“Mobil Abang—“ “Enggak apa-apa, yang penting kamu selamat,” sela Kama, tangannya mengusap kepala Arsha yang kemudian dihela pelan oleh perawat. Perawat wanita itu bilang bahwa tangan Kama bisa saja membawa kuman yang akan membuat luka di kepala Arsha terinfeksi. “Jangan bilang sama Mommy dan Dad
Arsha terhentak ketika mendengar suara pintu terbuka, padahal baru saja ia berusaha terlelap mencoba menghilangkan kekecewaan karena Kama malah memilih meninggalkannya di sini sendiri. Seharusnya Arsha bisa belajar dari Liam dan tidak perlu berharap lagi pada seorang pria apalagi Kama bukan pria ya
Rachel tersenyum menatap ponselnya, satu pesan masuk dari nomor tanpa nama yang terdapat foto Aarash pada profilnya. Arash : Selamat siang. Hanya dua kata itu namun entah mengapa hati Rachel rasanya seperti terbang melayang menuju Nirwana. Rachel : Siang Aarash. Disebrang sana, gantian Aarash ya
“Ada kemajuan,” gumamnya dengan jempol sibuk menekan-nekan huruf pada layar ponsel. Kama : Fabian ikut aku ketemu klien, Nufaira yang saat ini bisa nemenin kamu. Arsha : Tapi gue enggak suka sama dia! Kama : Bertahanlah sebentar. Arsha : Enggak bisa! Kama : Harus bisa! Arsha : Tadi dia ngelede
“Kama minta maaf, Om!” “Kalau anak saya meninggal, maaf sebanyak apapun tidak akan menghidupkannya lagi!” Akbi berseru kesal. Dari tempat duduknya Rendra sudah bersiap untuk membantu Kama namun sang istri cantik yang duduk tepat di sebelah berkali-kali mengusap dadanya. Rendra memang mengijinkan
Bahkan saat ini Arsha berdiri di depan jendela, memandang ke arah luar sambil merajuk. Sudah ia katakan agar orang tuanya tidak perlu diberitau karena hal ini yang akan terjadi. Beruntung hanya Daddy yang datang, jika Aarash juga Aarav ikut sudah dipastikan Kama akan babak belur. Tadi setelah dra
Dua kali selama dua malam berturut-turut Kama mencium Arsha dan setiap paginya pria itu pergi begitu saja tanpa pamit. Oke, Kama memang harus bekerja tapi apa tidak bisa membangunkannya terlebih dahulu untuk bernasa-basi sebelum pergi bekerja. Tidak tau kah Kama kalau Arsha merasa kehilangan ketik
Akbi setuju untuk memberi Kama kesempatan kedua, jika kesempatan itu tidak dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Kama maka Akbi berjanji untuk membatalkan perjodohan mereka. Entah kenapa ada perasaan khawatir terbesit dalam hati Kama ketika Akbi berkata demikian, padahal kenyataannya Arsha membuat hidup
“Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah
“Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t
“Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d
“Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”
“Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa
Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su
“Bang ... keringetan ih, bau ... Caca udah mandi ... turunin.” Arsha meronta berharap Kama menurunkannya. “Kan bisa mandi lagi,” balas Kama santai. Jika Arsha tidak salah liat, pria itu sedang menyeringai pertanda tidak baik untuk kesehatan jantungnya. “Bang turunin dulu ... Caca mau kasih Asi bua
Setelah drama baby blues beberapa bulan lalu, kini Arsha bisa menikmati perannya sebagai Ibu dengan bantuan baby sitter. Tidak ada tangis maupun uring-uringan berganti dengan kebahagiaan yang membanjirinya setiap hari. Arsha memang harus dibimbing dan Kama adalah orang yang tepat untuk itu. Mungk
Mungkin saat ini pun Arsha menangis karena itu, perlahan Kama mendorong benda bercat putih dan menemukan istrinya sedang duduk di lantai memeluk kedua lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana. Dari jauh Kama sudah bisa melihat jika ketiga anaknya sedang terlelap di box bayi masing-masing. “Sayang