Dan di petang itu. Aku mengemudikan mobilku menembus jalanan Jakarta yang begitu padat. Tujuanku adalah rumah Rangga. Aku ingin tahu kabarnya sekarang. Aku belum sempat bertemu dengannya lagi setelah jiwaku kembali ke tubuhku sendiri.
Kulihat langit tampak mendung. Arwah Aksana duduk di bangku belakang. Entah sampai kapan dia akan selalu berada di dekatku. Aku tak tahu. Kedepannya aku harus membiasakan diri dengan kehadirannya. Dan saat Mas Bimo pergi dari rumah tadi, aku sudah banyak mengobrol dengan Aksana. Ternyata dia adalah anak seorang pejabat di Palembang. Dia mendadak menghilang dan arwahnya mendadak berada di sebuah apartemen di Jakarta. Awalnya arwahnya itu tak bisa pergi kemana-mana, namun tiba-tiba arwahnya tertarik ke tubuhku. Lalu hingga kini dia tak bisa pergi lagi dariku.Aku pun tiba di depan rumah Rangga. Saat bell kupencet, Rangga keluar dengan rambut acak-acakan. Dia masih mengenakan kaos oblong dan celana kolor. Kuminta Aksana bersembunyi sebisanyaAku pun menoleh padanya,”Sebenarnya aku pun sama,” ucapku yang akhirnya jujur padanya.Rangga tampak senang mendengarnya,”Kau mencintaiku?” tanyanya memastikan.Aku mengangguk. Lalu tak berapa lama bibir titipnya itu kembali menyentuh bibirku. Kami pun melakukannya sekali lagi. Mendadak aku teringat Aksana. Lalu kudorong lagi tubuh Rangga.“Berhenti dulu,” pintaku.Rangga heran. Kuedarkan pandanganku ke sekitar kamar. Aku lega saat Aksana tak terlihat di dalam kamar itu.“Kenapa?” tanya Rangga.Aku diam. Aku belum mau menceritakan kehadiran Aksana padanya. Lalu tak berapa lama kemudian terdengar suara orang mengetuk pintu.“Rangga! Nayara!”Aku dan Rangga terkejut mendengar suara itu.“Itu suara Ibu Nayara!” teriakku.Lalu aku dan Rangga panik. Kami segera memakai pakaian. Dan sekarang aku bingung apa yang harus aku lakukan. Bagaimana jika kedua orang tua Nayara tahu keberadaanku di sini? Mendengar itu sem
Aku hanya mengangguk. Jujur aku ingin segera keluar dari rumah itu. Aku takut dengan apa yang bilang arwah Aksana tentangnya. Bagaimana kalau aku dibunuhnya? Akhirnya aku melangkah, tapi saat langkah kakiku baru beberapa langkah, Rangga menarik tanganku lalu tubuhku kini berada di pelukannya. Aku deg-degan bercampur takut.“Rangga, pleas,” pintaku.Lalu dengan beringas Rangga kembali menyentuhkan bibirnya ke bibirku. Sekarang aku tak bisa lagi menikmati itu. Bagaimana mau menikmatinya jika perasaanku bercampur antara cinta kepadanya dengan ketakutan akan ucapan arwah Aksana padanya. Akhirnya kudorong tubuh Rangga dengan paksa.“Maaf, Rangga,” ucapku lalu segera pergi dari kamarnya.Aku langsung keluar dan naik ke dalam mobil lalu segera pergi dari rumah itu. Saat sedang menyetir kulihat arwah Aksana duduk di sebelahku. Dia menatapku dengan bingung.“Sebaiknya jangan ke rumah itu lagi,” pinta Aksana.Aku menoleh sesaat padanya,”Aku nggak tahu
Aku terkejut mendengarnya. Kalau begitu aku tidak bisa lagi kembali ke tubuh asliku. Tidak, aku masih punya orang pintar yang menolong aku pindah ke tubuh asliku yang dikenalkan oleh Nenek. Dia pasti bisa mengembalikan aku ke tubuh asliku lagi. Pikirku yang mulai tenang.Ilyas menoleh padaku. “Padalah aku udah ngebunuh orang yang ngebuat kamu balik lagi ke tubuh aslimu. Tapi kenapa saat semuanya hampir berhasil si kakek tua itu malah manti?” ucap Ilyas.Siapa yang udah dibunuh Ilyas? Tidak, berarti dia sudah membunuh orang yang membuat aku kembali ke tubuhku dulu. Sekarang kalau memang itu benar, gimana aku bisa kembali lagi ke tubuh aku?Disepanjang jalan bersama Ilyas aku gelisah. Banyak hal yang aku pikirkan. Aku juga tidak tahu si Ilyas akan membawaku kemana. Tapi sesaat kemudian kulihat Nayara ada di belakang. Dia melotot padaku dengan marah. Aku terkejut melihatnya. Tapi setelah kuamati baik-baik, dia sekarang berbentuk arwah.“Kembalikan tubuh gua!
“Jangan pura-pura nggak liat gue! Gue tahu lo bisa ngeliat gue!” ucap arwah Nayara sambil melotot kepadaku.Aku berpura-pura tidak melihatnya. Kuteruskan langkah kakiku lalu kutembus arwahnya itu. Saat aku berada di depan pintu utama, Nayara kembali muncul di hadapanku.“Dengerin gue, Indah. Tubuh yang lo pake itu tubuh gue. Gue nggak mau lo semena-mena gunainnya!”Akhirnya dengan keberanian, aku menatap wajahnya.“Kamu nggak bisa apa-apa sekarang, aku harus pergi dari sini, minggir,” ucapku.Nayara malah tertawa.“Lo nggak bisa pergi dari sini. Di sekitar rumah ini banyak anak buah Ilyas yang ngejaga tempat ini. Dan sebentar lagi, si Rangga yang lo cintai itu bakal sampe ke sini,” ucap Nayara.“Bagus kalo dia sampe ke sini, itu artinya aku bisa kabur sama dia,” ucapku.Nayara malah tertawa kencang.“Dia ke sini bukan mau nyelamatin elo. Dia mau ngebunuh Ilyas dan gue. Asal lo tahu, si Rangga itu psikopat. Keluarganya ma
“Hubungan lo sama Ilyas apa?” tanyaku penasaran.“Gue nggak ada hubugan apa-apa sama dia. Dia udah nganggap gue sebagai adik. Dia banyak ngebantu gue.” Ucap Nayara.“Tapi dia mau manfaatin kamu. Tadi aku denger dia teleponan sama Lastri, katanya dia manfaatin kamu biar ngambil kekayaan papah mamah aku dan dia juga manfaatin Lastri biar bisa ngerebut harta kekayaan orang tua Mas Bimo. Dia berencana akan balik sama Lastri, Nayara.” Ucapku.Nayara terbelalak mendengarnya.“Lo serius?”Aku mengangguk.“Sekarang, kalo ada Ilyas, jangan kasih tahu kalo lo lagi ngerasuki tubuh gue. Gue akan ikut lo dan perhatiin dia. Kalo memang dia sengaja manfaatin gue, gue nggak akan maafin dia. Jujur, gue emang pengen ngejar harta keyaan keluarga lo. Tapi gue nggak ada niat buat ngerebut. Gue Cuma pengen ngebuktiin sama kedua orang tua kandung gue kalo gue bisa, bisa tanpa mereka yang nggak pernah nganggap gue meski gue udah ngemis-ngemis di hadapan mereka mint
“Tadi aku ninggalin kamu karena mau ngambil batu ini di tempat dukun itu, karena batu inilah yang sering digunakan dukun itu buat menukar jiwa.”“Jadi batu itu yang dijadikan dukun itu buat nukerin jiwa orang-orang?” tanyaku tak percaya.“Iya, dan tujuannya tak lain buat kekayaan,” jawab Ilyas.”Bahkan yang lebih hebat lagi dari batu ini bukan hanya bisa menukar jiwa manusia dengan manusia lain, tapi bisa digunakan untuk ditukar jiwanya dengan jiwa setan.”Aku terbelalak mendengarnya.“Kalau jiwa manusia ditukar dengan jiwa setan, tujuannya untuk apa?” tanyaku yang semakin penasaran.“Untuk menguasai dunia,” jawab Ilyas.“Menguasai dunia gimana?”“Menjadi orang yang paling kaya di dunia,” jawab Ilyas.Aku terdiam. Aku baru ini mengetahui hal ini.“Maksudmu seperti freemensason gitu?” tanyaku lagi.“Aku nggak tau, tapi kata dukun itu, banyak artis terkenal di dunia yang sukses karena bekerjasama dengan setan. Salah satu
Akupun menanyakan apa yang minta arwah Nayara padaku ke Ilyas.“Itu juga, kamu tenang aja. Tapi yang paling penting adalah kita menyelamatkan anak-anak yang terlantar dan anak-anak yang butuh kasih sayang di panti asuhan. Kita harus membebaskan mereka dari penderitaan. Kita harus memakmurkan mereka, makanya kita harus kaya. Harus menjadi orang yang paling kaya di dunia,” ucap Ilyas.“Kenapa harus memanfaatkan orang tua Indah dan orang tua si Bimo?” tanyaku kemudian.Ilyas menatap wajahku dengan serius.“Untuk menjadi orang yang paling kaya di dunia harus mengambil batu-batu yang sudah diisi dengan khodam setan yang dimiliki mereka, dan bukan hanya mereka saja. Masih ada enam batu lagi yang dimiliki oleh orang-orang kaya di Indonesia yang harus diambil, salah satunya dimiliki oleh artis terkenal di Indonesia ini. Kalau sudah memiliki ketujuh batu yang berisi khodam setan penghasil kekayaan itu, maka aku bisa menggerakkan mereka untuk menjadikan aku orang y
Arwah Nayara menoleh padaku,”Iyain aja, Indah. Biar kamu bisa kembali ke tubuh kamu. Ilyas nggak punya keahlian melihat yang tak kasat mata kayak dukun itu. Siapa aja yang baca ajian itu bisa melakukannya kalo ada batu itu. Ilyas nggak akan tahu kalo kamu yang kembali ke tubuh kamu, nanti aku bakal pura-pura jadi kamu dan aku bakal gagalin rencana jahatnya itu. Aku pikir dia mau nolongin aku biar kedua orang tua kandung aku ngakuin aku anak mereka lagi, tapi nyatanya dia punya tujuan lain,” pinta Nayara padaku.Ada benarnya juga apa yang dibicarakan Nayara padaku. Akhirnya aku menatap Ilyas dengan serius.“Yaudah aku bersedia,” ucapku.Lalu setelah itu Ilyas memintaku pergi ke kamar. Di sana aku diminta olehnya untuk berbaring dan memejamkan mata. Lalu setelahnya kudengar Ilyas merapalkan doa. Tak lama kemuidan kepalaku sakit, sakit sekali. Lalu semuanya gelap dan sangat gelap.Lalu aku berdiri di ruangan rumah sakit. Di sana kulihat tubuhku sedang berbar
“Apa harus aku lakukan ketika menghadapnya?” tanyaku. “Kau akan mendapatkan kekuatan yang luar bisa. Kau akan mengurus mereka-mereka yang menjadi pengikut setia Tuan Raja di alammu. Kau akan menjadi dukun yang sangat sakti,” ucapnya. “Apa yang harus aku lakukan jika aku menjadi dukun sakti?” tanyaku penasaran. “Nanti kau akan tahu sendiri jika sudah menghadap Tuan Raja,” ucapnya. Lalu kuda yang membawa kereta kencana yang kunaiki perlahan mendekati sebuah gerbang istana. Di sana kulihat banyak pengawal seram yang menjaga gerbang itu. Pengawal itu langsung membuka gerbang istana untuk kami. Kami pun masuk ke dalam gerbang itu. Kulihat istananya begitu megah terbuat dari batu. Aku seperti melihat banyak candi di sana. Peri-peri kulihat beterbangan di atasnya. Tak lama kemudian kuda itu berhenti. “Turunlah dan masuklah ke dalam istana itu,” pinta perempuan yang sangat meny
Saat Mobil itu melaju kencang di jalanan. Kulihat Mas Bimo menangis. Aku ikut menangis melihatnya.“Terima kasih, Mas. Terima kasih kamu masih setia sama aku,” ucapku.Sekarang aku benar-benar yakin kalau Mas Bimo memang sangat mencintaiku. Lelaki mana yang masih setia pada istrinya yang sudah gila dan akan menunggunya sampai sembuh, meski tak ada yang tahu apakah istrinya itu benar-benar bisa sembuh atau tidak?Mobil yang kami naiki tiba-tiba berhenti di depan rumahku. Aku heran kenapa Mas Bimo ke sini. Aku pun turun bersama Mas Bimo lalu masuk ke dalam rumah. Papah dan Mamahku menyambut Mas Bimo dengan hangat. Aku kembali menangis melihat mereka. Mereka pasti sangat sedih melihatku kini sudah gila.“Apapun yang terjadi, aku akan tetap cinta sama Indah, Mah, Pah,” ucap Mas Bimo pada mereka.Mamah dan Papah menangis mendengarnya.&ldqu
Tak lama kemudian, tubuhku keluar bersama tiga perawat itu dari dalam ruangan itu. Dia tampak diam dengan tatap kosong. Dia juga tidak bisa melihat kehadiranku. Lalu tubuhku dibawa kembali oleh mereka ke ruangan tempat tubuhku tadi. Ketika kami sudah sampai di sana, kulihat Mas Bimo datang membawa makanan, mendekati tubuhku yang tersenyum-senyum sendiri.“Itu siapa?” tanya arwah perempuan itu padaku.“Itu suamiku,” jawabku.Arwah perempuan itu tampak heran.“Suamimu tampan!” pujinya.Mas Bimo duduk di dekat tubuhku.“Sayang, ini aku bawain kamu makanan. Kamu makan ya?” pinta Mas Bimo pada tubuhku.Aku menangis haru melihat itu. Rupanya Mas Bimo masih sayang padaku meski tubuhku sekarang sudah sudah gila.Tubuhku melihat ke arah Mas Bimo dengan marah.
Bus yang aku naiki tiba di sebuah halte dekat apartemenku. Aku turun dari sana. Tak ada satupun manusia yang bisa melihatku. Aku pun memasuki lobby apartemen dan berdiri di depan lift, menunggu mereka yang naik ke lantai yang sama dengan apartemenku. Saat ada dua sepasang kekasih memencet lantai yang sama dengan apartemenku, aku buru-buru masuk ke dalam. Dua sepasang kekasih itu saling melihat.“Kok aku merinding ya, yang?” tanya perempuan itu pada lelakinya.“Aku juga sama, kayaknya emang angker apartemen ini,” jawabnya.Aku diam saja. Aku tak peduli obrolan mereka. Saat pintu lift itu terbuka. Aku ikut keluar dan segera menembus pintu apartemenku. Aku mencari-cari Mas Bimo di dalam sana. Di dua kamar yang aku masuki aku tak menemukan Mas Bimo. Tiba-tiba aku mendengar kucuran air di dalam kamar mandi. Aku masuk ke dalam sana. Aku menangis saat mendapati Mas Bimo sedang telanjang menyandar di dind
Aku mengangguk. Ya, aku tak tahu sudah berapa lama aku di sana. Setipa kali pintu sering terbuka dan dua lelaki seram datang menyuruh kami kerja paksa untuk membangun istana mereka. Entah sudah berapa bulan lamanya hingga tubuhku sangat kurus dan rambutku terlihat acak-acakan. Tapi suatu hari, keajaiban datang. Kudengar di luar sana seperti terjadi peperangan. Lelaki itu berdiri dengan senang.“Mereka sudah datang!” ucapnya.Aku pun berdiri. Kami menempelkan telinga ke arah pintu gua yang tertutup. Sekarang terdengar jelas suara pedang yang beradu dan suara teriakan kesakitan. Tak lama kemudian, pintu gua terbuka. Benar saja, makhluk berjubah putih yang bercahaya terang itu masuk ke dalam gua dan menyuruh kami keluar dari sana. Aku dan lelaki itu pun keluar. Di depan gua, kulihat banyak sekali makhluk-makhluk yang menyeramkan terkapar di atas tanah dengan bersimbah darah. Burung-burung besar dan bersayap itu berdatangan. Mereka m
Aku pun terpaksa bersimpuh di hadapannya.“Tolong aku! Aku janji akan membantumu asal kembalikan aku ke tubuhku!” pintaku lagi.Makhluk seram itu tidak menggubrisku. Dia melihat ke dua lelaki seram yang berdiri di belakangku.“Kurung dia sekarang juga!” pintanya pada mereka.Akupun di tarik oleh dua lelaki yang menyeramkan itu.“Tolong! Aku janji akan menuruti kemauanmu! Aku janji tak akan berniat lagi untuk mengeluarkan ilmuku! Jangan kurung aku!” isakku.Makhluk menyeramkan dan memiliki dua tanduk itu tak menggubris permohanku. Dua lelaki itu terus saja menyeretku, lalu aku dimasukkan ke dalam gua yang sempit dan berpintu.“Keluarkan aku! Aku mau kembali ke tubuhku! Jangan kurung aku!” teriakku sambil terisak. Aku pun teruduk menyandar di dinding gua. Aku tak menyangka kalau akhirnya nasib
Kami pun tiba di rumah sakit. Mas bimo menggotong bibi Sarinah. Beberapa perawat langsung mengurus bibi Sarinah dan membawanya ke ruang ICU. Aku dan Mas Bimo duduk menunggu di depan ruang ICU. Mas Bimo menoleh padaku lalu memegangi tanganku.“Sabar, ya. Mas yakin bibi nggak akan kenapa-napa,” ucap Mas Bimo menenangkanku.Aku mengangguk. Mas Bimo memelukku.“Kamu tenang, aku yakin pasti ada jalannya untuk mengeluarkan ilmu di dalam tubuhmu,” ucap Mas Bimo.“Iya, Mas,” jawabku mencoba untuk tenang.Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruang ICU. Aku dan Mas Bimo langsung menghampiri dokter itu.“Gimana keadaan bibi Sarinah, dok?” tanyaku sedikit khawatir.Dokter itu tersenyum padaku.“Dia sudah sadar, sekarang kalian sudah boleh kalau mau menjenguknya,” jawab
“Nggak apa-apa, biar aku aja,” ucapku lalu berjalan ke arah dapur. Bibi Sarinah mengikutiku.Saat aku sudah memasukkan makanan itu ke dalam kulkas, aku menoleh pada bibi Sarinah yang berdiri di dekatku.“Bi,” panggilku.Bibi Sarinah menatapku dengan heran.“Kenapa?” tanyanya.“Aku minta maaf,” ucapku.Bibi Sarinah semakin heran.“Minta maaf kenapa?”“Ternyata ucapan bibi bener,”“Ucapan yang mana?”Aku menangis. Bibi Sarinah semakin penasaran padaku.“Ada apa, Non. Cerita ke bibi,” pintanya.“Kakek yang aku temuin itu ternyata iblis,” ucapku.Bibi Sarinah tercengang mendengarnya.“A
“Kenapa?” tanyanya.Tiba-tiba kudengar suara arwah pengantin perempuan itu.“Jangan khawatir! Aku tak akan melihat kalian bermesraan. Itu malah akan membuatku sial jika melihatnya,” ucap arwah pengantin perempuan itu. Entah sekarang dia berada di mana. Aku lega mendengarnya. Akhirnya kutarik tangan Mas Bimo ke dalam kamar.Sesampainya kami di dalam kamar. Mas Bimo hendak menciumku. Aku menghindar.“Nanti aja, Mas,” ucapku.Mas Bimo heran, “Kenapa?”“Aku harus menemui kakek lagi. Aku harus mengakhiri semua ini,” ucapku.“Yaudah,” ucap Mas Bimo sedikit kecewa.Akhirnya aku duduk di atas kasur. Seperti biasa aku meminta Mas Bimo menjagaku. Akupun memejamkan mata. Akhirnya aku kembali berada di pinggir sungai itu. Sekarang aku lega sudah melihat kakek