Home / Horor / Jiwaku di Tubuh Istrinya / Bab 2 : Gairah Terlarang

Share

Bab 2 : Gairah Terlarang

Author: Hakayi
last update Last Updated: 2021-08-05 16:32:09

Ya, seperti yang aku ceritakan di awal, selanjutnya aku tiba-tiba terbangun dipelukan Mas Bimo, suami tampan dari istri tetanggaku itu. Aku terkejut dan langsung turun dari ranjang. Apa yang kulakukan dengannya? Kuitari pandanganku ke seisi kamar. Ini bukan kamarku. Tak sengaja kulihat wajahku di cermin yang ada di pojok kamar. Betapa kagetnya melihat wajahku berubah menjadi istri dari pria yang masih ngorok di ranjang itu.

"Tidak," pikirku.

Apakah jiwaku tertukar? Jika benar, di mana tubuhku sekarang? Apakah jiwa asli yang ada dalam tubuh ini telah bersemayam di tubuh asliku? Kenapa ini bisa terjadi?

Aku pun langsung keluar dari kamar itu. Aku pun begegas menuju rumahku. Pintu rumah terkunci. Aku menggendor-gedor pintu rumahku sendiri berharap tubuhku ada di dalam sana.

"Ada orang di dalam?!" teriakku.

Tak lama kemudian Mas Bimo datang, masih menggunakan celana kolor dan bertelanjang dada.

"Kamu ngapain ngedor rumah orang sih, Lastri?" tanya Mas Bimo.

Aku baru tahu, perempuan yang memiliki tubuh ini bernama Lastri. Akhirnya aku berusaha sebisa mungkin bersikap seperti Lastri padanya

"Tahu yang punya rumah kemana, Mas?" tanyaku khawatir.

Bagaimana pun, yang punya rumah itu adalah tubuh asliku.

"Dia di rumah sakit, kemarin ada perampok yang ngerampok rumahnya," jawab Mas Bimo.

Aku semakin khawatir, "Perampok?"

"Iya. Tapi nggak tahu gimana detailnya. Aku cuma membantunya membawa ke rumah sakit saja. Saat aku pulang kantor, kamu malah nggak ada di rumah. Aku juga baru sadar pas bangun, kamu sudah di rumah," ucap Mas Bimo menjelaskan.

Kemana tubuh ini semalam? Apakah dia juga terlibat membuat aku koma? Tapi kalau terlibat, kenapa aku bisa merasuki tubuhnya? Ini benar-benar tidak masuk akal.

"Anter aku ke sana, Mas." pintaku.

Aku ingin tahu kondisinya bagaimana sekarang.

"Masih pagi, nanti sorean aja kalo mau jenguk. Udah masuk yuk, nggak enak sama yang lewat."

Tanganku di tarik Mas Bimo ke dalam rumah. Aku pun terpaksa mengikutinya biar dia tidak curiga kalau aku bertukar jiwa dengan istrinya. Di dalam rumah aku bingung. Apa yang harus aku lakukan?

"Mas!" ucapku memanggil Mas Bimo.

Mas Bimo yang hendak ke dapur, langkahnya terhenti lalu menoleh padaku, "Kenapa?" tanya Mas Bimo sambil menggaruk isi celana di kolornya.

Aku risih melihat itu, tapi mungkin dia sudah biasa cuek melakukan apapun yang diinginkan pada tubuh istrinya ini, tapi saat melihat dadanya yang bidang itu, aku tak berdaya. Dia benar-benar merusak kekalutanku.

"Indah baik-baik aja, kan?" tanyaku mengucap namaku sendiri pada Mas Bimo.

Bagaimana pun, jiwaku yang terjebak di tubuh istrinya ini harus aku rahasiakan dulu. Mas Bimo heran, dia tersenyum.

"Tumben kamu khawatir sama dia? Biasanya jelekin dia mulu semenjak dia pindah ke sini?" tanya Mas Bimo heran.

Hah? Rupanya Lastri istri Mas Bimo ini sering menjelek-jelekkan aku. Apa salah aku? Kenal juga tidak. Aku pun berhenti memikirkan itu agar Mas Bimo tidak curiga.

"Jawab dulu pertanyaanku," desakku.

Mas Bimo mendekat ke tubuh yang jiwaku ada di dalamnya ini. Dia membelai rambutku dengan lembut. Astaga. Aku tak berdaya akan apa yang dilakukannya. Aku pun pasrah. Bukan karena mau menikmatinya, tapi aku tak mau Mas Bimo curiga kalau aku merasuki tubuh istrinya.

"Dio koma. Tapi aku seneng kamu berubah baik pada tetangga," ucap Mas Bimo.

Tiba-tiba aku sadar, membiarkan dia menyentuh tubuh ini sama saja dia menyentuh tubuhku. Seketika kudorong tubuh Mas Bimo. Karena bagaimana pun di tubuh ini ada aku. Aku tak ingin merasakan semua sentuhannya. Bagaimana pun dia adalah suami orang lain. Meskipun tubuh ini adalah tubuh istrinya, tapi apa yang dilakukan tubuh ini aku akan merasakannya, aku tidak mau itu. Mas Bimo tampak bete tapi dia mengalah.

"Yaudah kalo masih nggak mau disentuh," ucap Mas Bimo dengan kecewanya.

Aku pun semakin lemas mendengar aku sedang koma. Lalu apa yang terjadi, kenapa aku bisa koma? Kenapa aku tidak ingat kejadian itu?

"Siapa yang membawanya ke rumah sakit, Mas?" tanyaku penasaran.

"Kemarin pas aku mau membawa Mbak Indah ke rumah sakit, ada cowok datang ke sini, katanya keluarnganya Mbak Indah, akhirnya aku sama dia nganter Mbak Indah ke rumah sakit." 

"Cowok? Kayak gimana cowoknya, Mas?"

"Tubuhnya agak kurus, dia punya tahi lalat di dagu."

Aku semakin terkejut. Dia adalah Mas Raka, mantan suamiku. Kenapa dia datang ke rumahku? Apakah sekarang si Raka yang menjagaku di rumah sakit?

"Kamu kenapa nanya detail gitu sih?" tanya Mas Bimo heran.

Aku kaget, aku tidak boleh membuat Mas Bimo curiga.

"Nggak apa-apa, perempuan itu kan gitu, kalo ada informasi nggak mau setengah-setengah, Mas." ucapku ngeles.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Waktu itu aku tak sengaja melihat istri Mas Bimo sedang selingkuh dengan lelaki Brondong itu. Mereka mendapatiku melihat mereka, lalu masuk ke rumahku dengan mengancam. Lalu kepalaku dibentur Lastri ke tembok, kemudian aku pingsan. Dan Lastri pingsan karena kakinya aku tendang. Astaga. Selanjutnya apa yang terjadi? Apa lelaki berondong itu yang membuatku koma karena aku mencelakai Lastri?

"Nanti aku anter kamu ke rumah sakit buat jenguk dia. Kalian sudah akrab ya? Kok aku nggak tau," tanya Mas Bimo heran.

"Pokoknya nanti anterin aku besuk ya, Mas." pintaku.

Mas Bimo mengangguk. Aku berjalan ke arah kamar, bagaimana pun aku harus menjadi seseorang dalam tubuh ini. Jika tidak, pasti akan jadi masalah besar. Saat aku melewati Mas Bimo hendak berjalan ke kamar, dia menarik tanganku. Aku kaget.

"Lastri..." panggilnya lembut dengan pandangan mata penuh nafsu.

Aku lemas. Kubiarkan dia memegang tanganku.

"Kenapa, Mas?" tanyaku.

"Udah enam bulan, kamu masih belum mau ngasih jatah ke aku. Aku janji bakal ikutin kemauan kamu untuk pindah ke Sukabumi, tapi pleas... suamimu ini lagi butuh kamu." Ucap Mas Bimo dengan penuh harap.

"Butuh apa?" tanyaku sok polos.

"Belaian, sayang," jawab Mas Bimo genit.

"Nggak!" ucapku tegas.

Sebenarnya aku tidak ingin berucap itu. Aku ingin berkata ; iya atau terserah. Sejak kejadian dia membantu mengganti ban mobilku, aku sudah jatuh hati padanya, seperti yang sudah aku ceritakan. Tapi waktu itu aku pikir dia belum menikah. Akan tetapi saat aku tahu dia sudah punya istri yang jiwaku ada dalam tubuhnya ini, aku tidak mau menjadi selingkuhannya karena perselingkuhan lah yang membuat aku meminta cerai pada mantan suamiku dulu.

"Lastri! Melayani suami itu kewajiban istri!" tegas Mas Bimo sekali lagi.

Matanya masih penuh nafsu melihatku. Entah kenapa wajahnya semakin manis. Apalagi saat ini aku bisa melihat jelas bagaimana tubuhnya yang bertelanjang dada itu. Dia tampak begitu menggairahkan di mataku.

Akhirnya aku diam, tak berapa lama Mas Bimo menarik tubuhku ke dadanya hingga dapat kucium wangi tubuhnya. Jantungku berdegub kencang. Kemudian Mas Bimo menciumku dengan beringas. Aku diam saja. Lama-lama aku membalas ciumannya. Kami berdua seperti orang kelaparan yang baru mendapatkan makan.

"Tidak, apa yang aku lakukan?" pikirku.

Tapi aku tak berdaya mencegahnya. Setan sudah menguasai jiwaku yang lemah. Aku juga tak tahu kenapa aku pasrah saja? Apa karena aku sudah lama tidak melakukan hubungan intim juga semenjak bercerai? Hingga saat dipancing begini aku kalah?

Tak lama kemudian Mas Bimo menggotong tubuhku dan membawaku ke kamar seperti Singa yang kelaparan yang tak sabar untuk memangsaku. Dan aku pun masih pasrah, membiarkan dia melakukan apapun semaunya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ar_key
tulisan rapi, enak dibaca lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 3 : Sebuah Misteri yang Masih dicari Jawabannya

    Mas Bimo menjatuhkan tubuhku ke atas kasur. Kemudian dia kembali menciumku dengan beringas. Mas Bimo menarik kolornya ke ujung kakinya sambil menciumku hingga dia telanjang bulat. Saat Mas Bimo hendak meloroti pakaianku, aku langsung mendorong tubuh Mas Bimo. "Jangan, Mas?" pintaku dengan degup nafsu yang masih membuncah. Mas Bimo yang sedang duduk di hadapanku, di atas kasur, yang sudah telanjang bulat itu, hingga terlihat jelas sesuatu yang tak pantas aku lihat di tubuhnya. "Kenapa? Aku ini suamimu," ucap Mas Bimo seperti memohon. Bagaimana pun tubuh ini memang tubuh istri Mas Bimo. Sementara jiwanya adalah jiwaku. aku tidak boleh semena-mena terhadap tubuh ini. Meski tubuh ini adalah istri sahnya Mas Bimo, tapi jiwa aslinya sudah tidak ada. Apalagi aku tidak tahu bagaimana kondisi tubuh asliku saat ini. "Jangan sekarang!" pintaku sekali lagi pada Mas Bimo. Aku pun langsung beranjak dari sana dan keluar kamar menuju toilet untuk menj

    Last Updated : 2021-08-05
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 4 : Namanya Ilyas

    "Kenapa, Lastri?!" teriak Mas Bimo sambil menggedor pintu kamar. Suara ketukan dalam lemari semakin kencang. Aku pun langsung membuka pintu kamar. Mas Bimo masuk dengan heran. "Kamu kenapa?" tanya Mas Bimo khawatir. "Ada suara aneh dalam lemari, Mas." jawabku dengan cemas. Mas Bimo heran lalu berjalan menuju lemari dan langsung membukanya. "Suara apa? Nggak ada apa-apa kok selain pakaian kita." ucap Mas Bimo dengan heran. Aku pun memeriksa isi lemari, memang tak ada apa-apa. Aku semakin heran. Apakah itu suara arwah Lastri yang kini mengawang? Ah, mungkin ini pikiranku saja yang terlalu banyak menonton film-film fantasy. "Kok, nggak ada? Tadi beneran ada suara loh, Mas." ucapku heran. Mas Bimo menghela napas. "Yaudah tidur saja. Kamu lagi kecapean aja itu," pinta Mas Bimo padaku. "Iya, Mas." jawabku. Mas Bimo pun berjalan keluar kamar. Aku yang masih ketakutan akhirnya memanggilnya. "Mas.

    Last Updated : 2021-08-05
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 5 : Aku Tak Bisa Menolak Permintaannya

    Ilyas masih memegangi kepalaku dan memaksa aku untuk melakukan hal yang terlaknak itu. "Buruan, sayang!" pinta Ilyas padaku,"udah nggak tahan, nih." Aku masih mengunci mulutku dan memejamkan mataku. Aku tak mau melakukan itu. Tak lama kemudian terdengar suara motor. Ilyas melepas tangannya dari kepalaku lalu berjalan ke arah jendela dan mengintip keluar. Aku berdiri dengan heran, siapa yang datang itu? Ilyas buru-buru menarik celana jeansnya ke atas dan mengunci gespernya dengan panik. "Suami kamu pulang! Aku harus pergi dari sini," ucap Ilyas dengan panik. Aku lega. Sesuatu yang tidak aku inginkan terjadi ternyata ada penyelamatnya. Ilyas pun buru-buru berjalan ke arah belakang. Mungkin dia akan keluar melalui pintu belakang. Terdengar suara ketukan pintu. "Lastri!" Itu suara Mas Bimo. Aku pun pergi ke belakang, memastikan Ilyas tidak ada lagi di sana. Ternyata Ilyas sudah pergi. Dia keluar dari pintu belakang. Aku p

    Last Updated : 2021-08-05
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 6 : Kabar Buruk Itu Membuat Aku Takut

    Aku dan Isabel yang sedang bersembunyi di kamar tampak bingung mendengarkan teriakan Ilyas di luar sana. "Sayang! Buka, sayang!" teriak Ilyas di luar sana. "Dia mau ngapain sih?" tanya Isabel heran. "Mau ngajak gituan, tadi aku sempet mau diperkosanya sampe dia udah buka celana," bisikku pada Isabel. Isabel tampak shock. "Sekarang kita gimana nih?" tanyaku khawatir pada Isabel dengan bingung. Isabel tampak berpikir. "Gimana ya? Aduh!" Isabel juga tampak bingung,"tapi ngomong-ngomong pas aku intip tadi dia cakep juga sih." Aku menghela napas. "Kok malah bahas dia cakep sih?" tanyaku sedikit ngambek. Isabel tertawa. Aku manyun. Tak lama kemudian Isabel berpikir lagi. "Kamu chat aja dianya pake nomor Lastri, bilang di rumah ada sodara suami kamu," ucap Isabel memberiku solusi. Aku pun mengikuti saran Isabel. Aku langsung mencari nama Ilyas di kontak handphone, setelah menemukannya, aku langs

    Last Updated : 2021-08-06
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 7 : Sebuah Jawaban

    Aku terbangun di sebuah kamar. Kamar yang besar dan luas. Aku tau betul ini di mana? Ini rumah kedua orangtuaku di kawasa Pondok Indah Jakarta Selatan. Tapi bagimana bisa aku pulang ke sini? Sementara aku masih di tubuh Lastri. Apa aku sudah berada di tubuhku sendiri? Aku pun beranjak menuju cermin. Aku ingin melihat rupaku kini. Apakah aku masih di tubuh Lastri? Atau aku sudah kembali ke tubuhku sendiri? Saat tiba di sana, aku terbelalak senang. Benar saja aku sudah berada di dalam tubuhku sendiri. Aku senang bukan main. Akhirnya aku bergegas berjalan menuju telepon rumah di atas meja belajarku dulu, lalu segera menghubungi Isabel. "Halo!" sapa Isabel di seberang sana. "Isabel...," lirihku. "Indah?" tanya Isabel dengan terkejut. Dia memang sudah hafal suaraku di telepon. "Iya ini aku." "Kamu sudah kembali ke tubuh kamu?" "Iya, sekarang aku ada di rumah orang tua aku di pondok Indah," jawabku. "Syukurlah kalo kamu u

    Last Updated : 2021-08-06
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 8 : Lastri Ada di Tubuh Kamu?

    "Kamu istriku, tolong diam," pinta Mas Bimo. Mas Bimo tidak mendengarku. Dia mengunci tubuhku dari atasku. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah akan apa yang dilakukannya padaku. Setelahnya tanpa ampun dia melampiaskan birahinya padaku hingga puas. Tak lama kemudian kepalaku terasa sakit lalu terbangun di dalam pelukan Mas Bimo. Tubuhku sedang telanjang bulat, Mas Bimo pun begitu. Kami sepertinya baru saja melakukan hubungan intim. Aku bangkit dari atas kasur. Mencubit pipiku, rasanya sakit. Aku bangkit dari atas kasur lalu bercemin. Hah? Kenapa jiwaku berada di tubuh Lastri lagi. Berarti apa yang aku rasakan semalam adalah mimpi? Dan ketika aku tidur jiwaku kembali lagi ke tubuh Lastri? Mas Bimo tampak heran melihatku. "Kamu kenapa sayang?" "Aku nggak mimpi kan?" tanyaku pada Mas Bimo yang masih tanpa busana di atas kasur itu. "Mimpi apa sih sayang?" ucap Mas Bimo heran. Mas Bimo beranjak

    Last Updated : 2021-08-07
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 9 : Misteri Sebuah Kalung

    Setelah hampir satu jam perjalanan, kami pun tiba di depan rumah Pak Mahmud. Rumahnya terletak di daerah Depok. Setelah kami bergegas turun dari mobil Isabel, kami pun disambut dengan baik oleh Pak Mahmud. Pak Mahmud seperi heran melihatku. "Ada apa repot-repot kemari? Apa rumahnya ada masalah?" tanya Pak Mahmud pada Isabel. Isabel melihat ke arahku dengan bingung. Dia seperti memintaku untuk menjelaskan semuanya pada Pak Mahmud. "Oh ya, mbak Indahnya kemana? Tumben nih, Mbak Lastri ke sini?" tanya Pak Mahmud lagi. Aku pun memberi kode pada Isabel untuk menjelaskannya pada Pak Mahmud. Tampaknya Isabel mengerti. "Kami ada masalah, Pak." ucap Isabel, "mbak Indah mengalami hal aneh di rumah itu." Pak Mahmud terkejut, "Hal aneh apa?" "Mbak Indah bertukar jiwa dengan tetangganya, Pak." ucap Isabel menjelaskannya pada Pak Mahmud. Pak Mahmud tampak tak percaya. "Sekarang," lanjut Isabel,"Mbak Indah lagi ada di dalam tu

    Last Updated : 2021-08-07
  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 10 : Menghilang

    "Emang kalungnya kenapa?" tanya Lastri tampak bingung. Aku melihat ke Lastri. "Itu kalung untuk menyelamatkan kita. Kalung itu bisa ngembaliin jiwa kita ke tubuh kita masing-masing," jelasku pada Lastri. Lastri tampak senang mendengarnya. "Yah, kemana dong kalungnya? Aku beneran nggak tau?" jawab Lastri yang mendadak ikut-ikutan panik. Aku pun terduduk lesu. "Kita cari sampe ketemu. Siapa tau masih ada di sini," pinta Isabel pada kami. Kami pun mencari-cari kalung itu di semua ruangan di dalam rumahku. Lastri pun ikut sibuk mencarinya. Aku tak mau terjebak dalam tubuh ini selamanya. Dan aku tak mau tubuhku dimiliki oleh Lastri selamanya. Kami duduk bertiga dengan bingung di ruang tengah rumahku itu. Kami sudah mencari kalung itu kemana-mana, tapi kami tidak menemukannya. "Gimana, nih?" tanya Lastri dengan panik. "Aku nggak tau," jawabku bingung. Isabel tampak berpikir. "Coba aku tan

    Last Updated : 2021-08-08

Latest chapter

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Ending : Cinta Kembali Bersemi

    “Apa harus aku lakukan ketika menghadapnya?” tanyaku. “Kau akan mendapatkan kekuatan yang luar bisa. Kau akan mengurus mereka-mereka yang menjadi pengikut setia Tuan Raja di alammu. Kau akan menjadi dukun yang sangat sakti,” ucapnya. “Apa yang harus aku lakukan jika aku menjadi dukun sakti?” tanyaku penasaran. “Nanti kau akan tahu sendiri jika sudah menghadap Tuan Raja,” ucapnya. Lalu kuda yang membawa kereta kencana yang kunaiki perlahan mendekati sebuah gerbang istana. Di sana kulihat banyak pengawal seram yang menjaga gerbang itu. Pengawal itu langsung membuka gerbang istana untuk kami. Kami pun masuk ke dalam gerbang itu. Kulihat istananya begitu megah terbuat dari batu. Aku seperti melihat banyak candi di sana. Peri-peri kulihat beterbangan di atasnya. Tak lama kemudian kuda itu berhenti. “Turunlah dan masuklah ke dalam istana itu,” pinta perempuan yang sangat meny

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 112 : Tak ada Pilihan Lain

    Saat Mobil itu melaju kencang di jalanan. Kulihat Mas Bimo menangis. Aku ikut menangis melihatnya.“Terima kasih, Mas. Terima kasih kamu masih setia sama aku,” ucapku.Sekarang aku benar-benar yakin kalau Mas Bimo memang sangat mencintaiku. Lelaki mana yang masih setia pada istrinya yang sudah gila dan akan menunggunya sampai sembuh, meski tak ada yang tahu apakah istrinya itu benar-benar bisa sembuh atau tidak?Mobil yang kami naiki tiba-tiba berhenti di depan rumahku. Aku heran kenapa Mas Bimo ke sini. Aku pun turun bersama Mas Bimo lalu masuk ke dalam rumah. Papah dan Mamahku menyambut Mas Bimo dengan hangat. Aku kembali menangis melihat mereka. Mereka pasti sangat sedih melihatku kini sudah gila.“Apapun yang terjadi, aku akan tetap cinta sama Indah, Mah, Pah,” ucap Mas Bimo pada mereka.Mamah dan Papah menangis mendengarnya.&ldqu

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 111 : Arwah Perempuan Berdaster

    Tak lama kemudian, tubuhku keluar bersama tiga perawat itu dari dalam ruangan itu. Dia tampak diam dengan tatap kosong. Dia juga tidak bisa melihat kehadiranku. Lalu tubuhku dibawa kembali oleh mereka ke ruangan tempat tubuhku tadi. Ketika kami sudah sampai di sana, kulihat Mas Bimo datang membawa makanan, mendekati tubuhku yang tersenyum-senyum sendiri.“Itu siapa?” tanya arwah perempuan itu padaku.“Itu suamiku,” jawabku.Arwah perempuan itu tampak heran.“Suamimu tampan!” pujinya.Mas Bimo duduk di dekat tubuhku.“Sayang, ini aku bawain kamu makanan. Kamu makan ya?” pinta Mas Bimo pada tubuhku.Aku menangis haru melihat itu. Rupanya Mas Bimo masih sayang padaku meski tubuhku sekarang sudah sudah gila.Tubuhku melihat ke arah Mas Bimo dengan marah.

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 110 : Suara Teriakan Itu

    Bus yang aku naiki tiba di sebuah halte dekat apartemenku. Aku turun dari sana. Tak ada satupun manusia yang bisa melihatku. Aku pun memasuki lobby apartemen dan berdiri di depan lift, menunggu mereka yang naik ke lantai yang sama dengan apartemenku. Saat ada dua sepasang kekasih memencet lantai yang sama dengan apartemenku, aku buru-buru masuk ke dalam. Dua sepasang kekasih itu saling melihat.“Kok aku merinding ya, yang?” tanya perempuan itu pada lelakinya.“Aku juga sama, kayaknya emang angker apartemen ini,” jawabnya.Aku diam saja. Aku tak peduli obrolan mereka. Saat pintu lift itu terbuka. Aku ikut keluar dan segera menembus pintu apartemenku. Aku mencari-cari Mas Bimo di dalam sana. Di dua kamar yang aku masuki aku tak menemukan Mas Bimo. Tiba-tiba aku mendengar kucuran air di dalam kamar mandi. Aku masuk ke dalam sana. Aku menangis saat mendapati Mas Bimo sedang telanjang menyandar di dind

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 109 : Rumah Sakit Jiwa

    Aku mengangguk. Ya, aku tak tahu sudah berapa lama aku di sana. Setipa kali pintu sering terbuka dan dua lelaki seram datang menyuruh kami kerja paksa untuk membangun istana mereka. Entah sudah berapa bulan lamanya hingga tubuhku sangat kurus dan rambutku terlihat acak-acakan. Tapi suatu hari, keajaiban datang. Kudengar di luar sana seperti terjadi peperangan. Lelaki itu berdiri dengan senang.“Mereka sudah datang!” ucapnya.Aku pun berdiri. Kami menempelkan telinga ke arah pintu gua yang tertutup. Sekarang terdengar jelas suara pedang yang beradu dan suara teriakan kesakitan. Tak lama kemudian, pintu gua terbuka. Benar saja, makhluk berjubah putih yang bercahaya terang itu masuk ke dalam gua dan menyuruh kami keluar dari sana. Aku dan lelaki itu pun keluar. Di depan gua, kulihat banyak sekali makhluk-makhluk yang menyeramkan terkapar di atas tanah dengan bersimbah darah. Burung-burung besar dan bersayap itu berdatangan. Mereka m

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 108 : Bangsa yang Suka Berperang

    Aku pun terpaksa bersimpuh di hadapannya.“Tolong aku! Aku janji akan membantumu asal kembalikan aku ke tubuhku!” pintaku lagi.Makhluk seram itu tidak menggubrisku. Dia melihat ke dua lelaki seram yang berdiri di belakangku.“Kurung dia sekarang juga!” pintanya pada mereka.Akupun di tarik oleh dua lelaki yang menyeramkan itu.“Tolong! Aku janji akan menuruti kemauanmu! Aku janji tak akan berniat lagi untuk mengeluarkan ilmuku! Jangan kurung aku!” isakku.Makhluk menyeramkan dan memiliki dua tanduk itu tak menggubris permohanku. Dua lelaki itu terus saja menyeretku, lalu aku dimasukkan ke dalam gua yang sempit dan berpintu.“Keluarkan aku! Aku mau kembali ke tubuhku! Jangan kurung aku!” teriakku sambil terisak. Aku pun teruduk menyandar di dinding gua. Aku tak menyangka kalau akhirnya nasib

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 107 : Kembali ke Sana

    Kami pun tiba di rumah sakit. Mas bimo menggotong bibi Sarinah. Beberapa perawat langsung mengurus bibi Sarinah dan membawanya ke ruang ICU. Aku dan Mas Bimo duduk menunggu di depan ruang ICU. Mas Bimo menoleh padaku lalu memegangi tanganku.“Sabar, ya. Mas yakin bibi nggak akan kenapa-napa,” ucap Mas Bimo menenangkanku.Aku mengangguk. Mas Bimo memelukku.“Kamu tenang, aku yakin pasti ada jalannya untuk mengeluarkan ilmu di dalam tubuhmu,” ucap Mas Bimo.“Iya, Mas,” jawabku mencoba untuk tenang.Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruang ICU. Aku dan Mas Bimo langsung menghampiri dokter itu.“Gimana keadaan bibi Sarinah, dok?” tanyaku sedikit khawatir.Dokter itu tersenyum padaku.“Dia sudah sadar, sekarang kalian sudah boleh kalau mau menjenguknya,” jawab

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 106 : Tak Ada yang Bisa Melakukannya

    “Nggak apa-apa, biar aku aja,” ucapku lalu berjalan ke arah dapur. Bibi Sarinah mengikutiku.Saat aku sudah memasukkan makanan itu ke dalam kulkas, aku menoleh pada bibi Sarinah yang berdiri di dekatku.“Bi,” panggilku.Bibi Sarinah menatapku dengan heran.“Kenapa?” tanyanya.“Aku minta maaf,” ucapku.Bibi Sarinah semakin heran.“Minta maaf kenapa?”“Ternyata ucapan bibi bener,”“Ucapan yang mana?”Aku menangis. Bibi Sarinah semakin penasaran padaku.“Ada apa, Non. Cerita ke bibi,” pintanya.“Kakek yang aku temuin itu ternyata iblis,” ucapku.Bibi Sarinah tercengang mendengarnya.“A

  • Jiwaku di Tubuh Istrinya   Bab 105 : Kedatangan Bibi Sarinah

    “Kenapa?” tanyanya.Tiba-tiba kudengar suara arwah pengantin perempuan itu.“Jangan khawatir! Aku tak akan melihat kalian bermesraan. Itu malah akan membuatku sial jika melihatnya,” ucap arwah pengantin perempuan itu. Entah sekarang dia berada di mana. Aku lega mendengarnya. Akhirnya kutarik tangan Mas Bimo ke dalam kamar.Sesampainya kami di dalam kamar. Mas Bimo hendak menciumku. Aku menghindar.“Nanti aja, Mas,” ucapku.Mas Bimo heran, “Kenapa?”“Aku harus menemui kakek lagi. Aku harus mengakhiri semua ini,” ucapku.“Yaudah,” ucap Mas Bimo sedikit kecewa.Akhirnya aku duduk di atas kasur. Seperti biasa aku meminta Mas Bimo menjagaku. Akupun memejamkan mata. Akhirnya aku kembali berada di pinggir sungai itu. Sekarang aku lega sudah melihat kakek

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status