“Hubungan lo sama Ilyas apa?” tanyaku penasaran.
“Gue nggak ada hubugan apa-apa sama dia. Dia udah nganggap gue sebagai adik. Dia banyak ngebantu gue.” Ucap Nayara.“Tapi dia mau manfaatin kamu. Tadi aku denger dia teleponan sama Lastri, katanya dia manfaatin kamu biar ngambil kekayaan papah mamah aku dan dia juga manfaatin Lastri biar bisa ngerebut harta kekayaan orang tua Mas Bimo. Dia berencana akan balik sama Lastri, Nayara.” Ucapku.Nayara terbelalak mendengarnya.“Lo serius?”Aku mengangguk.“Sekarang, kalo ada Ilyas, jangan kasih tahu kalo lo lagi ngerasuki tubuh gue. Gue akan ikut lo dan perhatiin dia. Kalo memang dia sengaja manfaatin gue, gue nggak akan maafin dia. Jujur, gue emang pengen ngejar harta keyaan keluarga lo. Tapi gue nggak ada niat buat ngerebut. Gue Cuma pengen ngebuktiin sama kedua orang tua kandung gue kalo gue bisa, bisa tanpa mereka yang nggak pernah nganggap gue meski gue udah ngemis-ngemis di hadapan mereka mint“Tadi aku ninggalin kamu karena mau ngambil batu ini di tempat dukun itu, karena batu inilah yang sering digunakan dukun itu buat menukar jiwa.”“Jadi batu itu yang dijadikan dukun itu buat nukerin jiwa orang-orang?” tanyaku tak percaya.“Iya, dan tujuannya tak lain buat kekayaan,” jawab Ilyas.”Bahkan yang lebih hebat lagi dari batu ini bukan hanya bisa menukar jiwa manusia dengan manusia lain, tapi bisa digunakan untuk ditukar jiwanya dengan jiwa setan.”Aku terbelalak mendengarnya.“Kalau jiwa manusia ditukar dengan jiwa setan, tujuannya untuk apa?” tanyaku yang semakin penasaran.“Untuk menguasai dunia,” jawab Ilyas.“Menguasai dunia gimana?”“Menjadi orang yang paling kaya di dunia,” jawab Ilyas.Aku terdiam. Aku baru ini mengetahui hal ini.“Maksudmu seperti freemensason gitu?” tanyaku lagi.“Aku nggak tau, tapi kata dukun itu, banyak artis terkenal di dunia yang sukses karena bekerjasama dengan setan. Salah satu
Akupun menanyakan apa yang minta arwah Nayara padaku ke Ilyas.“Itu juga, kamu tenang aja. Tapi yang paling penting adalah kita menyelamatkan anak-anak yang terlantar dan anak-anak yang butuh kasih sayang di panti asuhan. Kita harus membebaskan mereka dari penderitaan. Kita harus memakmurkan mereka, makanya kita harus kaya. Harus menjadi orang yang paling kaya di dunia,” ucap Ilyas.“Kenapa harus memanfaatkan orang tua Indah dan orang tua si Bimo?” tanyaku kemudian.Ilyas menatap wajahku dengan serius.“Untuk menjadi orang yang paling kaya di dunia harus mengambil batu-batu yang sudah diisi dengan khodam setan yang dimiliki mereka, dan bukan hanya mereka saja. Masih ada enam batu lagi yang dimiliki oleh orang-orang kaya di Indonesia yang harus diambil, salah satunya dimiliki oleh artis terkenal di Indonesia ini. Kalau sudah memiliki ketujuh batu yang berisi khodam setan penghasil kekayaan itu, maka aku bisa menggerakkan mereka untuk menjadikan aku orang y
Arwah Nayara menoleh padaku,”Iyain aja, Indah. Biar kamu bisa kembali ke tubuh kamu. Ilyas nggak punya keahlian melihat yang tak kasat mata kayak dukun itu. Siapa aja yang baca ajian itu bisa melakukannya kalo ada batu itu. Ilyas nggak akan tahu kalo kamu yang kembali ke tubuh kamu, nanti aku bakal pura-pura jadi kamu dan aku bakal gagalin rencana jahatnya itu. Aku pikir dia mau nolongin aku biar kedua orang tua kandung aku ngakuin aku anak mereka lagi, tapi nyatanya dia punya tujuan lain,” pinta Nayara padaku.Ada benarnya juga apa yang dibicarakan Nayara padaku. Akhirnya aku menatap Ilyas dengan serius.“Yaudah aku bersedia,” ucapku.Lalu setelah itu Ilyas memintaku pergi ke kamar. Di sana aku diminta olehnya untuk berbaring dan memejamkan mata. Lalu setelahnya kudengar Ilyas merapalkan doa. Tak lama kemuidan kepalaku sakit, sakit sekali. Lalu semuanya gelap dan sangat gelap.Lalu aku berdiri di ruangan rumah sakit. Di sana kulihat tubuhku sedang berbar
Aku tiba-tiba berada di tengah-tengah hutan yang dipenuhi kabut. Dingin sekali rasanya. Aku tidak tahu berada di mana. Tangan arwah Aksana masih memegang tanganku dengan kuat. Aku mencoba berontak.“Tolong lepasin aku, biarin aku kembali ke tubuhku,” pintaku padanya.“Tidak bisa, kau harus ikut aku,” pintanya.“Aku belum mau mati, aku masih ingin hidup,” pintaku padanya.“Aku tak bisa berbuat apa-apa, karena aku diutus oleh nama yang tak bisa kusebut kepada orang tuamu untuk menjadikan orang tuamu kaya dan sekarang aku harus membawamu ke dia,” ucap arwah Aksana.Aku kaget mendengarnya.“Maksudmu?” tanyaku.“Kau sudah dipersembahkan kedua orang tuamu kepadanya,” jawab arwah Aksana.“Orang tuaku menumbalkan aku?” ucapku tak percaya.“Secara tidak langsung begitu. Sejak orang tuamu menggunakan ilmu itu untuk kekayaan, otomatis kau yang akan ditumbalkan dan akan aku serahkan kepadanya,” ucap arwah Aksana.“Aku mau dis
“Iya, tapi kamu tenang saja. Aku suka kamu, kamu akan jadi istriku jika Tuanku tidak ingin menjadikanmu istrinya,” jawan arwah Aksana.“Apa mereka yang dijadikan budak itu karena menggunakan ilmu kekayaan itu?” tanyaku lagi memastikan.“Iya, dan sebagian adalah mereka yang tidak berdosa. Mereka yang ditumbalkan seperti dirimu. Dan bukan hanya mereka yang menginginkan kekayaan saja, tapi semuanya, yang meminta bantuan kami untuk kesenangan mereka seperti ilmu pelet, ilmu kesaktian dan lainnya,” jawab arwah Aksana.Aku diam dan tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Aku tak menyangka kalau nasibku akan seperti ini.“Cepatlah! Tuanku sudah menunggumu!” pinta arwah Aksana padaku.Lalu dengan langkah lemah, kuikuti arwah Aksana. Tiba-tiba aku menyesali segala perbuatanku selama ini. Aku menyesal telah jauh dari Tuhan. Aku menyesal telah malukan perbuatan yang dilanggar Tuhan. Sekarang aku tak bisa berdoa lagi. Aku lupa semuanya karena dosa-dosaku sen
Aku pun tak bisa berbuat apa-apa. Aku terpaksa mengabaikan permintaan tolong mereka yang terdengar memilukan itu. Akhirnya kami masuk ke dalam gua yang paling dalam. Di sana kulihat di dalamnya seperti isi rumah pada zaman dahulu. Di sana ada sofa dan pernak-pernik yang terbuat dari tembaga dan emas. Lalu aku melihat sebuah lubang yang menganga dipenuhi cahaya, seolah pintu rumah yang menghampar pemandangan luas di bawah sana. Aku seakan berada di atas pesawat melihat pemandangan di luar lubang itu. Ternyata keberadaanku sudah sangat tinggi. Kami seperti berada di atas gunung. “Kita di mana?” tanyaku. “Di atas sebuah gunung,” jawab arwah Aksana. “Gunung apa?” tanyaku. “Kau tak perlu tahu,” jawab arwah Aksana. Lalu kulihat di bawah sana ada sosok perempuan yang memiliki dua sayap seperti kupu-kupu yang terbang di atas pepohonan dan tubuhnya sangat kecil.
Tak lama kemudian, kulihat para peri beterbangan dengan panik. Aku tak tahu apa yang sudah terjadi. Mereka beterbangan menuju atas. Sesaat kemudian arwah Aksana datang dengan wujud manusia dengan kaki yang terluka tertusuk anak panah. Aku terkejut melihatnya.“Kau kenapa?” tanyaku penasaran.“Kita harus segera pergi dari sini, mereka sudah hampir sampai ke sini, kita harus masuk ke gerbang istana. Kalau tidak mereka akan membunuh kita,” pinta arwah Aksana padaku.“Mereka siapa?” tanyaku.“Musuh bangsa kami. Mereka sedang memerangi kami dan ingin merebut kerajaan kami. Ayo kita pergi.” Pinta Aksana.Akupun bergegas mengikuti arwah Aksana keluar dari gua. Saat hendak keluar gua, kulihat para arwah yang dirantai sudah tidak ada di sana.“Kemana mereka?” tanyaku pada Aksana dengan heran.“Mereka sudah dibawa oleh pasukan menuju gerbang istana,&rd
“Bawa dia ke dalam lalu hantarkan dia ke dunianya,” pinta lelaki penunggang tadi pada kedua lelaki berjubah yang barus datang itu.Setelahnya, lelaki penunggang burung itu kembali terbang bersama burungnya. Lalu aku dibawa menuju air terjun.“Aku mau dibawa kemana?” tanyaku.“Jangan takut, kami akan mengembalikanmu ke duniamu, karena kau masih hidup,” ucapnya padaku. Aku pun mengangguk lalu mengikuti langkah mereka menuju barisan arwah manusia yang mengantri memasuki air terjun itu.Aku dan para arwah manusia lainnya itu pun memasuki air terjun itu. Dapat kurasakan derasnya air berjatuhan ke tubuhku. Dingin air terjun itu pun bisa kurasakan. Akhirnya kamu memasuki lorong gua yang diterangi oleh cahaya-cahaya yang beterbangan seperti kunang-kunang. Namun cahaya-cahayanya itu cukup besar. Lalu tibalah kami ke dalam rongga gua yang cukup besar berdinding bebatuan hitam. Di ujung sana kulihat lelaki berjubah putih