Seketika arwah Lastri berhenti menggerakkan lemari itu. Arwah Lastri mendekat ke tubuh Mas Bimo. Tangannya mencoba menyentuh wajah Mas Bimo. Lastri menangis di hadapannya. Aku pun sedih bercampur cemburu melihatnya. Namun aku harus menyembunyikan itu. Aku tak mau Lastri bertambah sedih karenaku.
“Katakan padaku, kalau semua yang dibilang Indah itu bener semua,” pinta Mas Bimo pada apa yang tak bisa dilihatnya.
Seketika Lastri meraih sebuah spidol di meja kerja Mas Bimo. Dia pun langsung menulis di dinding kamar itu. Mas Bimo shock saat melihat spidol itu terbang di matanya. Mas Bimo menjauh darinya. Lalu Lastri langsung menuliskan sesuatu di dinding kamarnya.
Tubuhku selama ini dikuasai Nayara, Mas. Aku tidak tahu apa-apa soal perselingkuhan itu. Aku mencintai Mas Bimo. Tolong temui aku di rumah sakit Karawang. Ada keluargaku yang menungguku di sana.
Mas Bimo tampak terbelal
Lastri mengangguk. Mas Bimo diam saja. Dia pasti juga bingung harus bagaimana. Lastri menoleh pada Mas Bimo.“Apa Mas mau memaafkan aku?” tanya Lastri padanya.Mas Bimo tampak terdiam. Lastri tampak bingung melihat Mas Bimo diam begitu.“Mas Bimo harus kembali pada Lastri, bagaimana pun dia tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa,” pintaku pada Mas Bimo.Akhirnya Mas Bimo menatap wajah Lastri yang sendu itu. “Mas nggak tau sekarang harus gimana. Mas udah terlanjur mencintai Indah, tapi Mas juga masih sayang sama kamu, Lastri.” Ucap Mas Bimo.Lastri menangis.“Aku akan menerima semua keputusan Mas,” jawab Lastri.Aku menoleh pada Mas Bimo dengan marah karena dia berucap seperti itu pada Lastri.“Maaf, Mas Bimo. Apapun yang terjadi, aku nggak akan kembali sama kamu, Mas. Aku tak mau berada diantara kalian dan aku nggak mau nyakitin perasaan Lastri. Lupakan aku, Mas. Kembalilah pada Lastri,” ucapku kemudian aku langsung berlari dari
Aku tak menjawab pertanyaan mamah itu. Aku malah langsung memeluknya dengan rindu. Papah dan mamah tampak heran melihatku. Akhirnya kuajak mereka duduk di ruang keluarga. Kuceritakan semuanya pada mereka soal pertukaran jiwa itu. Papah dan mamah tampak terkejut mendengarnya. Papah tampak merasa bersalah sudah tidak mempercayaiku selama ini. Papah menangis.“Maafkan papah, nak. Papah bener-bener nggak yakin waktu itu. Pantas saja kamu berubah...” isak papah.“Mamah juga nggak tau mau percaya atau tidak waktu itu. Kalau memang benar begitu, syukurlah kamu sudah kembali ke tubuhmu,” ucap mamah.Aku mengangguk lalu menatap wajah papah dan mamah dengan mantap.“Aku harus membatalkan pernikahanku dengan Mas Bimo,” ucapku pada mereka.Papah dan mamah tampak terkejut mendengarnya.“Kenapa?” tanya papah.Aku pun ceritakan semuanya soal Lastri dan Mas Bimo. Soal bagaimana aku mengenal Mas Bimo. Papah dan Mamah juga terkejut mendengarnya. Mereka
“Jangan takut,” ucapnya padaku.Bagaimana aku tidak takut kalau melihat arwah yang selama tak pernah kulihat. Lelaki itu adalah arwah kedua yang kulihat setelah Lastri. Aku diam saja, masih merinding di atas kasurku.“Aku mau minta tolong,” ucapnya.“Kamu mau minta tolong apa?” tanyaku.“Aku tahu, dukun sakti itu kan yang membuatmu begini? Hingga sekarang efek dari pertukaran jiwa yang sering kamu alami itu telah membuatmu bisa melihat kami,” ucapnya, “untuk itulah, aku ingin kau membantuku untuk menghabisi dukun sakti itu. Dialah yang membuatku bergentayangan seperti ini.”Aku terbelalak mendengarnya.“Bergentayangan? Maksudmu, kau sebenarnya masih hidup?” tanyaku penasaran.Lelaki itu mengangguk.“Di mana tubuhmu sekarang?” tanyaku.“Aku nggak tau. Sekarang aku berkeliaran tanpa tubuh,” ucapnya.Akhirnya aku memberanikan diri untuk mendongakkan wajahku kepadanya. “Kalau kamu memintaku untuk membunuh dukun sakti
Dan di petang itu. Aku mengemudikan mobilku menembus jalanan Jakarta yang begitu padat. Tujuanku adalah rumah Rangga. Aku ingin tahu kabarnya sekarang. Aku belum sempat bertemu dengannya lagi setelah jiwaku kembali ke tubuhku sendiri.Kulihat langit tampak mendung. Arwah Aksana duduk di bangku belakang. Entah sampai kapan dia akan selalu berada di dekatku. Aku tak tahu. Kedepannya aku harus membiasakan diri dengan kehadirannya. Dan saat Mas Bimo pergi dari rumah tadi, aku sudah banyak mengobrol dengan Aksana. Ternyata dia adalah anak seorang pejabat di Palembang. Dia mendadak menghilang dan arwahnya mendadak berada di sebuah apartemen di Jakarta. Awalnya arwahnya itu tak bisa pergi kemana-mana, namun tiba-tiba arwahnya tertarik ke tubuhku. Lalu hingga kini dia tak bisa pergi lagi dariku.Aku pun tiba di depan rumah Rangga. Saat bell kupencet, Rangga keluar dengan rambut acak-acakan. Dia masih mengenakan kaos oblong dan celana kolor. Kuminta Aksana bersembunyi sebisanya
Aku pun menoleh padanya,”Sebenarnya aku pun sama,” ucapku yang akhirnya jujur padanya.Rangga tampak senang mendengarnya,”Kau mencintaiku?” tanyanya memastikan.Aku mengangguk. Lalu tak berapa lama bibir titipnya itu kembali menyentuh bibirku. Kami pun melakukannya sekali lagi. Mendadak aku teringat Aksana. Lalu kudorong lagi tubuh Rangga.“Berhenti dulu,” pintaku.Rangga heran. Kuedarkan pandanganku ke sekitar kamar. Aku lega saat Aksana tak terlihat di dalam kamar itu.“Kenapa?” tanya Rangga.Aku diam. Aku belum mau menceritakan kehadiran Aksana padanya. Lalu tak berapa lama kemudian terdengar suara orang mengetuk pintu.“Rangga! Nayara!”Aku dan Rangga terkejut mendengar suara itu.“Itu suara Ibu Nayara!” teriakku.Lalu aku dan Rangga panik. Kami segera memakai pakaian. Dan sekarang aku bingung apa yang harus aku lakukan. Bagaimana jika kedua orang tua Nayara tahu keberadaanku di sini? Mendengar itu sem
Aku hanya mengangguk. Jujur aku ingin segera keluar dari rumah itu. Aku takut dengan apa yang bilang arwah Aksana tentangnya. Bagaimana kalau aku dibunuhnya? Akhirnya aku melangkah, tapi saat langkah kakiku baru beberapa langkah, Rangga menarik tanganku lalu tubuhku kini berada di pelukannya. Aku deg-degan bercampur takut.“Rangga, pleas,” pintaku.Lalu dengan beringas Rangga kembali menyentuhkan bibirnya ke bibirku. Sekarang aku tak bisa lagi menikmati itu. Bagaimana mau menikmatinya jika perasaanku bercampur antara cinta kepadanya dengan ketakutan akan ucapan arwah Aksana padanya. Akhirnya kudorong tubuh Rangga dengan paksa.“Maaf, Rangga,” ucapku lalu segera pergi dari kamarnya.Aku langsung keluar dan naik ke dalam mobil lalu segera pergi dari rumah itu. Saat sedang menyetir kulihat arwah Aksana duduk di sebelahku. Dia menatapku dengan bingung.“Sebaiknya jangan ke rumah itu lagi,” pinta Aksana.Aku menoleh sesaat padanya,”Aku nggak tahu
Aku terkejut mendengarnya. Kalau begitu aku tidak bisa lagi kembali ke tubuh asliku. Tidak, aku masih punya orang pintar yang menolong aku pindah ke tubuh asliku yang dikenalkan oleh Nenek. Dia pasti bisa mengembalikan aku ke tubuh asliku lagi. Pikirku yang mulai tenang.Ilyas menoleh padaku. “Padalah aku udah ngebunuh orang yang ngebuat kamu balik lagi ke tubuh aslimu. Tapi kenapa saat semuanya hampir berhasil si kakek tua itu malah manti?” ucap Ilyas.Siapa yang udah dibunuh Ilyas? Tidak, berarti dia sudah membunuh orang yang membuat aku kembali ke tubuhku dulu. Sekarang kalau memang itu benar, gimana aku bisa kembali lagi ke tubuh aku?Disepanjang jalan bersama Ilyas aku gelisah. Banyak hal yang aku pikirkan. Aku juga tidak tahu si Ilyas akan membawaku kemana. Tapi sesaat kemudian kulihat Nayara ada di belakang. Dia melotot padaku dengan marah. Aku terkejut melihatnya. Tapi setelah kuamati baik-baik, dia sekarang berbentuk arwah.“Kembalikan tubuh gua!
“Jangan pura-pura nggak liat gue! Gue tahu lo bisa ngeliat gue!” ucap arwah Nayara sambil melotot kepadaku.Aku berpura-pura tidak melihatnya. Kuteruskan langkah kakiku lalu kutembus arwahnya itu. Saat aku berada di depan pintu utama, Nayara kembali muncul di hadapanku.“Dengerin gue, Indah. Tubuh yang lo pake itu tubuh gue. Gue nggak mau lo semena-mena gunainnya!”Akhirnya dengan keberanian, aku menatap wajahnya.“Kamu nggak bisa apa-apa sekarang, aku harus pergi dari sini, minggir,” ucapku.Nayara malah tertawa.“Lo nggak bisa pergi dari sini. Di sekitar rumah ini banyak anak buah Ilyas yang ngejaga tempat ini. Dan sebentar lagi, si Rangga yang lo cintai itu bakal sampe ke sini,” ucap Nayara.“Bagus kalo dia sampe ke sini, itu artinya aku bisa kabur sama dia,” ucapku.Nayara malah tertawa kencang.“Dia ke sini bukan mau nyelamatin elo. Dia mau ngebunuh Ilyas dan gue. Asal lo tahu, si Rangga itu psikopat. Keluarganya ma