“Pagi Tuan Putri ... .” Langkah Arsha terhenti ketika mendengar sapaan seorang pria berbahasa Indonesia. Di ruang makan telah duduk Kama di ujung meja dan seorang pria yang menyapanya tadi duduk di samping sang Tuan rumah. Kedua bola mata mereka menatap Arsha membuat Arsha menengok ke kiri dan k
Arsha membuka dus kecil berisi ponsel baru yang dibelikan Fabian, di dalamnya sudah ada provider yang dapat ia gunakan selama di Vietnam. Memasukan beberapa nomor keluarga dan sahabatnya untuk kemudian menghubungi mereka. Dalam sekali panggilan video, Arsha dapat menjangkau kedua orang tua bersama
Sang sahabat di sebrang panggilan video sana meraih mug berisi kopi yang kemudian ia dekatkan ke mulut. “Lo naksir Kak Aarash ya?” Arsha menebak membuat Rachel menyemburkan kopinya. “Fix, lo naksir Kak Aarash ... oke, gue kasih tau Daddy biar secepatnya ngelamar lo!” “Ca ... jangan donk, gue sam
Langkah Arsha terhenti ketika hendak memasuki ruang makan, seorang gadis cantik yang mirip dengan Kama sedang duduk menikmati sarapan pagi dengan gerakan anggun. “Itu pasti Kalila, kapan dia pulang?” gumam Arsha. Si gadis menoleh, menatap Arsha tanpa senyum kemudian mengembalikan tatapannya pada m
“Kenapa?” “Gue enggak suka sama dia,” jawab Arsha tegas. Kama menautkan kedua alisnya, dua kali Arsha mengatakan jika ia tidak menyukai Nufaira dan belum mengatakan apa penyebabnya. “Kenapa enggak suka?” cecar Kama. “Nyebelin, kaya lo!” Kama mendengus geli, terlalu imun dikatai seperti itu.
Kama melirik ponsel yang sedari tadi berdering, ia mengabaikannya karena nomor yang tertera pada layar adalah nomor tidak dikenal. “Jawab, Kama ...,” ujar Fabian yang saat itu sedang bersamanya membahas suatu proposal. Nufaira juga ada di sana mencatat beberapa hal penting. “Biarkan saja!” Pria i
“Mobil Abang—“ “Enggak apa-apa, yang penting kamu selamat,” sela Kama, tangannya mengusap kepala Arsha yang kemudian dihela pelan oleh perawat. Perawat wanita itu bilang bahwa tangan Kama bisa saja membawa kuman yang akan membuat luka di kepala Arsha terinfeksi. “Jangan bilang sama Mommy dan Dad
Arsha terhentak ketika mendengar suara pintu terbuka, padahal baru saja ia berusaha terlelap mencoba menghilangkan kekecewaan karena Kama malah memilih meninggalkannya di sini sendiri. Seharusnya Arsha bisa belajar dari Liam dan tidak perlu berharap lagi pada seorang pria apalagi Kama bukan pria ya