Home / Horor / Jiwaku di Tubuh Istrinya / Bab 56 : Aku Masih Mencintaimu, Mas

Share

Bab 56 : Aku Masih Mencintaimu, Mas

Author: Hakayi
last update Last Updated: 2021-10-17 01:09:28

Seketika arwah Lastri berhenti menggerakkan lemari itu. Arwah Lastri mendekat ke tubuh Mas Bimo. Tangannya mencoba menyentuh wajah Mas Bimo. Lastri menangis di hadapannya. Aku pun sedih bercampur cemburu melihatnya. Namun aku harus menyembunyikan itu. Aku tak mau Lastri bertambah sedih karenaku.

“Katakan padaku, kalau semua yang dibilang Indah itu bener semua,” pinta Mas Bimo pada apa yang tak bisa dilihatnya.

Seketika Lastri meraih sebuah spidol di meja kerja Mas Bimo. Dia pun langsung menulis di dinding kamar itu. Mas Bimo shock saat melihat spidol itu terbang di matanya. Mas Bimo menjauh darinya. Lalu Lastri langsung menuliskan sesuatu di dinding kamarnya.

Tubuhku selama ini dikuasai Nayara, Mas. Aku tidak tahu apa-apa soal perselingkuhan itu. Aku mencintai Mas Bimo. Tolong temui aku di rumah sakit Karawang. Ada keluargaku yang menungguku di sana.

Mas Bimo tampak terbelal

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ar_key
ya ampun jadi nyesek bacanya sabar indah .........
goodnovel comment avatar
Mira Restia
indah baik bgt ya sedih jadinya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 57 : Air Mata

    Lastri mengangguk. Mas Bimo diam saja. Dia pasti juga bingung harus bagaimana. Lastri menoleh pada Mas Bimo.“Apa Mas mau memaafkan aku?” tanya Lastri padanya.Mas Bimo tampak terdiam. Lastri tampak bingung melihat Mas Bimo diam begitu.“Mas Bimo harus kembali pada Lastri, bagaimana pun dia tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa,” pintaku pada Mas Bimo.Akhirnya Mas Bimo menatap wajah Lastri yang sendu itu. “Mas nggak tau sekarang harus gimana. Mas udah terlanjur mencintai Indah, tapi Mas juga masih sayang sama kamu, Lastri.” Ucap Mas Bimo.Lastri menangis.“Aku akan menerima semua keputusan Mas,” jawab Lastri.Aku menoleh pada Mas Bimo dengan marah karena dia berucap seperti itu pada Lastri.“Maaf, Mas Bimo. Apapun yang terjadi, aku nggak akan kembali sama kamu, Mas. Aku tak mau berada diantara kalian dan aku nggak mau nyakitin perasaan Lastri. Lupakan aku, Mas. Kembalilah pada Lastri,” ucapku kemudian aku langsung berlari dari

    Last Updated : 2021-10-17
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 58 : Jangan Menikah Dengannya

    Aku tak menjawab pertanyaan mamah itu. Aku malah langsung memeluknya dengan rindu. Papah dan mamah tampak heran melihatku. Akhirnya kuajak mereka duduk di ruang keluarga. Kuceritakan semuanya pada mereka soal pertukaran jiwa itu. Papah dan mamah tampak terkejut mendengarnya. Papah tampak merasa bersalah sudah tidak mempercayaiku selama ini. Papah menangis.“Maafkan papah, nak. Papah bener-bener nggak yakin waktu itu. Pantas saja kamu berubah...” isak papah.“Mamah juga nggak tau mau percaya atau tidak waktu itu. Kalau memang benar begitu, syukurlah kamu sudah kembali ke tubuhmu,” ucap mamah.Aku mengangguk lalu menatap wajah papah dan mamah dengan mantap.“Aku harus membatalkan pernikahanku dengan Mas Bimo,” ucapku pada mereka.Papah dan mamah tampak terkejut mendengarnya.“Kenapa?” tanya papah.Aku pun ceritakan semuanya soal Lastri dan Mas Bimo. Soal bagaimana aku mengenal Mas Bimo. Papah dan Mamah juga terkejut mendengarnya. Mereka

    Last Updated : 2021-10-18
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 59 : Arwah yang Mengikutiku

    “Jangan takut,” ucapnya padaku.Bagaimana aku tidak takut kalau melihat arwah yang selama tak pernah kulihat. Lelaki itu adalah arwah kedua yang kulihat setelah Lastri. Aku diam saja, masih merinding di atas kasurku.“Aku mau minta tolong,” ucapnya.“Kamu mau minta tolong apa?” tanyaku.“Aku tahu, dukun sakti itu kan yang membuatmu begini? Hingga sekarang efek dari pertukaran jiwa yang sering kamu alami itu telah membuatmu bisa melihat kami,” ucapnya, “untuk itulah, aku ingin kau membantuku untuk menghabisi dukun sakti itu. Dialah yang membuatku bergentayangan seperti ini.”Aku terbelalak mendengarnya.“Bergentayangan? Maksudmu, kau sebenarnya masih hidup?” tanyaku penasaran.Lelaki itu mengangguk.“Di mana tubuhmu sekarang?” tanyaku.“Aku nggak tau. Sekarang aku berkeliaran tanpa tubuh,” ucapnya.Akhirnya aku memberanikan diri untuk mendongakkan wajahku kepadanya. “Kalau kamu memintaku untuk membunuh dukun sakti

    Last Updated : 2021-10-18
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 60 : Dia Menyayangiku

    Dan di petang itu. Aku mengemudikan mobilku menembus jalanan Jakarta yang begitu padat. Tujuanku adalah rumah Rangga. Aku ingin tahu kabarnya sekarang. Aku belum sempat bertemu dengannya lagi setelah jiwaku kembali ke tubuhku sendiri.Kulihat langit tampak mendung. Arwah Aksana duduk di bangku belakang. Entah sampai kapan dia akan selalu berada di dekatku. Aku tak tahu. Kedepannya aku harus membiasakan diri dengan kehadirannya. Dan saat Mas Bimo pergi dari rumah tadi, aku sudah banyak mengobrol dengan Aksana. Ternyata dia adalah anak seorang pejabat di Palembang. Dia mendadak menghilang dan arwahnya mendadak berada di sebuah apartemen di Jakarta. Awalnya arwahnya itu tak bisa pergi kemana-mana, namun tiba-tiba arwahnya tertarik ke tubuhku. Lalu hingga kini dia tak bisa pergi lagi dariku.Aku pun tiba di depan rumah Rangga. Saat bell kupencet, Rangga keluar dengan rambut acak-acakan. Dia masih mengenakan kaos oblong dan celana kolor. Kuminta Aksana bersembunyi sebisanya

    Last Updated : 2021-10-18
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 61 : Dia Psikopat?

    Aku pun menoleh padanya,”Sebenarnya aku pun sama,” ucapku yang akhirnya jujur padanya.Rangga tampak senang mendengarnya,”Kau mencintaiku?” tanyanya memastikan.Aku mengangguk. Lalu tak berapa lama bibir titipnya itu kembali menyentuh bibirku. Kami pun melakukannya sekali lagi. Mendadak aku teringat Aksana. Lalu kudorong lagi tubuh Rangga.“Berhenti dulu,” pintaku.Rangga heran. Kuedarkan pandanganku ke sekitar kamar. Aku lega saat Aksana tak terlihat di dalam kamar itu.“Kenapa?” tanya Rangga.Aku diam. Aku belum mau menceritakan kehadiran Aksana padanya. Lalu tak berapa lama kemudian terdengar suara orang mengetuk pintu.“Rangga! Nayara!”Aku dan Rangga terkejut mendengar suara itu.“Itu suara Ibu Nayara!” teriakku.Lalu aku dan Rangga panik. Kami segera memakai pakaian. Dan sekarang aku bingung apa yang harus aku lakukan. Bagaimana jika kedua orang tua Nayara tahu keberadaanku di sini? Mendengar itu sem

    Last Updated : 2021-10-18
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 62 : Kematian Sang Dukun

    Aku hanya mengangguk. Jujur aku ingin segera keluar dari rumah itu. Aku takut dengan apa yang bilang arwah Aksana tentangnya. Bagaimana kalau aku dibunuhnya? Akhirnya aku melangkah, tapi saat langkah kakiku baru beberapa langkah, Rangga menarik tanganku lalu tubuhku kini berada di pelukannya. Aku deg-degan bercampur takut.“Rangga, pleas,” pintaku.Lalu dengan beringas Rangga kembali menyentuhkan bibirnya ke bibirku. Sekarang aku tak bisa lagi menikmati itu. Bagaimana mau menikmatinya jika perasaanku bercampur antara cinta kepadanya dengan ketakutan akan ucapan arwah Aksana padanya. Akhirnya kudorong tubuh Rangga dengan paksa.“Maaf, Rangga,” ucapku lalu segera pergi dari kamarnya.Aku langsung keluar dan naik ke dalam mobil lalu segera pergi dari rumah itu. Saat sedang menyetir kulihat arwah Aksana duduk di sebelahku. Dia menatapku dengan bingung.“Sebaiknya jangan ke rumah itu lagi,” pinta Aksana.Aku menoleh sesaat padanya,”Aku nggak tahu

    Last Updated : 2021-10-18
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 63 : Jeritan Sang Arwah

    Aku terkejut mendengarnya. Kalau begitu aku tidak bisa lagi kembali ke tubuh asliku. Tidak, aku masih punya orang pintar yang menolong aku pindah ke tubuh asliku yang dikenalkan oleh Nenek. Dia pasti bisa mengembalikan aku ke tubuh asliku lagi. Pikirku yang mulai tenang.Ilyas menoleh padaku. “Padalah aku udah ngebunuh orang yang ngebuat kamu balik lagi ke tubuh aslimu. Tapi kenapa saat semuanya hampir berhasil si kakek tua itu malah manti?” ucap Ilyas.Siapa yang udah dibunuh Ilyas? Tidak, berarti dia sudah membunuh orang yang membuat aku kembali ke tubuhku dulu. Sekarang kalau memang itu benar, gimana aku bisa kembali lagi ke tubuh aku?Disepanjang jalan bersama Ilyas aku gelisah. Banyak hal yang aku pikirkan. Aku juga tidak tahu si Ilyas akan membawaku kemana. Tapi sesaat kemudian kulihat Nayara ada di belakang. Dia melotot padaku dengan marah. Aku terkejut melihatnya. Tapi setelah kuamati baik-baik, dia sekarang berbentuk arwah.“Kembalikan tubuh gua!

    Last Updated : 2021-10-18
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 64 : Sebuah Ancaman

    “Jangan pura-pura nggak liat gue! Gue tahu lo bisa ngeliat gue!” ucap arwah Nayara sambil melotot kepadaku.Aku berpura-pura tidak melihatnya. Kuteruskan langkah kakiku lalu kutembus arwahnya itu. Saat aku berada di depan pintu utama, Nayara kembali muncul di hadapanku.“Dengerin gue, Indah. Tubuh yang lo pake itu tubuh gue. Gue nggak mau lo semena-mena gunainnya!”Akhirnya dengan keberanian, aku menatap wajahnya.“Kamu nggak bisa apa-apa sekarang, aku harus pergi dari sini, minggir,” ucapku.Nayara malah tertawa.“Lo nggak bisa pergi dari sini. Di sekitar rumah ini banyak anak buah Ilyas yang ngejaga tempat ini. Dan sebentar lagi, si Rangga yang lo cintai itu bakal sampe ke sini,” ucap Nayara.“Bagus kalo dia sampe ke sini, itu artinya aku bisa kabur sama dia,” ucapku.Nayara malah tertawa kencang.“Dia ke sini bukan mau nyelamatin elo. Dia mau ngebunuh Ilyas dan gue. Asal lo tahu, si Rangga itu psikopat. Keluarganya ma

    Last Updated : 2021-10-19

Latest chapter

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Ending : Cinta Kembali Bersemi

    “Apa harus aku lakukan ketika menghadapnya?” tanyaku. “Kau akan mendapatkan kekuatan yang luar bisa. Kau akan mengurus mereka-mereka yang menjadi pengikut setia Tuan Raja di alammu. Kau akan menjadi dukun yang sangat sakti,” ucapnya. “Apa yang harus aku lakukan jika aku menjadi dukun sakti?” tanyaku penasaran. “Nanti kau akan tahu sendiri jika sudah menghadap Tuan Raja,” ucapnya. Lalu kuda yang membawa kereta kencana yang kunaiki perlahan mendekati sebuah gerbang istana. Di sana kulihat banyak pengawal seram yang menjaga gerbang itu. Pengawal itu langsung membuka gerbang istana untuk kami. Kami pun masuk ke dalam gerbang itu. Kulihat istananya begitu megah terbuat dari batu. Aku seperti melihat banyak candi di sana. Peri-peri kulihat beterbangan di atasnya. Tak lama kemudian kuda itu berhenti. “Turunlah dan masuklah ke dalam istana itu,” pinta perempuan yang sangat meny

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 112 : Tak ada Pilihan Lain

    Saat Mobil itu melaju kencang di jalanan. Kulihat Mas Bimo menangis. Aku ikut menangis melihatnya.“Terima kasih, Mas. Terima kasih kamu masih setia sama aku,” ucapku.Sekarang aku benar-benar yakin kalau Mas Bimo memang sangat mencintaiku. Lelaki mana yang masih setia pada istrinya yang sudah gila dan akan menunggunya sampai sembuh, meski tak ada yang tahu apakah istrinya itu benar-benar bisa sembuh atau tidak?Mobil yang kami naiki tiba-tiba berhenti di depan rumahku. Aku heran kenapa Mas Bimo ke sini. Aku pun turun bersama Mas Bimo lalu masuk ke dalam rumah. Papah dan Mamahku menyambut Mas Bimo dengan hangat. Aku kembali menangis melihat mereka. Mereka pasti sangat sedih melihatku kini sudah gila.“Apapun yang terjadi, aku akan tetap cinta sama Indah, Mah, Pah,” ucap Mas Bimo pada mereka.Mamah dan Papah menangis mendengarnya.&ldqu

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 111 : Arwah Perempuan Berdaster

    Tak lama kemudian, tubuhku keluar bersama tiga perawat itu dari dalam ruangan itu. Dia tampak diam dengan tatap kosong. Dia juga tidak bisa melihat kehadiranku. Lalu tubuhku dibawa kembali oleh mereka ke ruangan tempat tubuhku tadi. Ketika kami sudah sampai di sana, kulihat Mas Bimo datang membawa makanan, mendekati tubuhku yang tersenyum-senyum sendiri.“Itu siapa?” tanya arwah perempuan itu padaku.“Itu suamiku,” jawabku.Arwah perempuan itu tampak heran.“Suamimu tampan!” pujinya.Mas Bimo duduk di dekat tubuhku.“Sayang, ini aku bawain kamu makanan. Kamu makan ya?” pinta Mas Bimo pada tubuhku.Aku menangis haru melihat itu. Rupanya Mas Bimo masih sayang padaku meski tubuhku sekarang sudah sudah gila.Tubuhku melihat ke arah Mas Bimo dengan marah.

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 110 : Suara Teriakan Itu

    Bus yang aku naiki tiba di sebuah halte dekat apartemenku. Aku turun dari sana. Tak ada satupun manusia yang bisa melihatku. Aku pun memasuki lobby apartemen dan berdiri di depan lift, menunggu mereka yang naik ke lantai yang sama dengan apartemenku. Saat ada dua sepasang kekasih memencet lantai yang sama dengan apartemenku, aku buru-buru masuk ke dalam. Dua sepasang kekasih itu saling melihat.“Kok aku merinding ya, yang?” tanya perempuan itu pada lelakinya.“Aku juga sama, kayaknya emang angker apartemen ini,” jawabnya.Aku diam saja. Aku tak peduli obrolan mereka. Saat pintu lift itu terbuka. Aku ikut keluar dan segera menembus pintu apartemenku. Aku mencari-cari Mas Bimo di dalam sana. Di dua kamar yang aku masuki aku tak menemukan Mas Bimo. Tiba-tiba aku mendengar kucuran air di dalam kamar mandi. Aku masuk ke dalam sana. Aku menangis saat mendapati Mas Bimo sedang telanjang menyandar di dind

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 109 : Rumah Sakit Jiwa

    Aku mengangguk. Ya, aku tak tahu sudah berapa lama aku di sana. Setipa kali pintu sering terbuka dan dua lelaki seram datang menyuruh kami kerja paksa untuk membangun istana mereka. Entah sudah berapa bulan lamanya hingga tubuhku sangat kurus dan rambutku terlihat acak-acakan. Tapi suatu hari, keajaiban datang. Kudengar di luar sana seperti terjadi peperangan. Lelaki itu berdiri dengan senang.“Mereka sudah datang!” ucapnya.Aku pun berdiri. Kami menempelkan telinga ke arah pintu gua yang tertutup. Sekarang terdengar jelas suara pedang yang beradu dan suara teriakan kesakitan. Tak lama kemudian, pintu gua terbuka. Benar saja, makhluk berjubah putih yang bercahaya terang itu masuk ke dalam gua dan menyuruh kami keluar dari sana. Aku dan lelaki itu pun keluar. Di depan gua, kulihat banyak sekali makhluk-makhluk yang menyeramkan terkapar di atas tanah dengan bersimbah darah. Burung-burung besar dan bersayap itu berdatangan. Mereka m

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 108 : Bangsa yang Suka Berperang

    Aku pun terpaksa bersimpuh di hadapannya.“Tolong aku! Aku janji akan membantumu asal kembalikan aku ke tubuhku!” pintaku lagi.Makhluk seram itu tidak menggubrisku. Dia melihat ke dua lelaki seram yang berdiri di belakangku.“Kurung dia sekarang juga!” pintanya pada mereka.Akupun di tarik oleh dua lelaki yang menyeramkan itu.“Tolong! Aku janji akan menuruti kemauanmu! Aku janji tak akan berniat lagi untuk mengeluarkan ilmuku! Jangan kurung aku!” isakku.Makhluk menyeramkan dan memiliki dua tanduk itu tak menggubris permohanku. Dua lelaki itu terus saja menyeretku, lalu aku dimasukkan ke dalam gua yang sempit dan berpintu.“Keluarkan aku! Aku mau kembali ke tubuhku! Jangan kurung aku!” teriakku sambil terisak. Aku pun teruduk menyandar di dinding gua. Aku tak menyangka kalau akhirnya nasib

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 107 : Kembali ke Sana

    Kami pun tiba di rumah sakit. Mas bimo menggotong bibi Sarinah. Beberapa perawat langsung mengurus bibi Sarinah dan membawanya ke ruang ICU. Aku dan Mas Bimo duduk menunggu di depan ruang ICU. Mas Bimo menoleh padaku lalu memegangi tanganku.“Sabar, ya. Mas yakin bibi nggak akan kenapa-napa,” ucap Mas Bimo menenangkanku.Aku mengangguk. Mas Bimo memelukku.“Kamu tenang, aku yakin pasti ada jalannya untuk mengeluarkan ilmu di dalam tubuhmu,” ucap Mas Bimo.“Iya, Mas,” jawabku mencoba untuk tenang.Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruang ICU. Aku dan Mas Bimo langsung menghampiri dokter itu.“Gimana keadaan bibi Sarinah, dok?” tanyaku sedikit khawatir.Dokter itu tersenyum padaku.“Dia sudah sadar, sekarang kalian sudah boleh kalau mau menjenguknya,” jawab

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 106 : Tak Ada yang Bisa Melakukannya

    “Nggak apa-apa, biar aku aja,” ucapku lalu berjalan ke arah dapur. Bibi Sarinah mengikutiku.Saat aku sudah memasukkan makanan itu ke dalam kulkas, aku menoleh pada bibi Sarinah yang berdiri di dekatku.“Bi,” panggilku.Bibi Sarinah menatapku dengan heran.“Kenapa?” tanyanya.“Aku minta maaf,” ucapku.Bibi Sarinah semakin heran.“Minta maaf kenapa?”“Ternyata ucapan bibi bener,”“Ucapan yang mana?”Aku menangis. Bibi Sarinah semakin penasaran padaku.“Ada apa, Non. Cerita ke bibi,” pintanya.“Kakek yang aku temuin itu ternyata iblis,” ucapku.Bibi Sarinah tercengang mendengarnya.“A

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 105 : Kedatangan Bibi Sarinah

    “Kenapa?” tanyanya.Tiba-tiba kudengar suara arwah pengantin perempuan itu.“Jangan khawatir! Aku tak akan melihat kalian bermesraan. Itu malah akan membuatku sial jika melihatnya,” ucap arwah pengantin perempuan itu. Entah sekarang dia berada di mana. Aku lega mendengarnya. Akhirnya kutarik tangan Mas Bimo ke dalam kamar.Sesampainya kami di dalam kamar. Mas Bimo hendak menciumku. Aku menghindar.“Nanti aja, Mas,” ucapku.Mas Bimo heran, “Kenapa?”“Aku harus menemui kakek lagi. Aku harus mengakhiri semua ini,” ucapku.“Yaudah,” ucap Mas Bimo sedikit kecewa.Akhirnya aku duduk di atas kasur. Seperti biasa aku meminta Mas Bimo menjagaku. Akupun memejamkan mata. Akhirnya aku kembali berada di pinggir sungai itu. Sekarang aku lega sudah melihat kakek

DMCA.com Protection Status