Home / Pernikahan / Jodoh Dari Anakku / Bab 2 Kilas Balik

Share

Bab 2 Kilas Balik

Author: HIZA MJ
last update Last Updated: 2023-05-24 09:21:25

“Mister Rama mau nggak jadi Papa Salma?”

Rama gelagapan. Persis seperti reaksi Maryam saat anaknya memberinya saran menikah dengan gurunya.

Salma terkikik. “Tuh, kan. Sama kaya Mama. Kaget.”

Mata Rama semakin melebar. “Hmm? Kenapa Salma ngomong gitu?” Tanyanya pelan dan rendah.

“Memangnya kenapa? Mr. Rama sama kagetnya kaya Mama tadi di rumah.”

Jangan sampai apa yang ia pikirkan benar. “Memangnya Salma ngomong apa sama Mama?”

Tiba-tiba Rama penasaran, model dan jenis obrolan apa yang anak ini sering perbincangkan dengan mamanya.

“Salma minta Mama dan Mr. Rama menikah.” Sahut Salma ringan. Gadis kecil itu terkekeh dan menular pada adiknya.

“Ha? Oh, hmm? Kenapa Salma ngomong gitu ke Mama?” Tanya Rama yang masih syok dengan tawaran yang menurutnya sedikit janggal sebab datang dari anak kecil. Salma dan Fatih sama-sama tertawa karena ekspresi Rama.

“Karena Salma mau punya papa lagi. Mr. Rama baik sama kami. Jadi kami mau Mr. Rama jadi Papa kami. Mau, ya?”

“Papa..” Panggil Fatih riang.

Kok jadi gini? Pikir Rama. Dirinya tak masalah kalaupun harus menikah dengan Maryam. Sangat ingin malah. Tapi bukan dengan cara pendekatan semacam ini. Walaupun Rama tak menampik ada sedikit haru.

Ia tak menyangka akan dilamar seorang anak kecil untuk ibunya. Sudah lama ia menaruh hati pada Maryam. Sejak… sejak pertama kali melihatnya mengantar Salma dan Fatih.

Saat itu, ia mengira Maryam masih bersuami. Sampai pertemuan di tempat yang tak terduga semalam terjadi.

***

Satu hari sebelumnya.

“Assalamu’alaikum..” Sapa Maryam pada Ines dan seorang tamu laki-laki yang posisinya sedang membelakanginya. Sepertinya tamunya sudah akan pulang.

Malam ini jadwal mengajarnya untuk Icha, anak Bu Ines. Muridnya yang dulu. Liburannya sudah usai sebulan yang lalu, dan Bu Ines menepati janjinya untuk memakai jasanya mengajar sang anak.

Setiap hari rabu dan sabtu selepas maghrib, Maryam akan bertandang ke rumah itu dengan mengajar khusus mata pelajaran Fisika pada Icha, tetapi ia juga mempersiapkan semua mata pelajaran jikalau Icha menginginkan bantuan darinya.

“Wa’alaikumsalam..” Jawab Ines dan tamunya bersamaan. Laki-laki itu menoleh. Lalu teriakan dari samping Maryam menggema mengejutkan semua orang.

“Mr. Rama….” Salma berlari dan memeluk Rama. Tamu Ines itu adalah Mr. Rama yang dikenal Salma. Guru Salma.

“Loh.. Kenal?” Ines mengernyit heran. Salma terlihat sangat akrab dengan Rama.

“Muridku di sekolah..” Jawab Rama singkat.

Mulut ines membentuk huruf O.

Maryam memasang wajah sedikit terkejut melihat Rama berada di rumah Ines. Lalu memaksakan sebuah senyum kaku di depan semua orang. Ia tak enak hati karena kelakuan Salma pada Rama.

Rama melepaskan pelukannya pada Salma karena Maryam mengusap anaknya lembut dan memintanya melepaskan pelukannya pada Rama. Maryam menarik kembali Salma agar kembali di sampingnya. Gerakan itu sangat canggung karena tatapan Ines yang… rumit.

“Mbak aku laper..” Ucap Rama tiba-tiba pada Ines.

“Hah?” Ines menganga.

Beberapa menit yang lalu pria ini sudah buru-buru mau pulang karena merasa tertekan pertanyaan-pertanyaan soal menikah. Lalu tiba-tiba bilang lapar?

“Aku lapar, ada makanan, ‘kan? Aku ambil, ya?” Rama nyelonong masuk.

Mbak? Laper? Kepala Maryam berdengung oleh suara-suara itu. Siapa Rama?

Wajah mereka agak mirip.

Ines semakin mengernyit dalam dan menelengkan kepalanya mengikuti langkah Rama yang terburu memasuki kembali rumahnya.

Lalu tersadar dengan keberadaan Maryam yang juga sedang kebingungan.

“Eh… Ayo masuk, Mbak. Salma dan Fatih ikut tante ya?” Salma dan Fatih mengangguk.

"Dunia ini memang terlalu sempit. Ternyata Mbak Ines kenal juga." Lirih Rama yang bersandar pada meja dapur.

Rama memaksakan mengambil sebuah piring, tangannya kanannya bergetar, lalu tangan kirinya terulur menenangkan. Namun, bukan malah lebih tenang, gemetarannya menjadi semakin hebat seiring terdengarnya suara-suara di ruang tamu itu.

Suara Maryam sedang mengajar Icha.

Rama terpaku di tempatnya. Kepalanya terasa kebas, matanya pedih dan tangannya lemas. Serta jantungnya yang menjadi seratus kali lebih keras memompa.

Rama bukan tidak  mengerti dengan apa yang dirasakannya, tapi ia sekuat tenaga mencoba menepis.

“Dia istri orang Ram! Berani-beraninya kamu menyukainya!!” Desis Rama. Tangannya tengah mencengkeram tepian meja dapur dengan sangat erat.

Ya. Rama memang menyukai Maryam. Setelah ia berusaha menyimpulkan kecamuk rasa di dalam dadanya meski selalu berusaha menolak. Ia sendiri tidak tahu sejak kapan, namun setiap kali melihat Maryam mengantar dan menjemput Salma, ia selalu merasa jantungnya seperti melompat-lompat.

Lalu tanpa sadar, dia selalu datang lebih pagi agar bisa melihat Maryam mengantar anaknya, dan menggantikan Miss Nina menemani Salma dan Fatih di sore hari hingga dijemput pulang oleh mamanya.

Momen itu baginya sangat menyenangkan. Dua anak lucu-lucu yang katanya selalu bersedih karena lama tidak bertemu dengan sang papa.

Dua anak kecil yang rapuh dan sangat merindukan keberadaan sang papa. Dua anak kecil yang seakan mengerti penderitaan mamanya dan berusaha kuat.

Maka sebab ketertarikan itu, ia seolah terikat dengan benang tak kasat mata dengan anak dua kecil itu. Lalu dengan sang mama…

Sungguh. Rama sama sekali tak sadar dengan apa yang dilakukannya. Padahal ia tahu bahwa Maryam adalah istri orang.

“Kamu ngapain?”

Suara itu membuat Rama berjengit hingga bergeser selangkah dari tempat semula.

“Kaget?” Ines menggeser posisi Rama dengan sikunya karena menghalangi jalannya.

Ines mengerling sebentar pada Rama. Laki-laki itu masih terpaku di tempatnya, salah tingkah dan canggung. Seperti remaja yang sedang kepergok pacaran.

“Ngalamun? Katanya mau makan.. Ah, bukannya tadi kamu bilang kenyang waktu mbak tawari makan. Tingkah kamu aneh, Ram..” Sindir Ines tanpa mengalihkan pandangannya dari minuman di depannya. Ia mengerling sekali lagi pada Rama.

“Udah lama Icha belajar sama mamanya Salma?”

“Hmm.. Kenapa?”

“Nggak apa-apa. Setahuku kalau siang dia juga bekerja di sebuah kios di pasar. Malamnya masih harus mengajar. Apa dia sedang butuh banyak uang? Suaminya memangnya kerja dimana? Salma cerita kalau papanya sudah lama tidak pulang.” Rama berbicara dengan nada sangat pelan, hampir berbisik. Meski mustahil Maryam mendengarnya, tapi tetap saja ia tak enak hati.

Dapur itu terletak di samping ruang keluarga. Dan Maryam sedang berada di ruang tamu bersama Icha yang jaraknya lumayan.

Pertanyaan beruntun dari Rama tentu saja semakin membuat Ines curiga.

“Kamu cerewet banget!” Dengus Ines. Ia tak ada niat sedikitpun menceritakan soal Maryam.

Ia mengangkat sebuah baki berisi minuman dan beberapa cemilan untuk Salma dan Fatih lalu melangkah keluar dapur. Sedangkan untuk Maryam biasanya disajikan setelah sesi belajar mengajar selesai.

“Mbak..” Panggil Rama menghentikan langkah Ines di tengah-tengah gawang antara dapur dan ruang keluarga.

“Apa?” Ines menoleh kesal pada Rama.

“Biar aku aja yang bawa. Buat Salma sama Fatih, ‘kan.” Rama tak perlu menunggu jawaban dari Ines. Ia meraih baki itu dengan sigap dan melangkah cepat menjauhi tatapan Ines yang semakin menelisik mengulitinya.

Baginya, baik Ines maupun Ibunya sama saja. Sama-sama mengerikan kalau memberikan tatapan menelisik. Tatapan itu tak terlalu tajam padanya, tapi ke-intens-an dan bak menguliti itu yang mengerikan.

Dua perempuan itu seolah mampu membaca apa yang di dalam pikirannya. Jadi seringnya ia memilih menghindar dengan cepat.

“Matamu sudah mengatakan segalanya, Ram.. Kamu kira bisa menghindar dari Mbak dan Ibu.” Gumam Ines lirih di dapur itu.

Rama adalah adik Ines. Mereka dua bersaudara yang sangat akrab sejak kecil. Rama yang selalu mengekorinya kemana-mana, Rama yang menangis tersedu saat ia menikah, Rama yang manja padanya bahkan saat Ines masih bersuami.

Rama laki-laki lembut dan impulsif yang tidak mampu menyembunyikan ekspresi dan suasana hatinya. Dan kelakuannya tadi, jelas mudah terbaca oleh Ines. Adiknya itu menyukai Maryam.

Menyukai Maryam yang seorang… Ah, Ines tidak tega mengatakannya. Ia seperti berkaca.

Tapi Rama kelihatan sangat menyayangi Salma dan Fatih. Ines takut jika dugaannya benar.

Mmm.. Pasti benar. Ia yakin itu.

Ines melangkah maju ke ruang keluarga itu. Hanya tiga langkah dan berhenti, lalu ia mendapati rama sedang bercengkerama dengan Salma dan Fatih. Fatih berada di pangkuan Rama dan bersama-sama mendengarkan Salma yang sedang berceloteh ria.

Mata Ines memanas.

Ia tahu benar kedua anak itu sangat merindukan sosok ayah di dekat mereka. Mereka jelas membutuhkan laki-laki yang bisa disebut papa agar bisa menjaga mereka, juga menjaga ibu mereka.

Mereka jelas membutuhkan sosok papa agar ibu mereka tak kepayahan banting tulang siang malam dan hanya menemani mereka main saja.

Ines tahu bagaimana rasanya. Dia bernasib sama dengan Maryam, dan Icha bernasib sama dengan Salma dan Fatih. Bedanya, Ines memiliki Rama sebagai om dan papanya sebagai kakek yang selalu ada untuk Icha. Bedanya lagi, mantan suaminya masih rutin berkunjung meski beberapa bulan sekali.

Icha masih tak terlalu kehilangan sosok laki-laki dalam hidupnya.

Tapi Salma dan Fatih…

Ines mengusap sudut matanya yang sudah berair. Jika Rama memang menyukai Maryam dan bersedia menerima Salma dan Fatih, ia akan sangat senang tapi sekaligus takut.

Ia takut Rama suatu saat Rama akan menyakiti mereka dan malah memberi luka baru untuk Maryam.

Tidak..

Jangan..

Biarkan Rama dengan pemikirannya bahwa Maryam masih bersuami. Itu lebih baik..

Ia terlanjur menyayangi Salma dan Fatih juga mamanya. Ia tak sanggup melihat wanita itu tersakiti lagi.

Related chapters

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 3 Teman Pulang

    Malam itu, Rama menikmati suara Maryam yang sedang menemani Icha; keponakannya itu belajar. Sembari bermain dengan Salma da Fatih yang mulai mengantuk. “Sampai jam berapa Mama ngajarnya?” Bisik Rama pada Salma. “Malem.” “Malem banget?” Tanya Rama lagi. “Kalau Mama nemenin belajar Kak Icha terus Salma dan Dek Fatih ngapain?” “Main, sama Ibu Ines.” Sahut Salma singkat tanpa melihat lawan bicaranya. Mulut Rama membulat. Sebentar-sebentar melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 20.00. Tak lama setelahnya, ia mendengar Icha berderap masuk ke ruang keluarga. Lalu naik ke lantai dua. Menuju kamar tidurnya. Itu artinya, sesi belajar privat malam itu usai. Rama menggumam, “Apa nggak kemaleman pulang jam segini? Kasian anak-anak.” “Icha kecapekan banget, Bu.. Saya kasihan kalau mau memaksakan. Katanya hari ini olahraga spinning sama taekwondo ya?” Suara Maryam terdengar sampai ruang keluarga. “He’em.. Saya sebenarnya juga kasihan, tapi bagaimana lagi. Itu pilihannya

    Last Updated : 2023-05-24
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 4 Butuh Pernyataan Status

    “Rumah Salma di sini?” Tanya Rama ketika melihat Maryam turun dari motornya. Salma mengangguk.Motor Maryam berbelok di sebuah halaman dengan deretan rumah-rumah petak. Ada 5 rumah petak dengan dinding menempel satu sama lain. Terasnya diberi dinding penyekat antar rumah untuk menjaga privasi.Bentuk depan semua rumah-rumah itu sama. Semua catnya pun sama, berwarna biru muda dan kusen-kusen berwarna putih. Rama menebak rumah itu pasti seperti rumah petakan yang disewakan. Bukan semacam hunian permanen.Ukurannya kecil tapi cukup untuk tinggal Maryam bersama kedua anaknya, halaman itu muat dua mobil, cukup besar sebagai arena bermain Salma dan Fatih.Rama menghentikan mobilnya di luar gerbang halaman, tidak berani masuk dan membuat orang lain berpikiran macam-macam. Terlebih, ia takut Maryam tak nyaman.“Jadi setiap hari harus lewat kebun tadi?”Lagi-lagi Salma mengangguk.Maryam mendekati mobilnya untuk menjemput Fatih yang masih tertidur di mobil.Rama membukakan pintu bagian belaka

    Last Updated : 2023-08-09
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 5 Mantan

    Sekian bulan dia menyandang status janda, nyatanya tak berpengaruh apapun pada Maryam.Kehidupannya dengan atau tanpa suami nyatanya sama saja. Dulu, dia memiliki suami tapi seperti tak bersuami.Enggar namanya. Jarang sekali pulang ke rumah dengan alasan sedang menangani proyek di luar kota. Dinas yang awalnya hanya butuh 2 sampai 3 minggu di luar kota, menjadi bertahun-tahun saat Fatih; anak kedua mereka akan segera lahir.Alhasil, Fatih si anak bungsu tak pernah tau bagaimana rupa papanya. Padahal sosoknya ada. Hanya berbeda tempat entah di mana.Maryam sedang menikmati kebebasannya menjadi 'janda'. Dan dalam waktu bersamaan sedang berjuang keras menghidupi anak-anaknya.Ponselnya berdering. Seperti biasa, suaranya menyentak mengagetkan. Segera ia menyambar ponsel itu. Lagi-lagi nomor tanpa nama.Seperti yang lalu-lalu, Maryam selalu mengabaikan panggilan tanpa nama itu. Lalu nomor itu terus mengirim pesan padanya.Maryam meringis. Terakhir kalinya Enggar menghubunginya, ada suara p

    Last Updated : 2023-08-28
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 6 Penasaran dan Benci

    "Mr. Rama anterin, lho Ma. Itu di belakang." Salma melambaikan tangan ke arah mobil di belakangnya."Mr. Rama baik banget, Ma. Tadi Mr. Rama bilang harus tanya Mama dulu kalau mau jadi Papa Salma. Boleh, ya, Ma? Boleh, ya?" Rengek Salma setengah berteriak di keheningan kebun bambu itu."Salma jangan teriak-teriak. Kita ngomong di rumah nanti, ya." Kata Maryam.Salma menoleh lagi ke belakang saat sorot lampu di belakang semakin jauh. Mereka sudah berhasil melewati kebun bambu itu. Dan Rama merasa cukup mengikuti Maryam dan anak-anaknya sampai melewati kebun bambu saja.Cemoohan orang terkadang lebih menyakitkan dari segala kesulitan yang telah dilalui seseorang.Rama memundurkan laju kendaraannya dan memutar balik ketika menemui tanah yang lapang.Ia cukup puas bahwa Salma mengenali mobilnya. Rasanya berbeda. Hanya sebuah lambaian anak kecil yang tak lain muridnya sendiri, tapi Rama merasa seluruh hidupnya ada pada Salma saat itu.Motor Maryam sudah berbelok ke halaman rumahnya. Cukup

    Last Updated : 2023-09-02
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 7 Berhenti Berharap

    Rama memang benar ada urusan pagi itu. Tapi siang menuju sore ia pasti bertandang ke rumah kakaknya. Lagipula sore nanti adalah jadwal privatnya Icha. Yang mana ia bisa bertemu dengan dua malaikat kecil kesayangannya.Terlalu berlebihan sepertinya. Tapi memang begitulah perasaan Rama terhadap Salma dan Fatih."Kalau sudah selesai semuanya, hubungi saya. Kerjakan cepat." Kata Rama. Ia memberikan satu bendel kertas yang dimasukkan dalam map.Entah berisi apa."Baik, Pak." Jawab orang itu. Lalu pamit permisi meninggalkan ruangan Rama. Seorang Bapak tua berpapasan dengannya di depan pintu.Bapak tua itu acuh tak acuh. Siapa lagi yang sedang Rama selidiki kali ini?Orang suruhan Rama itu mengangguk sekilas lalu berlalu pergi."Ram! Bapak mau bicara." Kata Pak Lukman; Bapak Rama."Iya, Pak. Ada apa? Serius, ya? Kalau soal harus urusin perusahaan, Rama nggak bisa, Pak. Rama udah sering bilang. Mending kasih ke Mbak Ines aja." Rama masih bergeming di tempatnya.Yayasan kecil yang berkecimpung

    Last Updated : 2023-09-02
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 8 Maryam dan Enggar

    Maryam dinikahi Enggar ketika ia masih duduk di bangku kuliah. Kira-kira semester 4. Berarti umurnya masih 20an saat itu. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Enggar yang saat itu tengah menjabat sebagai ketua BEM di kampus mereka.Maryam tak pernah menyangka bahwa cinta sepihak yang dipendamnya ternyata bersambut. Enggar tiba-tiba menghubunginya dan mengajaknya menikah. Tentu saja Maryam sangat bahagia. Saking bahagianya ia tak berpikir panjang bahwa ia harus menyelesaikan dulu tanggung jawab studinya.Saking bahagianya, ia tak mengindahkan nasihat sang ayah bahwa kuliah itu adalah jalan Maryam menggapai cita-cita yang diimpikannya sejak lama. Saking bahagianya, ia tak mencari tahu bagaimana sosok Enggar sebenarnya.Jujur saja, ia mengenal Enggar hanya dari apa yang dilihatnya di depan podium ketika Enggar berbicara dengan mahasiswa atau ketika sedang mengutarakan aspirasi mahasiswa. Ia dibuat kagum karena kepandaian berkata-kata itu.Maryam berhasil meyakinkan sang ayah bahwa

    Last Updated : 2023-09-03
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 9 Maryam dan Enggar (2)

    "Mas cuma kasih 500 ribu buat satu bulan. Untuk makan aja nggak cukup, Mas. Mas tiap hari protes pengen makan enak-enak tapi uang yang Mas kasih cuma segitu. Boro-boro jajan. Mau beli telur aja aku mikir-mikir. Makanya jangan protes kalau tiap hari cuma ada tahu sama tempe!" Maryam berteriak di akhir kalimatnya.Maryam tak tahan untuk tidak terpancing. Pagi itu mood-nya sedang tidak baik. Harapannya lagi-lagi pupus soal hamil dan ia akan menjalani dua bulan yang sangat menyesakkan. Sendirian tanpa kegiatan apapun dan tak diijinkan keluar oleh suami.Maryam sedang kesal dengan keadaan."Beraninya kamu!!"PRANGGGMaryam tersentak tapi tak mampu bergerak. Pecahan piring itu mengarah padanya. Beberapa pecahan halus kaca memercik di kakinya. Berdarah. Ia berdarah di beberapa tempat. Tapi Maryam tak mampu bergerak.Piring yang dipecahkan bukan hanya satu. Enggar menyapu seluruh isi meja itu dengan satu tarikan tangan. Semua piring itu pecah berikut dengan isinya yang telah susah payah Marya

    Last Updated : 2023-09-04
  • Jodoh Dari Anakku   Bab 10 Maryam dan Enggar (3)

    Tahun-tahun berikutnya tak ada yang spesial di hidup Maryam kecuali malaikat kecil yang kini menjadikan hari-harinya lebih seperti manusia pada umumnya.Enggar sudah mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan konstruksi. Kariernya dengan cepat melejit beberapa tahun kemudian. Tapi, Maryam masih mendapat perlakuan yang sama. Uang belanja yang sama dengan beberapa tahun yang lalu. Padahal sekarang ada Salma.Lalu, tahun berikutnya ketika ia positif hamil Fatih. Enggar ditugaskan keluar kota menangani proyek baru. Enggar tak mengatakan detail tempatnya. Ia hanya mengatakan keluar kota untuk beberapa minggu. Entah dimana kota yang dimaksud Maryam tak pernah tau.Beberapa minggu itu kemudian dengan cepat berubah menjadi ulangan bulan. Enggar hilang kabar. Ponselnya entah kenapa sulit sekali dihubungi. Sampai Maryam mencoba menghubungi melalui e-mail. Namun tetap nihil.Selama itu pula Maryam tak mendapatkan uang bulanan. Ia kelimpungan kesana kemari mencari pinjaman, sampai pada akhirnya ia j

    Last Updated : 2023-09-05

Latest chapter

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 94

    Malam itu, semua orang kembali ke kamar dengan dada mengembang bahagia. Setelah Khalid memutuskan undur diri. Termasuk Khalid yang juga memasang senyum sepanjang perjalanan pulangnya.Tak apa menunggu dua sampai empat minggu lagi. Ia yakin jawaban Ines adalah 'iya' untuknya.Tetapi, masih ada satu hal lagi yang mengganjal bagi keduanya. Icha.Seharusnya, Icha ikut dilibatkan tadi. Seharusnya ia mengajak Icha diskusi terlebih dulu sebelum memutuskan pulang.Khalid sedikit menyesal. Sebab entah kapan lagi memiliki kesempatan seperti tadi, saat Icha dengan gamblang bertanya soal niatannya.Senyum Khalid semakin mengembang memingat hal itu.Ines mengetuk pelan kamar anaknya yang berada di rumah Pak Ali itu. Ines sempat melirik jam tangannya, masih jam 20.20. Biasanya Icha masih memainkan gawai untuk sekedar nonton youcup atau game online.Ines mengetuk lama. Lama tidak ada sahutan lalu Ines sedikit berseru."Icha.. Buka pintunya, Dek. Udah tidur, ya"Panggilan Adek yang selalu Ines sematka

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 93

    "Gimana, Pi, Mi? Mbak Ines mana?" Tanya Rama tak sabar.Mahesa sudah lelap setelah ditimang gendong oleh papanya. Salma dan Fatih juga susah berhasil terlelap setelah sedikit drama pencarian sang mama yang sedang menggali informasi dari Icha.Maryam berjalan dari arah kamar Icha, menuju ruang tamu bergabung dengan suami dan mertuanya.Belum juga Pak Ali maupun Bu Andini menjawab, Rama kembali berkata,"Itu ketawa-ketawa kenapa? Padahal tadi kayaknya sengit banget kaya mau nerkam mangsa. Kok bisa?""Kamu cerewet banget kaya perempuan!" Sergah Bu Andini. "Tunggu aja di sini. Biarin mereka ngomong. Semoga itu pertanda baik. Kita berhutang banyak pada Nak Khalid.""Ha? Hutang apa? Perusahaan? Emang iya, Sayang?" Rama mencecar lagi, memvalidasi pada MaryammTadi sewaktu ada tamu gayanya berwibawa sekali, tak mau banyak omong tak mau ikut campur. Begitu tidak ada orang sifat aslinya langsung keluar. Jiwa kepo dan cerewetnya seringkali bikin Bu Andini pusing tujuh keliling.Maryam mendelik k

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 92

    Hujan malam itu tak lagi deras. Menyisakan rintik lembut terbawa angin sepoi menimpa punggung Ines yang kini sempurna menghadap Khalid.Matanya memicing, mengkerut lalu membeliak karena sebuah hantaman memori masa lalu.Memori itu masih berserak, tapi ia bisa mengingatnya.Seorang laki-laki berdarah campuran arab dengan cambang dimana-mana, bola mata cokelat yang perlahan memejam itu berada di bawahnya, menopang bobot tubuhnya. Saat Ines bangkit dari atas tubuh itu, ia melihat belakang kepala laki-laki itu mengalir darah segar.Saat itu, yang dilakukan Ines adalah berteriak kencang histeris. Ia sama sekali belum pernah melihat darah sebanyak itu.Dan laki-laki itu terluka kepalanya karena kecerobohannya.Ines tengah bercanda dengan temannya waktu itu di halaman fakultas entah berebut apa, berlarian mundur tanpa tahu bahwa ada batu besar yang siap menyambutnya tanpa dosa.Ines mundur dan tersandung batu itu, tubuhnya terpelanting mundur menabrak seseorang di belakangnya dan menindih or

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 91

    Tok tok tok. Maryam mengetuk pintu kamar Icha beberapa kali, tetapi tidak ada sahutan. Mustahil Icha sudah tertidur. Maryam meraih handle pintu itu, terkunci. "Mbak Icha cantik.. Ini Tante. Boleh Tante masuk? Mbak Icha belum tidur 'kan?" Bibir Maryam hampir menempel dengan pintu karena suara rendahnya. Ia tak ingin membuat keirbutan di malam itu sekaligus agar suaranya tetap terdengar oleh Icha. "Mbak Icha.. Tante pengen curhat, nih.." Bujuk Maryam lagi. Ia menggunakan panggilan 'Mbak' pada Icha agar Icha dianggap sebagai yang paling tua dan dihargai. Nyatanya, Icha bukan anak kecil lagi. Panggilan yang awalnya diciptakannya untuk melatih Salma dan Fatih itu justru amat sangat disukai oleh Icha. Tak lama terdengar bunyi anak kunci diputar. Kemudian handle pintu bergerak dan membuat pintu itu terbuka."Kalau Tante mau membujukku karena Mama, mending Tante pergi aja. Maaf. Icha lagi pengen sendiri." Icha hendak menutup pintunya kembali tapi ditahan oleh tangan Maryam. "Tunggu du

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 90

    Khalid adalah mahasiswa luar negeri dari program 'Student Exchange' di kampus tempat Ines menimba ilmu. Fakultas yang sama, tetapi sayangnya mereka berbeda jurusan. Hanya sekitar satu tahun, dua semester penuh Khalid memintal ilmu di nusantara kendati ia masih memiliki darah nusantara dari ibunya. Ibunya berasal dari sini. Mereka tinggal berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain termasuk Indonesia karena bisnis keluarganya. Tetapi sejak ibunya meninggal 18 tahun lalu, keluarga mereka seolah ikut berhenti melupakan nusantara. Mereka mulai menetap di Dubai dan selama 18 tahun itu tak ada yang kembali ke Indonesia. Baru sekarang Khalid kembali karena mengingat seorang gadis yang dulu dikenalnya. Dengan alasan ingin mengembangkan bisnis, Khalid membujuk sang ayah agar mengijinkannya ke Indonesia. Lalu tepat sebulan yang lalu, ia tak sengaja bertemu dengan Ines di sebuah bank yang ternyata ia adalah manager di sana. Bagaimana Khalid masih mengingat wajah Ines padahal sudah lewa

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 89

    Setelah acara reuni malam itu, Khalid bergegas terbang menuju Dubai untuk menemui kedua ayahnya. Dini hari pesawatnya mulai meninggalkan zona udara Indonesia menuju negara yang memiliki teknologi super canggih itu.Di sanalah tempat tinggalnya selama 20 tahun terakhir.Ah, lebih tepatnya, di sanalah ayahnya sekarang tinggal. Seorang diri. Hanya ditemani seorang asisten rumah tangga yang membantu beliau mencukupi kebutuhan sehari-hari. Usianya sudah menjelang 85 tahun. Istrinya sudah lama meninggal meninggalkannya sendirian di dunia ini.Anak-anaknya?Anaknya melanglang buana mengikuti rezekinya masing-masing bersama keluarga masing-masing. Tinggalah si bungsu yang tak kunjung menikah dan membuatnya resah.Hidupnya dilanda gelisah karena memikirkan si bungsu yang katanya enggan menikah.Maka malam itu, merasa waktunya telah dekat. Beliau meminta anak bungsunya agar lekas kembali ke tanah air."Hidup tak melulu soal bisnis dan uang. Ada ruang kosong di jiwa yang harus segera diisi agar

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 88

    "Belum ada kabar lagi dari Pak Khalid, Teh?" Tanya Maryam yang sengaja berhenti di meja Teh Arum pagi itu."Belum, Bu. Nomor Pak Khalid tidak aktif sejak seminggu yang lalu."Sudah lewat dua minggu sejak pertemuan mereka membahas kerja sama itu. Tapi Khalid seolah raib begitu saja.Tak ada kabar. Arum pun tak bisa menghubungi siapapun entah sekretarisnya atau kantor Khalid. Sebab Khalid lah yang menghubungi mereka secara langsung menggunakan nomor pribadinya pertama kali.Sesuatu terasa janggal. Apa sebenarnya Khalid memiliki maksud lain?Tapi obrolan mereka dua minggu yang lalu biasa saja. Obrolan layaknya bisnis lainnya. Tidak ada yang mencurigakan.Kecuali satu. Sebutan unik yang dilontarkan Khalid untuk Mbak Ines.Astaga."Aneh.." Gumamnya.Pikiran Maryam terbang ke beberapa hari yang lalu saat ia berkunjung ke rumah oma dan opa anak-anaknya.Bu Andini sempat menyinggung bahwa Ines uring-uringan sejak pulang dari acara reuni kampusnya itu.Tidak jelas apa yang ia kesalkan tapi kat

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 87

    Malam di kediaman keluarga Rama. Icha berada di sana, dititipkan oleh mamanya karena ia akan memenuhi undangan reuni itu.Icha memilih berada di rumah om dan tantenya karena lebih rame. Juga bisa bermain dengan Mahesa. Dari pada di rumah oma-nya. Bisa-bisa ia mati kutu. Kata Icha.Jadilah malam itu ia menginao di sana. Rama tak tinggal diam. Ejekan demi ejekan ia lontarkan pada kakaknya itu.Seumur-umur ia tak pernah melihat kakaknya keluar rumah untuk acara-acara semacam itu. Kecuali benar-benar resmi.Rama mengernyit. "Nggak biasanya ikut-ikutan acara begituan. Famgat (family gathering) kantor aja dia sering mangkir." Ejek Rama yang ia utarakan pada Maryam.Ia sedang duduk berdua di kursi ruang makan hanya bersama istrinya, sambil mengawasi anak-anak bermain di depan televisi ruang keluarga."Sewaktu ke butik itu dia juga terus uring-uringan. Katanya Mbak Ines dapet undangan khusus untuk acara itu. Jadi ngerasa nggak enak kalau nggak dateng." Sahut Maryam."Memangnya siapa ngundang?

  • Jodoh Dari Anakku   Bab 86

    Ines bergidik karena sapaan yang kedengarannya sangat biasa itu.Tapi karena ekspresi si laki-laki itulah Ines merasa jijik. Ganteng, sih. Tapi...Tampang si laki-laki itu sudah di usia sangat matang. Ines berani menebak kalau usianya pasti di atas empat puluhan. Mustahil kalau laki-laki itu belum menikah.Atau, dia memang tipe laki-laki genit yang suka tebar pesona dengan caranya yang sok cuek seperti tadi?Ines menegakkan duduknya lantas menggeleng menyapu pikirannya soal si laki-laki itu. Ngapain pula dia memikirkan orang asing?"Kasihan yang jadi istrinya. Suaminya genit begitu." Gumamnya lirih seraya melirik singkat punggung laki-laki yang sekarang sudah menghilang di balik elevator."Mbak Ines.. Ngelihatin apa?" Sapa Maryam dari belakang Ines.Ines terperanjat. Seperti seseorang yang ketahuan diam-diam memata-matai, Ines salah tingkah."Eh? Udah selesai?" Lontarnya."Nunggu lama, ya? Maaf, Mbak. Jadi, kan? Udah makan?" "Jadi.. jadi. Mm, Mar?""Ya?""Tamu tadi, aku dengar mau ke

DMCA.com Protection Status