Hehm .... nungguin komen banyak dulu lah heheheh... sayang kalian banyak2! Terima kasih sudah menunggu dengan sabar!
Ghafa tidak menyangka kalau ternyata pergaulan Kayla di luar negeri tidak main-main, dia bahkan berhasil membuat seorang berpengaruh seperti itu berhubungan dengannya.“Lalu … apa kamu pikir aku tidak lebih baik darinya?” tanya William dengan nada tidak suka.“Tidak-tidak, bukan begitu, seorang Kaisar William Drake, si calon pewaris tunggal ini, tentu tidak bisa disandingkan dengan orang lain, dan aku sangat beruntung memiliki teman sekaligus adik iparku ini!” Ghafa terkekeh ringan sambil menepuk pelan pundak sahabatnya ini. ”Hanya saja … aku tidak menyangka kalau ternyata pesona Kayla luar biasa sekali, kali ini aku yakin dia adalah adikku, karena dia punya pesona yang luar biasa sama denganku.” Ghafa masih takjub mendengar fakta ini.“Jadi, kamu masih mau tetap menemuinya?” tanya William lagi.“Menurutmu? Bukankah ini satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini? Setidaknya pria itu harus bisa mengendalikan wanitanya agar tidak bertindak terlalu jauh, kan?” Ghafa berkata dengan
Malam hari ini, seperti yang direncanakan Anastasia, Damar akhirnya membawa Anastasia untuk bertemu dengan pimpinan Ellysium Indonesia, Dominic. Di sebuah ruangan private restoran mereka menunggu kedatangan Orang Tertinggi di Ellysium Indonesia ini. Dominic datang bersama dengan sekretarisnya. Anastasia tersenyum lebar, akhirnya dia bisa juga bertemu orang berpengaruh ini, setelah semua usaha yang dilakukannya mengalami kegagalan. “Pak Dominic, kenalkan ini putri saya, Anastasia.” Damar memperkenalkan Anastasia padanya. “Saya Anastasia, panggil Ana, saja biar lebih akrab, Pak,” ucap Anastasia dengan senyum mengembang dan sangat ramah. Mereka mulai bicara basa-basi dan berusaha menciptakan suasana yang cukup akrab hingga akhirnya, Anastasia mulai menyinggung sesuatu tentang Ellysium. “Pak Dominic, apa Bapak tahu tentang perusahaan Brown?” tanya Anastasia lagi. Dia diam sejenak dan kemudian menganggukkan kepalanya. “Ya, tentu saja, siapa yang tidak tahu tentang keluarga penguasa
William menjemput Kayla setelah jam kerja usai, seharian ini William lebih banyak ke luar, karena ada beberapa urusan yang mesti diselesaikannya dengan segera. Seperti yang dikatakan olehnya pagi tadi dengan Kayla, William mengajak Kayla untuk membeli cincin untuk mereka.Namun, sayangnya setelah berputar-putar di beberapa toko perhiasan, tidak ada satu pun yang sesuai dengan keinginan mereka, bahkan lebih tepatnya keinginan Kayla. Entah itu ukurannya yang tidak sesuai atau modelnya yang kurang menarik.“Ah, sudah kukatakan, kita tidak perlu terburu-buru untuk mencarinya Kak Will,” ucap Kayla dengan menghela napas panjang setelah keluar dari toko perhiasan terakhir.“Nanti kita pesan saja, kamu buat desain yang kamu mau, nanti aku akan meminta bantuan pada temanku untuk membuatkannya sesuai keinginanmu.”“Wow, kalau nanti tetap tidak sesuai keinginanku bagaimana?” Kayla berkata dengan nada bercanda.“Kita buat lagi yang baru sampai seperti yang kamu inginkan.” William menjawab pertanya
Usai dari menghabiskan waktu di kafe, Kayla dan William pun pulang ke rumah. Keduanya masih saja tampak harmonis, seakan mengumbar keromantisan di kafe masih tidak cukup untuk mereka.“Ih, Kak Will, berhenti menggodaku! Kakak nggak malu?” ujar Kayla pada akhirnya sembari memukul pelan pundak William. Wajahnya merona sangat merah.William pun hanya tertawa ringan selagi mengacak-acak rambut istrinya.Tepat saat mereka tiba di parkiran, ponsel William berdering. Kayla pun berhenti mengganggu William dan melirik layar ponsel sang suami.[Dominic.]Ah, direktur Ellysium cabang Indonesia yang ternyata menghubungi William.Tidak ingin mengganggu, Kayla pun berniat keluar terlebih dahulu. Lagi pula, ini urusan pekerjaan, tidak enak kalau didengar orang lain, apalagi Kayla juga masih termasuk karyawan Ellysium.Namun, baru saja ingin menarik pintu terbuka, tangan Kayla diraih oleh William.“Di sini saja. Tidak apa-apa,” ujar pria itu seraya mengangkat panggilan. “Ya?”“Selamat malam Tuan Willi
Pertanyaan William di mobil tadi jelas membuat Kayla tidak bisa berbicara banyak, yang awalnya hatinya sangat senang dan berbunga-bunga, mendadak kembali terasa datar.Kayla melihat dirinya sendiri di pantulan cermin wastafel di dalam kamar mandi, mempertanyakan kepada dirinya sendiri dengan pertanyaan sama yang diberikan William padanya.“Apa aku masih menyukai Daniel?” Kayla berkata dengan sedikit berat. Dia pun tidak bisa memberikan jawaban pasti pada William, di samping itu juga, semua perlakuan William yang sepertinya sangat tulus ini membuatnya sangat merasa bersalah.Kayla menarik napas dalam dan teringat kembali bagaimana cara William akhirnya membuatnya menjadi makin tidak enak hati dan kian merasa bersalah.“Apa … kamu masih punya perasaan kepada pria itu?”Kayla diam, ingin menjawab tidak, tapi rasa-rasanya tidak mungkin, entah kenapa tetap ada ganjalan yang berbeda.“Sudah, tidak perlu dipikirkan, lagipula aku tidak mempermasalah hubunganmu dengan pria itu. Ayo kita turun,
Kayla kembali melihat ke arah Deswita dan dia hanya menggeleng perlahan, seolah memberikan isyarat kalau dia tidak menceritakan apapun pada Nindy. “Aku mendengar kalau sebelumnya ternyata Tuan William itu sudah menikah, dan barusan itu ….” Nindy menunjuk ke arah mobil yang sudah melaju dari tempat itu. “Itu … asisten pribadinya Tuan William, kan? Apa kamu benar-benar istrinya Tuan William?” tanya Nindy terdengar sangat penasaran. “Ehm, Nin, sepertinya kita tidak perlu terlalu mencampuri urusan seperti ini, kan?” Deswita berkata pada Nindy. “Kay … apa benar?” tanya Nindy lagi, dia seolah-olah tidak mendengar ucapan Deswita barusan. “Ya, benar,” jawab Kayla tanpa ragu dan mengangguk. Nindya terkejut, termasuk Deswita yang memang sudah tahu tentang hubungan William dan juga Kayla, dia tidak menyangka kalau Kayla mengaku, awalnya dia berpikir kalau Kayla mungkin saja menyangkal hal tersebut dengan beberapa alasan. “What?!! Jadi benar kamu istrinya ….” Nindy berkata dengan napas tert
Setelah makan siang, Kayla sedikit tidak konsentrasi dengan pekerjaannya, terlihat beberapa kali dia merevisi laporan yang dia buat. Pertanyaan-pertanyaan dari Nindy itu membuat hatinya menjadi bertanya-tanya tentang hubungannya dengan Daniel sebelum ini.“Nyaman …? Apa aku nyaman?” tanya Kayla pada dirinya sendiri sambil memutar-mutarkan pena di jari-jarinya.“Nyaman, aku nyaman, kita selalu melakukan hal yang kita suka bersama-sama.” Kayla menjawab sendiri pertanyaan itu.“Tapi ….” Kayla menghentikan kegiatan kecil memutar pena itu, dan menopang dagunya. “Walaupun nyaman saat ngobrol, kenapa tidak bisa merasa bebas mengekspresikan diri, ya?” Kayla lalu menarik napas dalam, mencoba menghubungkan rasa nyaman dan kebebasan selama berhubungan dengan Daniel. Lalu tentang ciuman pertama dengan Daniel? Yang benar saja, nyaris dua tahun dia selalu saja bisa menghindar dari hal semacam itu, dan juga kalaupun dia menginginkan hal itu dari Daniel pasti akan selalu saja ada yang menggagalkanny
“Kay, balik dari atas bawaannya senyum-senyum terus,” tegur Nindy pada Kayla. Rekannya itu sudah siap untuk pulang karena sudah lebih dari 15 menit yang lalu jam kerja usai.“Apa terlalu kelihatan?” respons Kayla.Nindy mengangguk. “Setidaknya wajahmu jauh lebih cerah setelah Pak Arga menyuruhmu ke atas. Tadi … apa kamu melakukan sesuatu seperti di film-film, kayak misalnya, berciuman di kantor atau–”“Hush!” Kayla memukul lengan Nindy dan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, lalu Nindy terkekeh ringan. Nindy selalu memiliki insting yang sangat tajam, membuat Kayla jadi malu“Maaf-maaf, soalnya cerita kamu ini beneran mirip sama film-film romansa kantor sih, yang menutupi hubungan dan diem-diem cari kesempatan.” Nindy kembali terkekeh, membuat wajah Kayla merona.“Aku tidak menutupi hubunganku, kok, buktinya kamu tahu, kan?” Kayla berkata dengan setengah berbisik dan Nindy menganggukan kepalanya. “Bener juga sih, cuma ….”“Cuma, aku gak mau heboh aja, jadi kalau tahu ya cukup
Ucapan William membuat hati Damar mencelos. Jelas, William tidak bercanda. Kalau hari ini permintaan maaf untuk Kayla tidak diberikan, maka masalah ini tidak akan selesai, malah menjadi semakin buruk!Cepat, Damar menoleh ke arah putrinya. “Minta maaflah dengan Nyonya Kayla sekarang!”Hal ini membuat Anastasia terkejut, dia tidak menyangka kalau ayahnya sangat tunduk dengan pria yang bernama William ini. “Tapi, Pa … aku ti–”Tanpa basa-basi maupun menunggu kalimat sang putri selesai, Damar langsung menekan kepala putrinya ke bawah.Anastasia terperangah, ayahnya … memaksanya menunduk kepada Kayla!Dipermalukan seperti ini, ini baru yang pertama kali!!!!“Cepat katakan!” Suara Damar terdengar sangat dingin saat kembali menegaskan perintahnya kepada sang putri.Tidak punya kekuatan untuk melawan dan sudah terlanjur malu, Anastasia pun menutup mata kuat, membiarkan air mata mengalir deras menuruni wajahnya saat dirinya berkata, “Maaf ….”Alis William tertaut. “Apa dia sungguh berniat mem
“Kenapa …? Kenapa?!” Anastasia tampak marah, kecewa, dan sakit hati. Dia tidak menyangka kalau orang-orang yang dia harapkan sebagai pembelanya malah datang untuk menghakiminya!Dengan air mata menggenang di pelupuk mata dan ekspresi tidak terima, Anastasia menatap Kayla dengan marah. “Aku hanya mengatakan kenyataannya! Bahwa wanita itu adalah wanita murahan yang pernah tidur dengan sembarang pria!”Kalimat Anastasia membuat seisi ruangan berbisik, menatap Kayla dan membicarakannya diam-diam.“Apa itu benar? Dia tidur sembarangan dengan banyak pria?”“Wah, mukanya saja yang terlihat polos. Ternyata, perilakunya ….”Komentar itu membuat tangan Kayla mengepal dan ekspresinya terluka. Hal itu membuat Anastasia sangat senang.“Kenapa menatapku seperti itu? Tidak terima aku membongkar kenyataannya di depan suamimu? Takut ditinggalkan seperti terakhir kali karena tubuh kotor menjijikkanmu itu?!”Wajah William menjadi sangat gelap! Dia seperti akan memakan Anastasia hidup-hidup!Namun, keti
Suasana ballroom malam itu dipenuhi dengan kemewahan. Lampu kristal yang menggantung di langit-langit memantulkan cahaya gemerlap, menambah kesan eksklusif acara pengukuhan CEO Ellysium Indonesia. Kayla melangkah masuk bersama William, mengenakan gaun elegan berwarna peach. Rambutnya ditata sederhana namun anggun, menonjolkan kecantikannya yang natural. William berjalan di sampingnya, mengenakan setelan formal yang membuat auranya semakin memikat perhatian.“Apa kamu gugup?” bisik William pada KaylaKayla mengangguk dan tersenyum kaku. “Apa terlalu terlihat?” William hanya tersenyum menanggapinya. Sebagai orang yang tidak terbiasa dengan acara formal seperti ini, jelas Kayla merasa gugup. Namun, saat William melepaskan tangan Kayla yang saat ini sedang menggamit lengannya dan beralih merangkul pinggangnya, membuatnya menjadi lebih tenang.William dan Kayla diarahkan ke meja utama. Di meja itu ada rekan bisnis Ellysium dan juga tokoh penting pemerintahan.“Semua baik-baik saja,” ucap
Sudah hampir tiga minggu ini Kayla hanya bisa bertemu dengan William di pagi hari. Saat Kayla bangun, William masih tertidur di sebelahnya. Ketika Kayla selesai menyiapkan sarapan, William sudah rapi dengan setelan kerja. Mereka jarang punya waktu untuk berbicara, membuat Kayla merasa kesepian di tengah rutinitas yang monoton. “Kay, melamun lagi?” Deswita mencolek bahunya, membuyarkan lamunannya. Kayla yang tengah menopang dagu di depan layar monitor langsung tersentak. “Ah, ngagetin aja,” jawabnya singkat, tanpa banyak ekspresi. “Belakangan ini kamu sering bengong. Ada masalah?” tanya Deswita, suaranya penuh rasa ingin tahu. Kayla diam sejenak, mencoba memutuskan apakah dia harus berbagi cerita. Namun, ini masalah rumah tangga. Tidak seharusnya orang luar tahu, pikirnya. Sebelum dia sempat menjawab, Nindy tiba-tiba menepuk pundaknya. “Ayo makan siang dulu aja!” ajak Nindy ceria. Kayla mengangguk. “Iya, oke,” jawabnya lemah. Nindy dan Deswita saling bertukar pandang, tampak khaw
Menyadari perubahan ekspresi Kayla yang tampak berbeda, William mulai merasa ragu. "Kamu belum mau ikut, ya?" tanyanya pelan, suaranya terdengar serius tapi penuh perhatian. Kayla terdiam. “Kalau kamu belum siap, aku bisa pergi dulu satu bulan saja. Begitu urusanku selesai di sana, aku akan langsung pulang,” lanjut William, mencoba menawarkan solusi. “Tidak, bukan itu maksudku,” potong Kayla cepat. “Aku mau ikut, hanya saja… apa memang harus secepat itu?” Wajahnya mencerminkan kebingungan yang bercampur dengan kegelisahan. William menatap Kayla, berusaha mencari jawaban dari sorot matanya. “Ada hal mendesak yang harus aku selesaikan di sana. Tapi, kalau kamu merasa berat untuk ikut—” “Aku akan ikut, Kak Will,” potong Kayla sekali lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas. “Aku tidak akan membiarkan suamiku pergi sendirian. Jangan khawatir, aku siap.” Perkataan Kayla membuat William tersenyum tipis, seolah beban di pundaknya berkurang. “Baiklah kalau begitu. Aku lebih tenang kal
Kayla duduk sendiri di depan televisi setelah William pergi. Ini adalah hari libur, tetapi William, suaminya itu malah pergi untuk urusan pekerjaan. Dia memang mengatakan akan segera pulang kalau pekerjaan sudah selesai, tetapi Kayla paham urusan pekerjaan itu pasti memakan waktu yang tidak sedikit.Agar tidak bosan dia melakukan hal yang disukainya untuk mencoba membuat kudapan ringan dan itu berhasil membuatnya tidak bosan di rumah. Setelah semuanya selesai tepat dia akan menghubungi William, pria itu lebih dulu menghubunginya.“Kay, apa kamu sudah masak makan siang?” tanyanya langsung saat panggilan telepon terhubung.“Baru mau mulai, apa Kakak sudah mau pulang?”“Kalau belum masak, mending kamu ganti pakaian saja, kita makan di luar saja. Aku sebentar lagi sampai.”Mendengar hal itu Kayla tersenyum senang.“Memang kita mau makan dimana?” tanya Kayla lagi.“Bersiap saja, itu … kejutan.” William berkata dengan penuh misteri.“Kejutan itu tidak perlu dibilang duluan, kalau sudah dibe
“Kay, balik dari atas bawaannya senyum-senyum terus,” tegur Nindy pada Kayla. Rekannya itu sudah siap untuk pulang karena sudah lebih dari 15 menit yang lalu jam kerja usai.“Apa terlalu kelihatan?” respons Kayla.Nindy mengangguk. “Setidaknya wajahmu jauh lebih cerah setelah Pak Arga menyuruhmu ke atas. Tadi … apa kamu melakukan sesuatu seperti di film-film, kayak misalnya, berciuman di kantor atau–”“Hush!” Kayla memukul lengan Nindy dan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, lalu Nindy terkekeh ringan. Nindy selalu memiliki insting yang sangat tajam, membuat Kayla jadi malu“Maaf-maaf, soalnya cerita kamu ini beneran mirip sama film-film romansa kantor sih, yang menutupi hubungan dan diem-diem cari kesempatan.” Nindy kembali terkekeh, membuat wajah Kayla merona.“Aku tidak menutupi hubunganku, kok, buktinya kamu tahu, kan?” Kayla berkata dengan setengah berbisik dan Nindy menganggukan kepalanya. “Bener juga sih, cuma ….”“Cuma, aku gak mau heboh aja, jadi kalau tahu ya cukup
Setelah makan siang, Kayla sedikit tidak konsentrasi dengan pekerjaannya, terlihat beberapa kali dia merevisi laporan yang dia buat. Pertanyaan-pertanyaan dari Nindy itu membuat hatinya menjadi bertanya-tanya tentang hubungannya dengan Daniel sebelum ini.“Nyaman …? Apa aku nyaman?” tanya Kayla pada dirinya sendiri sambil memutar-mutarkan pena di jari-jarinya.“Nyaman, aku nyaman, kita selalu melakukan hal yang kita suka bersama-sama.” Kayla menjawab sendiri pertanyaan itu.“Tapi ….” Kayla menghentikan kegiatan kecil memutar pena itu, dan menopang dagunya. “Walaupun nyaman saat ngobrol, kenapa tidak bisa merasa bebas mengekspresikan diri, ya?” Kayla lalu menarik napas dalam, mencoba menghubungkan rasa nyaman dan kebebasan selama berhubungan dengan Daniel. Lalu tentang ciuman pertama dengan Daniel? Yang benar saja, nyaris dua tahun dia selalu saja bisa menghindar dari hal semacam itu, dan juga kalaupun dia menginginkan hal itu dari Daniel pasti akan selalu saja ada yang menggagalkanny
Kayla kembali melihat ke arah Deswita dan dia hanya menggeleng perlahan, seolah memberikan isyarat kalau dia tidak menceritakan apapun pada Nindy. “Aku mendengar kalau sebelumnya ternyata Tuan William itu sudah menikah, dan barusan itu ….” Nindy menunjuk ke arah mobil yang sudah melaju dari tempat itu. “Itu … asisten pribadinya Tuan William, kan? Apa kamu benar-benar istrinya Tuan William?” tanya Nindy terdengar sangat penasaran. “Ehm, Nin, sepertinya kita tidak perlu terlalu mencampuri urusan seperti ini, kan?” Deswita berkata pada Nindy. “Kay … apa benar?” tanya Nindy lagi, dia seolah-olah tidak mendengar ucapan Deswita barusan. “Ya, benar,” jawab Kayla tanpa ragu dan mengangguk. Nindya terkejut, termasuk Deswita yang memang sudah tahu tentang hubungan William dan juga Kayla, dia tidak menyangka kalau Kayla mengaku, awalnya dia berpikir kalau Kayla mungkin saja menyangkal hal tersebut dengan beberapa alasan. “What?!! Jadi benar kamu istrinya ….” Nindy berkata dengan napas tert