“Ada kemajuan,” gumamnya dengan jempol sibuk menekan-nekan huruf pada layar ponsel. Kama : Fabian ikut aku ketemu klien, Nufaira yang saat ini bisa nemenin kamu. Arsha : Tapi gue enggak suka sama dia! Kama : Bertahanlah sebentar. Arsha : Enggak bisa! Kama : Harus bisa! Arsha : Tadi dia ngelede
“Kama minta maaf, Om!” “Kalau anak saya meninggal, maaf sebanyak apapun tidak akan menghidupkannya lagi!” Akbi berseru kesal. Dari tempat duduknya Rendra sudah bersiap untuk membantu Kama namun sang istri cantik yang duduk tepat di sebelah berkali-kali mengusap dadanya. Rendra memang mengijinkan
Bahkan saat ini Arsha berdiri di depan jendela, memandang ke arah luar sambil merajuk. Sudah ia katakan agar orang tuanya tidak perlu diberitau karena hal ini yang akan terjadi. Beruntung hanya Daddy yang datang, jika Aarash juga Aarav ikut sudah dipastikan Kama akan babak belur. Tadi setelah dra
Dua kali selama dua malam berturut-turut Kama mencium Arsha dan setiap paginya pria itu pergi begitu saja tanpa pamit. Oke, Kama memang harus bekerja tapi apa tidak bisa membangunkannya terlebih dahulu untuk bernasa-basi sebelum pergi bekerja. Tidak tau kah Kama kalau Arsha merasa kehilangan ketik
Akbi setuju untuk memberi Kama kesempatan kedua, jika kesempatan itu tidak dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Kama maka Akbi berjanji untuk membatalkan perjodohan mereka. Entah kenapa ada perasaan khawatir terbesit dalam hati Kama ketika Akbi berkata demikian, padahal kenyataannya Arsha membuat hidup
Beberapa menit Nufaira hanya diam, kemudian melangkah mendekat. “Saya akan membantu anda merapihkan barang-barang,” imbuh Nufaira lagi yang juga masih tidak mendapat jawaban dari Arsha. Sejujurnya Nufaira tidak mengerti kenapa Arsha bersikap menyebalkan kepadanya padahal gadis itu tau jika ia adal
“Dad, Aarash mau nikah ...,” ujar si sulung ketika baru saja memasuki ruang makan. Mommy meletakan mangkuk berisi sop kemudian menatap Aarash yang sudah duduk di sebrangnya dengan sorot mata penuh tanya. Mommy mengerjap sambil menahan nafas, ia tidak sedang bermimpi, kan?” Araav yang sudah duduk
Mereka seperti mensyukuri kehadiran satu sama lain di dunia ini, tidak pernah saling menyakiti sehingga menjadi panutan anak-anaknya. Aarash berjanji akan memperlakukan Rachel, seperti sang Daddy memperlakukan Mommynya. Ia akan menghargai kebersamaannya dengan Rachel karena tau bagaimana sakitnya