Nico mau pun Raihan langsung menoleh ke arah pintu begitu mendengar suara gaduh tersebut. Cepat-cepat Nico beranjak dari ranjangnya lalu keluar dari kamarnya menuju dapur dengan langkah yang cepat.
Sejak sebelum mandi, Nico sudah mendengar ada suara-suara aneh di apartemennya. Ia curiga bahwa penghuni apartemennya saat ini bukan hanya dia dan Raihan saja. Memang sebelum Nico mandi, ia mendengar ada suara-suara aneh seakan di apartemen itu bukan hanya dia dan Raihan yang menjadi menghuninya. Nico kini berada di dapur, di sana gelap karena semua penerangan, ia segera menekan tombol lampu.
“Meong ….”
Seekor kucing berhidung pesek dengan bulu putih yang lebat dan panjang tiba-tiba tampak duduk di meja dapur dan menoleh ke arah Nico.
Nico mengernyit. “Kucing darimana ini?” ia lalu mengalihkan pandangannya ke samping bawah meja, ada pecahan gelas di sana.
“Lily ….” Suara Raihan yang tiba-tiba muncul di sa
“Iya,” kata Nico serius, “darah haidmu terlalu banyak kalau seperti ini, kau perlu diperiksa ke dokter kandungan!”Seketika Raihan menghela napas lega. “Ku kira apa …” gumam Raihan.“Kau bilang apa?”“Tidak,” sahut Raihan buru-buru, “aku benar-benar baik-baik saja kok, Nic. Sungguh ….”“Tapi, kalau terjadi apa-apa dengan rahimmu ….”“Benaran, aku baik-baik saja kok,” potong Raihan berusaha meyakinkan suaminya yang tampak khawatir padanya, ia lalu memegang kedua tangan suaminya. “Baiklah, kalau kau mau aku periksa ke dokter, aku akan ke dokter nanti,” lanjutnya seraya tersenyum manis pada Nico.“Oke, lebih cepat lebih baik, aku tidak mau terjadi apa-apa dengan istriku tersayang,” kata Nico begitu serius.Mereka lalu berjalan sambil merangkul menuju pintu keluar. Nico memeluk Raihan begitu ha
Raihan menyisir rambuatnya, wajah cantiknya merenung ke depan cermin. Satu pertanyaan terus bergelayut di kepalanya, mau apa gadis bernama Olive itu ingin bertemu dengannya? Lalu Raihan mencoba mengenyahkan pertanyaan itu karena toh akhirnya ia akan tahu juga apa maksud Olive ingin bertemu dengannya.Raihan beranjak dari kursi dan mengambil coat hitamnya yang tergeletak di ranjang, mengenakannya dan kembali bercermin sekali. Tidak begitu “wah” namun ia tampak sangat elegan dengan penampilan simple sekalipun.***Entah sudah berapa kali Olive mengintip jam yang bertengger di lengan kecilnya. Ia lalu melihat ke samping sembari mengulum bibirnya, jari-jarinya bergerak-gerak mengetuk-ngetuk permukaan meja, tampak agak gelisah. Sepertinya pemandangan taman bunga di café outdoor itu tidak bisa membuatnya lebih rileks.Tiba-tiba handphone-nya berdering. Matanya membulat sempurna ketika melihat siapa gerangan yang mem
Mata Olive membulat, mulutnya sedikit terbuka kala mendengar ucapan Raihan. Olive sedikit menggeleng, ia sendiri tak yakin dengan apa yang barusan ia dengar. Wanita cantik yang kini duduk di hadapannya bersedia bercerai dengan Nico? Apakah ia tak salah dengar?“Kau … bersedia bercerai dengannya?” tanya Olive, memastikan apa yang ia dengar memang tak salah.Raihan malah melemparkan senyumnya yang lembut. “Iya, aku bersedia bercerai dengannya.”“Benarkah?” Bola mata Olive membulat sempurna, suaranya menyeru begitu Raihan mengulangi kembali ucapannya.“Iya …” jawab Raihan, “tapi …”Olive menatap tanya Raihan. Barusan ia diberi harapan besar, ternyata memang tak semudah itu membujuk istri dari kekasih hatinya.“Aku pasti bersedia bercerai dengan Nico, asalkan … Nico sendiri yang memintanya.”Wajah Olive seketika tampak kegirangan. “Ka
Bola mata coklat Nico menatap tajam pantulan dirinya di pintu lift yang berbahan logam keras, rahangnya yang tegas dan kokoh berkedut, wajah blasteran tampan itu kini tampak tak ramah namun ia hanya terdiam sepanjang lift bergerak ke atas.Setelah beranjak dari restoran, ucapan Olive terus menggema di pikirannya, memenuhi isi di kepalanya. Bukan lantaran senangnya ia mendapati kabar bahwa ia bisa bersama kembali dengan kekasih hatinya yang dahulu ia idam-idamkan namun ia begitu tak habis pikir akan istrinya. Karena itu, ia pun meninggalkan Olive dan segera pulang ke rumahnya tanpa memesan menu untuk bisa menikmati makan malamnya bersama gadis yang ia cintai itu. Pintu lift terbuka. Langkah kaki Nico langsung melangkah lebar menuju apartemen miliknya seakan ia tak sabar lagi untuk segera sampai dan menemui istrinya. Begitu ia masuk ke apartemennya, ia langsung mencari sosok Raihan namun wanita itu tak berada di ruang tamu maupun ruangan tengah.Nico segera
PukSebuah bola kertas yang diremas-remas mengenai wajah tampan Nico dan sukses membuyarkan lamunannya. Nico menoleh ke arah Jeremy yang terkikik geli karena berhasil melempari partner kerjanya itu dengan bola kertas yang ia buat dan membuat pria itu sadar dari lamunannya.Nico meraih bola kertas itu dan membukanya. Matanya mendelik melihat kertas yang sudah diremas bulat-bulat oleh Jeremy. “Astaga Jeremy … ini kan surat perjanjian yang tadi sudah kutandatangi!” seru Nico. Ia lalu menatap tak menyangka ke arah partnernya itu, pria brewok itu malah tertawa kegirangan, seolah puas telah ‘mengerjai’ partnernya.“Halah, kau malah tertawa … ini bagaimana?” omel Nico.Jeremy malah berdecak. “Itu gampang saja!” ucapnya enteng, “kau minta saja ke klien untuk mengirim surat perjanjian baru,” lalu pria itu tertawa lagi.Nico menatap aneh partner kerja sekaligus sabahatnya itu. Bisa-bis
“Hasya, perkenalkan, beliau ini Pak Bily,” kata Hendra, asisten Bily, ke Hasya, “gadis ini bernama Nona Hasya Kuiper, dia adik dari Pak Nico. Atas permintaan Pak Nico, Nona Hasya akan magang di sini ….”Sejenak Hasya dan Bily hanya diam saling berpandangan, mereka belum saling melupakan pertemuan mereka di suatu club malam dan Hasya tidak menyangka bahwa atasan dia saat ini adalah pria yang ia temukan begitu mengenaskan di malam itu. Hasya mengamati wajah tampan pria yang kini menjadi atasannya itu, luka-luka di wajahnya masih terlihat nyata walau sudah mengering tapi entah mengapa luka-luka itu malah terkesan menambah nilai ketampanan pria itu.Bily lalu berdehem sungkan. “Silahkan duduk, Nona Hasya!” ucapnya.“Iya …”“Hendra, kau juga duduk di situ!”Hendra mengambil duduk di samping Hasya.“Sudah tiga hari aku tidak masuk kerja, dan hari ini aku akan
“Nico, anakku!” seru David sambil melompat memeluk Nico ketika ia membuka pintu rumahnya untuk putra dan menantunya. Setelah memeluk Nico, David memandang Raihan yang berdiri di samping belakang Nico. “Menantuku yang cantik …” kata David seraya hendak memeluk Raihan namun Nico dengan cepat menarik ayahnya. “Heh, jangan asal main peluk saja, itu istriku!” hardik Nico. “Kenapa sih kamu ini, tidak bisa lihat ayahmu bahagia barang sebentar saja!” balas David. “Kalau mau peluk cewek muda Ayah bisa cari istri lagi, kan? Ayah kan mampu ….” “Dasar anak kurang ajar kau ini!” tukas David. “Kak Raihan …” tiba-tiba Raisya muncul dan memeluk Raihan. “Ini lagi satu, bukannya memeluk kakak kandungnya dulu malah memeluk iparnya!” protes Nico pada Raisya. “Raihan ini kakakku juga~” “Dasar semuanya … sama saja….” umpat Nico dengan ekspresi jengkelnya pada keluarga. Raihan yang menatap pemandangan hubungan keluarga “harmoni
Tiba-tiba tangan besar merebut foto itu. “Kau bisa mandi sekarang!” kata Nico sembari menyimpan foto itu kembali ke dalam laci.“Oh … kau masih mau menyimpannya?”Nico kembali mengambil foto itu dan membuangnya ke tempat sampah. Tiba-tiba Nico mendengar ada suara bisik-bisik dari luar pintu kamarnya. Dengan cepat Nico melangkah ke arah pintu dan membuka pintu kamarnya. Dan benar saja di sana ia menemukan ayah dan Raisya yang sedang menguping di sana.“Apa-apaan sih kalian ini?” bentak Nico langsung ke arah David dan Raisya.“Ti-tidak kok, Kak …” sahut Raisya gelagapan, “aku hanya lewat saja tadi ….”“I-iya … a-aku juga,” kata David.“Dasar kalian ini!” murka Nico hingga membuat ayah dan adiknya itu kabur dari sana.Nico kembali masuk ke kamar dan menutup pintunya rapat-rapat. “Bisa-bisanya mereka itu …” om