Hehm .... 😎😎😎 Ada yang tahu ngapain kakaknya di mari?
Kayla terkejut luar biasa. Sangat jarang Ghafa, kakaknya yang terkenal bawel, pergi tanpa memberitahunya. Biasanya, dia akan membuat acara keberangkatan seperti mengirimakn video rekaman yang di dalamnya akan pamer segala macam detail padanya, memperlihatkan tiket pesawatnya, pesanan hotel dan juga itenary selama dia dalam perjalanan. Tapi belakangan, komunikasi mereka memang tak seintens dulu. Kayla menyadari, mungkin karena dirinya sudah menikah. Mungkin juga Ghafa berpikir, dengan suaminya yang notabene sahabatnya sendiri, Kayla tak lagi butuh banyak perhatian darinya.“Kak Will, berhenti sebentar, dong! Itu beneran Kak Ghafa!” seru Kayla spontan, tubuhnya condong ke depan, matanya terpaku pada sosok yang baru saja lewat di trotoar.William melirik Kayla sebentar, lalu kembali fokus mengemudi. “Terus kenapa kalau itu Ghafa?” tanyanya santai, seolah tak ada yang istimewa.Nada acuh William membuat Kayla semakin yakin ada sesuatu yang disembunyikan. “Apa … Kak Will tahu kalau Kak Gha
Setelah tiba di kediaman Keluarga Drake, Kayla langsung mengganti pakaiannya menjadi lebih santai. Ia memilih gaun musim dingin berwarna pastel, sederhana namun tetap anggun. Sementara itu, William menunggunya di ruang tamu, mengenakan sweater rajut biru dongker yang dipadukan dengan celana panjang kasual berwarna senada.“Kak Will, bosen yang nunggunya?” Kayla bertanya sambil melangkah mendekat.William berdiri, menyapukan pandangan ke arah Kayla. Mata pria itu tampak berbinar sesaat sebelum senyumnya mengembang. “Tidak masalah, bukankah hal yang wajar kalau istriku berdandan biar terlihat lebih cantik.”Kayla memutar bola matanya, tapi senyum kecil muncul di wajahnya. “Jangan berlebihan, deh. Jadi, kita mau ke mana sekarang?”“Ikut saja,” jawab William, lalu menggenggam tangannya dengan santai.Kayla mengerutkan kening, tapi tidak menolak. Mereka berjalan keluar menuju mobil. Sepanjang perjalanan, Kayla terus berusaha menebak-nebak ke mana tujuan mereka.“Kak Will, beri bocoran sedi
“Uhh ...” lenguh Kayla selagi memegang kepalanya yang terasa pening. “Kepalaku sakit sekali ….” Sembari menggerutu dengan mata terpejam, wanita bersurai cokelat panjang bergelombang itu berusaha untuk mengingat apa yang terjadi di malam yang lalu. “Minum Kay!” “Habiskan!” “Ah! Kamu kalah lagi!” “Sudah, jangan dipaksa, kamu tidak cukup kuat untuk meneguknya!” “Kamu sudah mabuk, Kay!” Kalimat-kalimat itu masih terngiang di kepala Kayla Semalam, Kayla diajak reuni oleh teman-temannya di salah satu hotel bintang lima. Awalnya, wanita itu berpikir kalau tujuan pertemuan tersebut hanyalah sebatas temu kangen berupa makan malam di restoran atau ruang khusus hotel. Sayangnya, Kayla terlalu bodoh untuk berpikir panjang, sampai-sampai dia lupa bahwa kelompok temannya yang satu ini adalah tipe yang lebih suka menghabiskan waktu dengan minum di bar. Alhasil, di sinilah Kayla sekarang, merutuki kebodohannya yang mau saja lanjut ikut di acara itu, apalagi saat teman-temanny
Kayla sudah sampai di rumah. Usai sepenuhnya sadar, wanita itu langsung pergi tanpa banyak berpikir panjang, meninggalkan teman kakaknya yang masih tertidur dengan sangat pulas. “Bagaimana ini? Bagaimana ini? Bagaimana ini!?” Tidak henti-hentinya Kayla mengulangi kalimat itu seperti merapal mantra sambil menutup wajahnya dengan frustasi. Seumur hidupnya, tidak pernah Kayla membayangkan bahwa dirinya akan tertimpa masalah sebesar dan segila ini! Beruntung, saat ini orang tua Kayla sedang pergi bersama dengan kakak laki-lakinya untuk mengurus bisnis keluarga mereka di luar kota. Demikian, selain para pelayan—yang tentunya tidak akan berani bertanya—tidak ada yang benar-benar tahu alasan dirinya tidak pulang tadi malam! Sejauh yang Kayla ingat, di malam lalu dirinya kalah berkali-kali dalam permainan dengan teman-temannya dan berakhir mabuk. Kemudian, di saat yang bersamaan, teman-teman Kayla ini menantangnya untuk memilih pria tertampan di bar untuk dicium, ya dicium! Kayla y
Visual yang sangat terpahat sempurna ini siapapun yang pernah melihatnya sudah jelas tidak akan bisa dengan mudah melupakannya. Apalagi tatapan mata tajam berwarna abu-abu ini, pria itu tampak jelas sangat memukau. Terutama untukKayla, yang baru beberapa hari lalu tidur dengannya! “K-Kak … Will?!” Panggilan kecil Kayla membuat sang pria yang berdiri tegap selagi menatap teman-temannya itu menurunkan pandangan, memandang lurus mata hitam milik Kayla. “Lama tidak bertemu, Kay,” ucap William dengan suara dalam. Mendengar balasan William, benak Kayla mendadak menjadi ribut. Bukankah Ghafa bilang temannya yang satu ini tidak diundang?! Lalu, kenapa sekarang William berada di sini? Apakah Ghafa membohongi Kayla!? Selagi deretan pertanyaan itu berputar di otak Kayla, terdengar suara seseorang berseru, "William!” Kayla menoleh dan mendapati sosok Ghafa bergegas turun dari panggung untuk kemudian menghampiri sahabat dekatnya itu. Sebuah pelukan hangat dihadiahkan kakak Kayla
Pertanyaan William membuat semua orang langsung terkesiap. “Astaga, Kayla! Sudah dilamar itu!” “Cepat terima!“ Mendengar komentar beberapa temannya itu, Ghafa juga langsung tertawa rendah seraya menatap saudarinya itu dengan tatapan terhibur. “Kalau kamu diam seperti ini, Kakak akan artikan kamu menerima lamaran William loh, ya? Dengan begitu, kita bisa—” PLAK! Suara pukulan mengejutkan semua orang, menyadari bahwa Kayla baru saja menepis tangan Ghafa dengan begitu kencang dari pundaknya. Dengan wajah dingin, gadis itu berkata, “Aku yakin kakak-kakak punya banyak hal untuk dibicarakan selain diriku, jadi aku izin dulu untuk menjamu tamu lain. Permisi.” Usai mengatakan hal tersebut, tanpa menoleh sedikit pun ke arah William maupun Ghafa, Kayla langsung berbalik dan berlari kecil untuk pergi meninggalkan tempat itu. Seorang teman wanita Ghafa yang merasa sedikit tidak enak melihat Kayla pergi seperti itu gegas bertanya, “Dia tidak marah ‘kan, Ghaf? Apa candaan kita tad
Mendengar suara Kayla, empat orang yang terduduk di sofa ruang tamu itu langsung menoleh ke arahnya. "Kayla?" Andre dan Hana—ayah dan ibu Kayla—langsung menatap sang putri dengan kaget. “Ternyata dari tadi kamu sembunyi di kamar tamu? Pantas sulit sekali mencarimu,” ucap Ghafa dengan tangan terlipat dan wajah santai, seakan apa yang baru saja dibicarakan tidak sepenting itu. Sementara itu, Kayla mengabaikan ucapan kakaknya. Dia langsung menatap sang ayah dan bertanya, “Apa aku tidak salah dengar? Papa baru saja berkata kalau aku akan menikah dengan Kak William?” Mendengar pertanyaan putrinya, Andre pun menghela napas. Kentara jelas bahwa Kayla sudah mendengar inti pembicaraan dan tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Alhasil, pria itu langsung menganggukkan kepala tegas. “Ya, itu benar. Kamu dan William akan menikah,” ucap pria paruh baya itu membenarkan. Jantung Kayla berdebar. “Kenapa?!” Dia merasa sangat takut dan bingung. Mungkinkah kejadian di malam itu sudah terbong
Balasan Kayla membuat seisi ruangan menjadi hening. Mereka sama sekali tidak menyangka akan mendapatkan penolakan yang begitu keras dari gadis itu! Sampai akhirnya, Ghafa menjadi orang pertama yang memecah keheningan. “Kay, kamu jangan konyol. Selama ini kamu yang terus merengek ingin menikah dengan William, kenapa sekarang malah menolak!?” tanya kakak Kayla itu dengan wajah menekuk. Kayla membalas tatapan Ghafa dengan serius. “Terakhir kali aku mengatakan itu adalah ketika aku masih SD, Kakak percaya omongan anak SD?” balasnya ketus sebelum menatap sang ayah. “Aku sudah dewasa, dan aku punya hak untuk memilih jalan hidupku sendiri. Demikian, aku tidak menerima perjodohan ini.” tegasnya. Andre dan Hana langsung terdiam, tidak bisa berkata-kata. Mereka tidak menyangka reaksi sang putri akan seperti ini. Namun, wasiat dari Nenek Yulia yang juga mengungkit janji dengan kakek Kayla—ayah dari Hana—juga bukan hal yang bisa ditepis begitu saja. Apa kiranya yang harus mereka lakukan?
Setelah tiba di kediaman Keluarga Drake, Kayla langsung mengganti pakaiannya menjadi lebih santai. Ia memilih gaun musim dingin berwarna pastel, sederhana namun tetap anggun. Sementara itu, William menunggunya di ruang tamu, mengenakan sweater rajut biru dongker yang dipadukan dengan celana panjang kasual berwarna senada.“Kak Will, bosen yang nunggunya?” Kayla bertanya sambil melangkah mendekat.William berdiri, menyapukan pandangan ke arah Kayla. Mata pria itu tampak berbinar sesaat sebelum senyumnya mengembang. “Tidak masalah, bukankah hal yang wajar kalau istriku berdandan biar terlihat lebih cantik.”Kayla memutar bola matanya, tapi senyum kecil muncul di wajahnya. “Jangan berlebihan, deh. Jadi, kita mau ke mana sekarang?”“Ikut saja,” jawab William, lalu menggenggam tangannya dengan santai.Kayla mengerutkan kening, tapi tidak menolak. Mereka berjalan keluar menuju mobil. Sepanjang perjalanan, Kayla terus berusaha menebak-nebak ke mana tujuan mereka.“Kak Will, beri bocoran sedi
Kayla terkejut luar biasa. Sangat jarang Ghafa, kakaknya yang terkenal bawel, pergi tanpa memberitahunya. Biasanya, dia akan membuat acara keberangkatan seperti mengirimakn video rekaman yang di dalamnya akan pamer segala macam detail padanya, memperlihatkan tiket pesawatnya, pesanan hotel dan juga itenary selama dia dalam perjalanan. Tapi belakangan, komunikasi mereka memang tak seintens dulu. Kayla menyadari, mungkin karena dirinya sudah menikah. Mungkin juga Ghafa berpikir, dengan suaminya yang notabene sahabatnya sendiri, Kayla tak lagi butuh banyak perhatian darinya.“Kak Will, berhenti sebentar, dong! Itu beneran Kak Ghafa!” seru Kayla spontan, tubuhnya condong ke depan, matanya terpaku pada sosok yang baru saja lewat di trotoar.William melirik Kayla sebentar, lalu kembali fokus mengemudi. “Terus kenapa kalau itu Ghafa?” tanyanya santai, seolah tak ada yang istimewa.Nada acuh William membuat Kayla semakin yakin ada sesuatu yang disembunyikan. “Apa … Kak Will tahu kalau Kak Gha
Mendengar hal itu, Stella masih sempat kebingungan, apa maksudnya?“Kalau dari yang kamu ceritakan, setidaknya pasti Kayla sudah bercerita padamu tentang wanita bernama Laura dari keluarga Dyson padamu.” Daisy kembali bicara.Stella mengangguk, Kayla memang cerita masalah ini padanya beberapa waktu lalu melalui panggilan telepon. Dan saat akan bercerita secara langsung malah gagal karena pertemuan mereka selalu ada Daisy yang tiba-tiba muncul.“Aku mendapatkan informasi, saat ini dia sedang ke sana untuk menghadiri acara yang sama dengan Kayla. Menurutku dia sengaja melakukan hal itu untuk menjatuhkan Kayla. Kamu cukup awasi Kayla dan kalau memang benar-benar terdesak, maka majulah untuk membantunya.” Daisy berkata dengan tenang, matanya menyorot tajam pada Stella yang saat ini nampak sangat terkejut. Dia tidak menyangka kalau nenek William saat ini berada di pihak William dan juga Kayla. Apa dia salah menduga tentang Daisy yang sebenarnya?“Nona Brown, apa kamu keberatan?” tanya Dai
Satu hari sebelumnya.Di salah satu kafetaria kalangan atas, Stella Brown duduk dengan sedikit gelisah menunggu seseorang yang mengajaknya bertemu. Kali ini dia sedikit gugup karenanya, pasalnya dia tahu orang yang dia hadapi bukan orang yang mudah. Dia sebenarnya sedikit bertanya-tanya, kenapa orang itu memaksanya untuk bertemu.Beberapa kali dia melihat ponselnya. Lokasi dan jamnya benar di tempat ini, lagipula tempat ini sudah dipesan atas namanya.“Nona Stella Brown?” Suara itu terdengar dari arah belakang, membuat Stella yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya sedikit melonjak karena terkejut dan langsung melihat ke sumber suara.Berdiri di sana seorang wanita paruh baya dengan gayanya yang anggun dan elegan. Dia adalah Daisy Drake. Hal ini tentu membuat Kayla bingung. Daisy Drake mengajaknya bertemu? Apa yang akan dia lakukan? Stella tahu kalau Daisy kurang suka dengan keluarganya, ditambah lagi neneknya tidak ada riwayat berhubungan baik dengan Daisy, keduanya seperti musuh yang
“Jadi, benar Nona Kayla ini adalah istri dari Tuan William?” tanya John sekali lagi dengan nada rendah dan nyaris tak terdengar dengan wajah yang terlihat memucat.Sandra mengangguk, sementara Laura makin terpojok dan terdiam mendengar pernyataan itu.“Dan Tuan William benar-benar memperlakukan istrinya dengan sangat istimewa. Seandainya dia tahu istrinya diperlakukan seperti ini, bukankah akan memberikan dampak yang kurang baik. Lagipula, keluarga Drake juga bukan keluarga sembarangan, apalagi membuat gosip yang tidak benar.” Sandra berkata dengan nada pelan dan terdengar cukup bijak.John menatap anaknya dengan tatapan kemarahan yang tertahan. Sementara Maria, dia nampak gelisah dan melihat ke arah Laura meminta pembelaan.“Maria, cepat minta maaf dengan Nona Kayla sekarang!” perintah John pada anaknya.“Tapi, Pa~!”“Nona, aku benar-benar tidak tahu dan aku sangat minta maaf karena membuat Anda menjadi tidak nyaman sekali.”John berkata dengan suara penuh penyesalan.Kayla hanya menga
Wajah Laura berubah tegang, bibirnya tertarik kaku, dan matanya memancarkan kemarahan yang terpendam. Tangan kirinya mengepal kuat hingga kuku-kukunya menancap di telapak tangan. Sebuah kegelisahan yang tak ia sembunyikan terpancar jelas di wajahnya.“Hei, Kayla! Kamu jangan sembarangan bicara!” Maria memotong, suaranya tajam dan menusuk. Namun, Kayla hanya menatapnya dengan pandangan datar, tanpa sedikit pun rasa gentar.Kayla menarik napas dalam sebelum berkata, “Tuan John, saya meminta maaf jika kehadiran saya mengganggu acara ini. Saya tahu ini bukan tempat untuk masalah pribadi keluarga Drake. Namun, apa yang terjadi di sini tentu tidak akan terjadi jika seseorang tidak memulainya terlebih dahulu.” Tatapannya kini mengarah tajam ke Maria.John, yang berdiri di dekatnya mulai tampak ragu untuk mengambil sikap, sorot matanya menyiratkan kebingungan, namun ia belum mengucapkan sepatah kata pun. Sementara itu, Maria meledak dengan suara penuh kemarahan.“Papa! Dia sedang berbohong!” s
“Maaf, Nona, apa Anda tidak salah?” tanya Kayla dengan nada tenang.“Kamu siapa? Sepertinya kami tidak mengenalmu!” ucapnya dengan sangat lantang, hal ini makin membuat orang-orang makin tertarik dengan keributan yang tercipta barusan.“Saya Kayla Drake, cucu dari keluarga Drake” ucap Kayla mencoba tenang.“Keluarga Drake? Kamu pasti mengada-ada, kan!? Keluarga Drake tidak ada cucu wanita! Kamu pasti menyusup masuk ke sini diam-diam, kan?!”Terdengar beberapa ucapan tidak mengenakkan yang ditangkap oleh telinga Kayla saat wanita itu menyebutkan identitasnya.‘Bukannya keluarga Drake hanya punya satu orang cucu saja?’‘Benar! Apa mungkin dia istri dari si William itu?’‘Mana mungkin, William belum menikah!’‘Benar, William itu akan menikah dengan anak dari keluarga Dyson.’ Kayla diam dan mencoba tetap menjaga emosinya, sembari melihat ke sekitarnya, suara-suara sumbang itu benar-benar terdengar menjengkelkan.“Kamu dari keluarga Drake?” Suara dari balik kerumunan orang-orang itu, terde
Hari menegangkan pun tiba, pagi ini di salah satu apartemen mewah milik keluarga Drake Kayla sedang didandani layaknya putri raja. Dia benar-benar hanya duduk manis dan menerima semuanya.Setelah riasan di wajahnya selesai, Kayla duduk di sofa sambil mengirim pesan pada William. Kemudian, Olivia, wanita yang dipercaya oleh Daisy untuk mendampingi Kayla selama ada di tempat ini mendatanginya, membaca daftar agenda dengan suara tenang. “Nona, nanti di acara itu yang pertama kali harus dilakukan adalah berbincang dengan pelukis itu dan juga seorang kolektor yang membiayai acara ini. Pastikan untuk mengingat poin-poin penting yang telah kita bahas kemarin.”Kayla mengangguk, mencoba memusatkan perhatian pada suara Olivia. Namun, pikirannya terus melayang pada saat dirinya akan melakukan “Show Time” sebentar lagi. Dia terlihat jauh lebih anggun dan elegan dari sebelumnya, mulai dari gayanya berjalan, bicara bahkan tingkahnya yang jauh lebih tenang dalam menghadapi beberapa situasi. Transfor
Kayla memasukkan beberapa barang terakhir ke dalam kopernya. Siang nanti Kayla akan bertolak ke LA untuk menghadiri acara tersebut. Dari NY ke LA perlu kurang lebih 6 jam perjalanan udara. Memikirkan hal ini saja rasanya sudah membuatnya lelah, ditambah lagi William yang tidak ada bersamanya. Daisy memang mengatakan padanya ada orang kepercayaannya yang akan menemaninya selama di sana, tetapi tetap saja rasanya tidak lebih nyaman kalau tidak pergi dengan suaminya sendiri. Belum sempat dirinya menutup koper itu, tubuhnya merasakan dekapan hangat dari arah belakang. “Sepertinya aku akan merindukanmu nantinya.” William berkata dengan suara pelan di balik telinga Kayla. Kayla hanya menghela napas berat mendengar hal itu. Dia lalu membalikkan tubuhnya dan menatap dalam mata William. “Apa suamiku nanti akan menyusulku ke sana?” goda Kayla lalu menangkupkan kedua tangannya di wajah William. “Menurutmu?” William bertanya balik. “Entahlah, tapi … aku merasa sangat gugup saat ini.” Kayla m