hatinya berkecamuk. Seolah ingin membuat sang mantan benar-benar hancur. Hingga suara ketukan membuyarkan lamunan dirinya. “Pagi, Pak. Dua hari lagi acara di panti asuhan akan dilangsungkan. Ada yang perlu saya benahi atau hal lain?” tanya Rena tanpa membalas tatapan sinis sang atasan. “No,” jawab Bara yang kini sudah memalingkan wajahnya. Rena menghela napas pelan lalu mengambil kembali berkas yang sudah ditandatangani oleh sang GM. Bahkan hingga sekarang gadis itu tak tahu tugas mana sebenarnya yang merupakan pure dari seorang sekretaris. Dia selalu ditugaskan hal yang aneh hingga tak masuk akal sama sekal

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 10 Klub Malam

    "Hah. Apa-apaan ini?" Rena yang baru tiba di depan mejanya sudah dikagetkan dengan hadiah yang jelas tak diharapkan. Sesosok wanita sudah menatap nyalang dirinya. Siapa lagi kalau bukan Tita.BYUR!! Benar kata Bara kalau calon kakak iparnya itu sangat menyeramkan. Pagi-pagi sekali Rena sudah dihadiahi dengan siraman rohani oleh Tita. Lebih tepatnya siraman air mineral yang ada di mejanya sendiri. “Puas kamu ngebuat anak aku enggak ada papanya?? Berapa kamu dibayar tidur sama dia??” tuduh Tita berapi-api. Rena menghela napas pelan. Berusaha mengumpulkan keberaniannya setelah mendapatkan perlakuan yang mengejutkan barusan. Di waktu yang bersamaan sang GM yang menyadari kekacauan di luar kantornya segera menghubungi sang kakak. Lelaki yang menjadi alasan mengapa Tita datang menghardik sekretaris luarannya itu. Semenjak munculnya Ami menggantikan Rena, Bara memanggilnya dengan seketaris luaran. “Lepas, Bar. Aku mau ngasih pelajaran sama jalang ini,” decak Tita saat Bara menghentik

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 11 Nyaris Hancur

    “Sorry,” ucap Rena dengan maksud menolak ajakan pria di sampingnya. “Jalang. Jangan jual mahal kau,” hardik si pria. Dia menarik rambut Rena sembari merengkuh erat pinggangnya. Menghirup aroma parfum orange blossom gadis itu. Lalu mengenduskan wajahnya ke ceruk leher Rena. Menjijikkan. Itulah yang sedang dirasakan oleh seorang Rena. “Lepas atau kau akan mati di tanganku,” ancam Rena sembari menendang sepatu pantofel si pria dengan ujung high heels miliknya. “Kurang ajar.” Helaan napas berat kini sudah berembus dari indera pernapasan Rena. Sebelumnya dia tak pernah mendapatkan perlakuan gila semacam ini. Tampaknya ada yang mengamati gerak-gerik gadis itu sejak menemani banyak pria di club malam. Tentunya sang GM jugalah menjadi penyebab dari akar masalahnya sekarang. “Jangan main-main denganku,” bisik pria tadi yang masih tak mau kalah dengan ambisinya. “Lepas kataku,” ketus Rena sembari menjauhkannya dari wajah

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 12 Mencemaskanmu

    Tangan Bara segera mengepal lalu meninju setir yang ada di hadapannya. “Di mana kamu, Ren? Jangan buat aku gila, shit,” umpat Bara seketika. Antara benci dan cinta memang begitu tipis bedanya. Pikiran Bara saat ini benar-benar kacau. Sementara di waktu yang bersamaan Rena sedang sibuk mencari tumpangan untuk membawa dirinya menuju panti asuhan. Dia sudah tahu kabar banjir bandang yang letaknya tak jauh dari tempat ini. Namun rasa takutnya akan kehilangan pekerjaaan mirisnya jauh lebih tinggi lagi. “Duh, ini gimana sih malah jadinya kacau gini,” keluh Rena usai meraup wajahnya dengan kesal. Gadis itu hampir menangis karena takut tak bisa datang ke sana tepat waktu. Segala perlengkapan dan kebutuhan lain terkait acara sudah berada di sana satu hari yang lalu. Beruntung sekalia dia karena tinggal membawa diri sendiri saja. Namun sayangnya kejadian ini sama sekali tak terbayangkan oleh Rena si gadis malang.

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 13 Masih Peduli

    Rena memalingkan wajahnya seolah tak peduli dengan kehadiran Bara yang serasa muncul tiba-tiba. Dalam hati sebenarnya gadis itu bisa sedikit tenang karena ada teman di tempat yang asing seperti ini. “Hah, tambah satu lagi masalah. Sudahlah tak ada uang malah kedatangan tamu tak diundang. Enyah saja kalian,” hardik sang tuan rumah. “Hei, jaga ucapanmu!!” kecam Bara penuh amarah. “Ma-maaf, kami akan segera pergi. Maaf merepotkan kalian,” sergah Rena sembari menarik lengan sang GM. “Non, maaf ya. Saya nggak bisa bantu,” sesal istri pria asing tadi. Satu hal yang membuat Rena menggerutu sekarang. Perahu yang ditumpanginya tadi tak bisa membawanya ke panti. Jadilah sang lelaki itu berdalih dengan menepikan perahu tadi ke rumahnya. Alih-alih mendapatkan pertolongan, Rena malah menyaksikan pertengkaran sengit antar suami istri di hadapannya. Setelah menjauh dari kediaman sepasang suami istri itu, barulah Rena melepaskan tan

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 14 Mimpi Buruk

    Sejak Dokter mengatakan bahwa luka Rena mengalami infeksi, Bara semakin gelisah karena jelas-jelas malam ini takkan bisa kembali pulang. Tak ada yang dapat dilakukan selain menunggu fajar terbit. Ada rasa khawatir yang tak pernah lekang saat melihat tubuh Rena sedang meringis kesakitan. BUGH!! Sontak indera pendengaran pria itu langsung mengenali dari mana sumber suara barusan. “Ren, Rena!! Kamu nggak pa-pa?” “Hei, katakan sesuatu. Buka pintunya atau aku dobrak nih!!” desak Bara sedikit khawatir. Tak ada suara yang menyahuti seruannya. Tanpa berpikir panjang pria berumur 30 tahun itu sukses membuka paksa pintu kamar yang ditempati Rena. Hah, pemandangan di dalamnya membuat Bara benar-benar terkejut. Sang mantan pingsan masih dengan tubuh yang masih berbalut handuk. “Ren, bangun!! Kamu nggak pa-pa??” ucap Bara dengan nada sedikit meninggi. Infeksi luka Rena tampaknya parah. Gadis itu mulai gemetar. Apalagi belum ada obat yang masuk ke dalam

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 15 Kehilangan Cinta Pertama

    Sontak Rena membeku di tempatnya. Napasnya mulai terasa berat usai mendengar penjelasan dari sang mantan. “Papimu ...Sudah di bawa ke rumah duka,” terang Bara saat melihat Rena mulai bergerak. Kedua mata Rena mulai berkaca-kaca. Dia ingin segera menemui cinta pertama dalam hidupnya itu. Bahkan untuk berjalan saja dirinya sudah tak sanggup. Hingga sebuah lengan kekar memapahnya untuk berjalan. Tak peduli bagaimana tingkah Rena yang sudah merusak kepercayaannya, yang terpenting bagi Bara sekarang adalah sang mantan cantik itu segera pulih dari luka hati dan fisiknya. Rasanya tak adil jika melawan musuh yang sedang tak berdaya. Begitulah alibi seorang GM sekaligus mantan Rena itu. Mobil mewah berwarna hitam milik Bara segera menyambut kedatangan mereka di depan lobi rumah sakit. Sepanjang perjalanan Rena tak menangis. Gadis itu hanya terdiam seolah sedang berkutat dengan pikirannya sendiri. Sang GM

Bab terbaru

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 109 Tujuan Pernikahan (Tamat)

    Rena tampak begitu anggun mengenakan kebaya putih dengan desain yang terlihat elegan membungkus tubuhnya. Sang Mami menuntunnya berjalan menuruni gundukan anak tangga tanpa melepas tangannya sama sekali. Gugup. Itulah yang tengah dirasakan oleh gadis cantik tersebut. Dirinya didudukkan tak jauh dari sang pria yang sebentar lagi akan melaksanakan ijab kabul dalam hitungan menit. Tak ubahnya dengan Rena, Bara bahkan tak berani menatap sang calon istrinya itu karena sibuk mengingat lafal yang dikatakan Pak Penghulu tadi. Jelas dia tak mau mengulang kesalahan saat melangsungkan ikrar suci pernikahannya nanti. Jadilah sang GM Erlangga Hotel tersebut memilih untuk menundukkan pandangan.“Bagaimana? Apa ada lagi yang mau ditunggu?” tanya Pak Penghulu. Kedua pihak calon mempelai pengantin sepakat untuk memulai proses akad nikah. Karena tak ada keluarga dari pihak sang Papi yang tersisa, jadilah wali hakim ditunjuk untuk menjadi perantaranya.

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 108 Harus Dipercepat

    Singkat, padat dan jelas. Itulah yang diutarakan Tita barusan. Istri Tora yang semula bersifat kasar dan egois itu menggenggam tangan Rena lalu membawanya menyentuh perut yang sedikit membuncit. “Kita besarkan anak ini sama-sama ya, Ren.” Rena masih bergeming. Kedua matanya berkaca-kaca karena tak tahu harus mengatakan apa untuk membalas permintaan sang calon Kakak Iparnya. “Kamu mau ‘kan? Anak ini akan punya dua orang ibu dan ayah. Dia pasti senang sekali,” gumam Tita. “I-iya, Kak,” jawab Rena akhirnya. Lantas keduanya saling berpelukan untuk menyalurkan perasaan kasih antar sesama wanita. Tak berapa lama Bara pun datang untuk memisahkan mereka. “Cepatlah, Sayang. Nanti kamu akan terlambat,” bisik Bara kemudian. Rena mengangguk pelan. Senyumnya mengembang sempurna ketika menuruni eskalator yang menjadi fasilitas menuju langkahnya ke arah gate maskapai penerbangan. Sang Mami mengusap pelan lengannya untuk memberikan ketenangan. *** [“Lihat nih! Kakak udah bisa main

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 107 Mari Menabung Rindu

    “Aku percayakan semua sama Kakak aja ya.” “Enggak. Pokoknya Kakak mau kita yang urus sendiri untuk itu,” putus Bara yang sama sekali tak ingin mendengar adanya bantahan. “Please, Sayang!” Wajah puppy eyes dan penuh harap dari seorang Adibara Erlangga membuat Rena mengangguk sambil mengulum senyum. Tak pelak dia bergerak untuk melepaskan sabuk pengaman yang masih melekat di tubuh sang tunangan. CUP! “Makasih, Sayang,” gumam Bara tepat setelah gadisnya hendak beringsut mundur. “Enggak mau balas hemm?” “Enggak,” tolak Rena cepat. “Yang ada nanti kita enggak masuk-masuk. Tuh lihat Papa udah berdiri di balkon sana!” “Alasan saja,” cibir Bara. Rena seolah menulikan indera pendengarannya. Lantas membuka pintu mobilnya dengan segera. Pemandangan yang pertama kali dilihat membuatnya mengerling malas. Ada Tita yang tengah duduk bersantai di ruang tamu sembari menikmati susu hamilnya. “Jangan hiraukan dia. Ayo masuk!” “Enggak, Kak. Aku pulang saja ya.

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 106 Hari Nostalgia

    Pemandangan hijau nan asri membuat senyum Rena merekah sempurna. Gadis itu memapah sang tunangan dengan tangan kiri yang menenteng sebuah keranjang berisi kotak bekal yang dibawanya dari rumah. Parfum dengan aroma citrus blossom yang menguar dari tubuh tunangan Bara tersebut seolah menyatu dengan alam. Segar dan membuat perasaan yang menghidunya jadi menumbuhkan kesan positif. “Anaknya Tante Cintya itu emang top kasih terapi ke Kakak. Buktinya bisa terapi,” gumam Rena sambil tersenyum. “Suaranya mirip nyamuk. Melengking dan menyebalkan. Makanya mau tak mau Kakak terpaksa menurut saja,” kekeh Bara yang kini sedang menaik-turunkan pergelangan tangan kanannya. “Kalau enggak kayak gitu aku yakin Kakak pasti sembuhnya lama. Entar kalau kita nikah mana bisa gendong aku untuk photo shoot,” kata Rena sambil menahan tawanya. “Bisa. Harus bisa dong,” kata Bara dengan penuh keyakinan tingkat tinggi. “Dalam waktu dua bulan ke depan kamu akan lihat Kakak bisa kembali seperti dulu

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 105 Persiapan LDR

    Istri Tora yang merasa tersinggung itu hendak maju untuk menyerang Sandra, akan tetapi langkahnya terhenti ketika mengingat pengalaman pahit kehilangan bayinya beberapa bulan yang lalu.“Lebih baik Kakak fokus pada kehamilan saja. Sudah mau jadi ibu tetapi kelakuannya sama sekali tak berubah,” ketus Sandra yang segera menghilang dari pandangan Tita. Napasnya masih memburu hingga kembali menghampiri Jason yang masih tetap dalam posisi semula. Bahkan saking kesalnya dia merebut gelas pria itu dan menenggak isinya hingga tak bersisa.“Kenapa?” tanya sandra begitu melihat tatapan sinis Jason.“Kau mengambil gelasku,” cibir sang pria.Sandra langsung mengerjap cepat. Lantas memandang gelas kaca miliknya yang masih bersisi setengah. Jelas dia merasa malu bukan main. “Maaf. Aku akan gantikan gelasmu yang lain.”“Tak usah,” ketus Jason segera. Tak pelak dia menatap Sandra yang tampak seperti kehabisan tenaga. “Kau habis cakar-cakaran?” tanyanya kemudian. Sa

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 104- Selangkah Lagi

    Rena segera menoleh ketika mendengar suara ketukan dari arah luar. Lantas dia pun mengangguk seolah memberikan kode pada tim penatas rias yang baru saja memperindah penampilannya.“Kau cantik,” gumam Jason sambil tersenyum. “Papi pasti senang kalau dia berada di sini sekarang.”“Ya. Mungkin saja dia akan menghentikan acara ini. Apalagi kalau Papi tahu akan menikah dengan anak musuh bebuyutannya.”Ucapan barusan membuat Jason terkekeh. “Kau memang sok tahu. Papi mana begitu. Dia akan melakukan apa saja untuk membuatmu bahagia. Bahkan ketika tahu bahwa kau pacaran dengan Bara waktu itu.”Alis Rena langsung naik sebelah. Merasa heran dengan penuturan Jason beberapa detik yang lalu. Lantas Abang angkatnya tersebut menarik kursi agar bisa berbicara lebih lama lagi. Tak pelak

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 103- Mirip Tom and Jerry

    “Jangan membantah. Atau aku culik kamu sekarang,” gumam Bara dengan sorotan mata tajamnya. “Siapkan dirimu, Sayang. Lusa acara tunangan kita akan digelar di hotel Erlangga jam 7 malam.” Setelahnya pria itu mengecup singkat pipi Rena lalu bergerak ke luar dari mobil. Memanggil sopir Rena sebelum akhirnya melambaikan tangan sambil mengerdipkan mata. Baru saja menghempaskan diri atas ranjang, gadis itu kembali dikejutkan dengan panggilan video dari sang kekasih. Senyumnya mengembang sempurna usai membersihkan diri pulang dari acara tadi.[“Hai, Cantik. Sedang apa?”] Rena tak menjawab. Hanya menunjukkan deretan gigi putihnya yang bersih dan rapi.[“Kamu cosplay jadi iklan pasta gigi ya?”]

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 102 Jangan Halangi Aku

    Acara utama syukuran tujuh bulanan untuk kehamilan Fina sudah berakhir. Para tamu dipersilakan berbaur dan mencicipi hidangan yang telah tersedia.“Selamat ya, Fin. Semoga kamu sehat sampai lahiran nanti,” gumam Rena sambil mengelus lembut perut buncit sahabat karibnya itu. Ada perasaan gembira bercampur iri yang sedang dipendamnya sendiri. Sedangkan Fina yang paham betul bagaimana perubahan raut wajah sendu tersebut segera menggenggam tangannya.“Anak aku akan jadi anak kamu juga. Dia akan manggil kamu Mama juga, Ren. Ini hanya perkara mengandung dan melahirkan. Kamu juga akan dianggap sebagai ibunya,” ucap Fina dengan air mata yang sudah menggenang. Keduanya saling berpelukan erat. Tak ada yang berbicara hingga suami Fina menghampiri mereka.“Cemburu nih aku sama kalian. Udah kayak Kakak Adik aja.”Buru-buru Fina menyeka air matanya, lalu menyikut pelan lengan sang suami. “Anak kita bakalan punya dua Mama. Iya ‘kan, Mas?”Suami Fina yang tahu bagaimana kondis

  • Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim   Bab 101 Seperti Dulu Lagi

    CUP! Bukannya menjawab pertanyaan Rena, Bara malah mendaratkan kecupannya di bibir ranum mantan cantiknya itu. Jelas membuat sang empu terkejut bukan main.“Kau!!”CUP! CUP!! Sontak kedua manik mata kecokelatan milik gadis cantiknya sukses membelalak dengan sempurna. Bibirnya menganga hendak mengucapkan sesuatu, namun sayangnya lidah pun mendadak kelu.“Aku tak sabar menghabiskan sisa hidup denganmu. Makanya ayo cepat-cepat menikah,” gumam Bara kemudian. Sang gadis berubah manyun sambil mengubah posisi duduknya menjadi lurus ke depan. Tak lagi saling berhadapan dengan sang mantan yang akhir-akhir ini selalu bisa membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Sementara Nyonya Adhisty yang hendak memanggil Putrinya turut menghentikan langkah di ambang pintu. Sadar bahwa keduanya sedang terlibat percakapan serius, dia pun kembali mengurungkan niat tadi. Bara mendekat, mengikis jarak di antara mereka. Tak lagi pedulikan bagian klaviku

DMCA.com Protection Status