Deisy
: Mas, aku akan menginap di tempat Lilis. Tidak usah khawatir, aku hanya butuh waktu untuk tenang.Pesan yang dikirim Deisy saat waktu menunjukkan pukul 10 malam. Ia masih duduk di kursi taman dengan pikiran melayang-layang. Ini benar-benar gila. Ini sangat tidak masuk akal. Kepalanya sangat sakit akibat menangis terlalu lama. Kini sudah hampir pukul 12, ia masih tetap disana.
Rasanya seperti mau mati. Jika yang menyakiti bukan orang yang berharga, maka tidak masalah bagi Deisy. Tapi kenapa harus Leo? Pria yang membuatnya jatuh cinta bertahun-tahun. Bahkan sampai sekarang, ia masih mencintai pria itu. Apakah sulit untuk setia? Sampai hati ia menyakiti Deisy dengan berselingkuh.
Deisy sudah menahan segala kesakitan dengan tinggal bersama mertua. Dia juga menahan amarah saat ibu mertua dan adik iparnya mengatakan dia mandul. Dia benar-benar menahan diri agar tidak menimbulkan pertikaian. Ia berusaha keras menjadi menantu yang patuh. Bahkan ia menjatuhkan harga dirinya. Tapi kenapa? Kenapa?
“Mas Leo masih mencintaiku. Iya. Dia melakukan itu hanya demi mendapatkan anak. Aku harus melakukan sesuatu biar hamil. Kalau aku hamil, aku pasti akan dicintai lagi.”
Begitulah Deisy bergumul dengan pikirannya sendiri. Sampai ia kaget oleh seorang wanita berbaju seksi yang duduk disampingnya. Ia hendak merokok sambil mencari mancis di tasnya.
Bisa diketahui kalau wanita itu PSK. Dia sedang istirahat sambil menunggu pelanggan. Wanita dengan rok pendek dan baju yang memamerkan belahan dada. Wanita itu menghembuskan asap rokok itu ke wajah Deisy. Bikin Deisy terbatuk beberapa saat.
“Kamu ngapain disini? Kau bukan salah satu PSK khan?”
“Hah? Tentu saja tidak.”“Iya, aku tahu. Penampilanmu sama sekali tak menggairahkan.”balasnya sambil menghisap rokok itu lagi. “Apa hidupmu begitu sedih sampai harus nangkring disini?”
“Aku akan pergi.”
“Tidak perlu. Ceritakan kenapa kamu menangis. Aku sangat bosan. Pria-pria itu hanya menginginkan perempuan muda. Wanita sepertiku kalah dibanding mereka. Sial sekali!”kata wanita itu.
Ini kali pertama Deisy bicara dengan wanita malam. Sejujurnya, ia cukup kaget. Tapi tidak lebih kaget ketimbang memergoki suaminya selingkuh. Putus asa membuatnya bercerita pada wanita itu. Cerita yang mungkin terdengar seperti serial televisi. Tapi jelas, itu nyata adanya.
“Aku benar-benar gila. Aku harus apa sekarang?”ucapnya sambil menangis. Begitu kasihan sampai membuat wanita itu membuang rokoknya.
“Setelah tahu dia selingkuh, kau masih mencintainya?”
“Dengar! Aku yakin kalau suamiku selingkuh bukan karena dia tidak mencintaiku. Aku yakin ini karena dia merindukan seorang anak.”
“Cih, dari mana kau tahu? Kau saja tidak bertanya langsung padanya.”balasnya.“Tidak! Tidak mungkin dia tidak mencintaiku. Aku harus hamil. Kalau aku hamil, semua masalah akan beres. Dia tidak akan selingkuh lagi!”teriak Deisy menyakinkan dirinya. Dia sangat panik sampai memukul dirinya sendiri.
“Hentikan! Kau mau mati?”
“Biar aku mati. Aku lebih baik mati.”“Bodoh! Kalau kamu mati, wanita itu pasti akan jadi istrinya. Kamu mau itu terjadi?”bentak wanita itu. Mendengarnya, Deisy jadi berhenti memukul dirinya sendiri. Ia duduk lagi dengan terkulai lemas.
“Pulanglah. Kalau kamu mau hamil, aku punya ide. Datang saja kesini kapanpun kamu mau. Aku selalu disini setiap hari saat hampir tengah malam. Aku pergi dulu.”ucap wanita itu pamit.
Deisy mengetuk pintu rumah itu. Apartemen tempat tinggal Lilis. Meski Deisy membuatnya bangun tengah malam, itu lebih baik daripada pulang ke rumah. Setelah menunggu beberapa saat, perempuan itu muncul. Ia kaget melihat kondisi Deisy yang sangat lusuh. Diajaknya masuk dan ditawari minum teh hangat.
“Apa kamu bilang? Kamu berdiam diri di tengah kota sampai jam segini? Lebih baik kamu labrak Mas Leo. Katakan semua yang ada dipikiranmu. Kalau begini caranya, kamu hanya menyiksa diri sendiri.”teriak Lilis tidak terima. Tak pernah ia melihat Deisy sesedih itu. Datang dengan wajah berurai air mata, badan lesu dan rambut acak-acakan. Dia seorang direktur yang berkompeten. Bahkan di depan Lilis, ia selalu berkharisma.“Lis, aku gak mau kehilangan dia. Aku masih cinta sama Mas Leo.”
“Lalu, kamu mau begini terus?”
“Aku akan cari cara. Sekarang, ijinin aku nginep di sini.”ucap Deisy memohon. Lilis menghela nafas panjang. Ia mengijinkannya sebab ini sudah sangat malam. Deisy butuh waktu untuk kembali ke rumah itu. Tentu dia sangat syok mengetahui Leo selingkuh.***
Pagi itu, Leo marah besar. Ia menerima fakta bahwa sebelum Deisy pergi, Bu Risa memarahinya sebab tak langsung membawakannya bubur. Ia mendapat cerita itu dari Mbak Gina.
“Mama kira Deisy pembantu di rumah ini? Apa susahnya minta tolong sama Mbak Gina?”teriak Leo dengan suara keras.
“Mas, gak usah gitu sama mama. Mama juga gak sengaja marah sama Kak Deisy.”ucap Icha membela Bu Risa.
“Pokoknya, jangan lakukan hal itu lagi. Aku gak suka Deisy diperlakukan kayak gitu.”
“Leo, apa kamu gak kesal sama perempuan itu? Dia belum bisa ngasih mama cucu. Kamu gak tahu keresahan mama.”tegas Bu Risa. Dengan marah, ia kembali ke kamarnya. Icha menyusulnya tanpa bicara kepada Leo.
Leo memijat pelipisnya. Dia benar-benar gak nyangka kalau Bu Risa sebegitu berharapnya punya cucu. Dia menelpon Deisy untuk kesekian kalinya.
“Sayang, kamu masih di rumah Lilis? Aku jemput sekarang ya.”
“Mas, aku baru keluar dari rumah Lilis. Kita ketemu di tempat lain aja.”
“Ah, baiklah.”
Leo berangkat ke Jakarta Timur. Ia mengarahkan mobil sesuai Gmaps. Ia melihat Deisy duduk di restoran itu. Dia sedang menikmati sarapan.
“Sayang!!”
“Mas, mau makan?”“Enggak. Aku sudah makan dari rumah. Sayang, maafin aku.”ucap Leo. Bikin Deisy berhenti menggerakkan sendok dan garpunya. “Maafkan aku karena gak tahu kalau kamu diomelin mama tiap hari. Kamu pasti sakit hati gara-gara mama bertindak seenaknya. Maaf ya sayang.”Deisy menatapnya dalam. Permintaan maaf itu apakah untuk itu saja? Tidakkah Leo seharusnya meminta maaf untuk perselingkuhan itu.
“Mas, itu bukan salah kamu.”
“Pokoknya, aku minta maaf mewakili mama. Mulai sekarang, mama gak akan begitu lagi sama kamu. Aku jamin itu.”ucapnya dengan penuh bujukan. Deisy tersenyum mengiyakan.
“Makan yang banyak. Biar aku anterin kamu sebelum ke kantor.”
Setelah sarapan usai, Leo mengantarkannya pulang. Leo belum jujur soal perselingkuhan itu. Andai dia jujur, Deisy pasti akan memaafkannya. Ya, dia akan menerimanya dengan lapang dada. Asal cowok itu janji akan berubah. Ah, tapi mungkin bukan sekarang. Mungkin besok. Deisy mencoba untuk positif thinking.
“Mama minta maaf. Mungkin mama terlalu keras bicaranya.”ucap Bu Risa mengira kalau Deisy pergi karena sikapnya. Walau tak terlihat tulus, tapi Deisy menerimanya. Dia tidak ingin ada polemik di rumah ini.
“Iya, Ma. Aku juga minta maaf kalau ada salah.”
Setelah sesi maaf-maafan itu usai, Deisy berdiam diri di kamar. Bu Risa tak lagi menyuruhnya melakukan ini dan itu. Tapi Deisy tetap gelisah. Ia tak bisa tenang. Dia yakin banget kalau Leo masih bertemu dengan wanita itu. Apa yang harus ia lakukan? Harusnya ia berpasrah diri dengan diam saja di kamar ini?
Kekhawatirannya memudar saat Leo sampai di rumah lebih cepat dari biasanya. Masih pukul 7, dia sudah di rumah. Dan setelah sekian lama, ada makan malam bersama di rumah. Deisy sangat senang. Sampai ia mencium aroma parfum perempuan di jasnya. Hal yang membuat Deisy tidak tahan lagi.
Padahal Leo pulang lebih cepat dari biasanya. Tapi kenapa ia masih bisa menemui wanita itu? Bukankah Leo orang yang sibuk dengan posisinya sebagai pemimpin Prasesa Group? Apakah waktu luangnya sangat banyak sampai bisa bertemu dengan wanita itu? Deisy gemetar di kamar mandi. Pura-pura mandi agar Leo tak tahu kalau dia sedang menangis sampai terisak.
Wanita itu duduk disampingnya. Ia masih mengenakan dress sexy yang memamerkan paha dan dada. Deisy sudah menunggunya hampir satu jam. Beruntung, wanita itu akhirnya muncul juga. “Aku kira kau tidak akan datang.”ucap Deisy.“Kalau tidak datang, aku tak akan mendapat uang. Oh ya, penampilanmu sudah lebih baik dari yang waktu itu. Mengenakan jaket di malam hari memang sudah seharusnya.”balas wanita itu. Deisy jadi ingat pertemuan pertama mereka. Deisy hanya mengenakan baju tipis bahkan sampai menggigil kedinginan.“Aku harus memanggilmu apa? Sebelum minta bantuan, ada baiknya kita berkenalan.”“Panggil saja Mawar. Aku tidak akan memberitahu nama asliku.”“Aku Deisy! Kali ini, nama asli.”ucapnya sambil mengulurkan tangan. Wanita itu tersenyum. Meski bekerja sebagai PSK, dia terlihat seperti orang baik. Deisy punya radar yang kuat soal seseorang. Dia sering di ikut sertakan meng hire karyawan baru. Sedikit banyak ia tahu mana manusia penuh akal bulus dan mana manusia yang tulus. “Aku mem
Dua minggu setelah malam panas itu, Deisy menyadari ada yang tidak beres di dalam tubuhnya. Nafsu makannya menurun, perutnya sering mual dan masih banyak lagi tanda-tanda yang menunjukkan kalau dia hamil. “Mawar, apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar menyesal. Gimana kalau suamiku tahu? Aku adalah istri jahat yang payah.”keluh Deisy. Hari ini, ia bertemu Mawar di salah satu minimarket yang ada di pusat kota. Tak seperti biasanya, Mawar mengenakan pakaian sopan. Dan orang-orang pasti tidak mengira kalau dia seorang PSK. “Argh, kau bodoh atau bagaimana? Itu semua sudah keputusanmu. Aku tak pernah memaksa.” “Aku tak menyalahkanmu, Mawar. Aku hanya merasa sangat menyesal.”ucap Deisy dengan wajah penuh kecemasan. “Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang, temui suamimu. Bilang kalau kamu hamil. Setidaknya kamu bisa lepas dari gunjingan keluarganya.” “I-iya…” “Dan satu lagi, kita tidak akan bisa bertemu setelah ini. Aku akan pulang kampung. Aku tak bisa disini terus-terusan. Terlebih, u
Haruskah Deisy menggugat cerai suaminya? Tidak. Deisy sudah mengorbankan segalanya. Pekerjaan, mental hingga kebahagiaannya. Ia tak akan membiarkan orang-orang itu bersenang-senang di atas kesedihannya. Ia turun ke lantai 1 untuk mengisi perut. Ia mendengar suara tawa dari kamar Bu Risa. Ia mendekat ke arah pintunya. Mendengar ocehan mereka yang sangat kejam. “Mama lebih setuju kalau Leo cerai saja dari Deisy.” “Mama serius? Bukannya mama suka sama Kak Deisy?” “Dulu iya. Tidak setelah tahu dia mandul. Nikah sudah mau 4 tahun tapi gak hamil juga. Intinya mama tidak masalah jika ganti menantu.” “Ya, masuk akal sih ma. Kita memang belum kenal sama Kak Rindi. Tapi kata Mas Leo, dia perempuan yang baik.” “Tuh kan. Besok kita diskusi sama mas-mu. Biar masalah ini cepat selesai.” Baik suami maupun keluarga suaminya sama-sama orang jahat. Deisy menggenggam jemarinya. Rasanya ingin langsung membuat perhitungan. Menjambak rambut Bu Risa dan menampar Icha. Andai dia bisa melakukan itu den
Rindi Pradina, berusia 29 tahun. Dialah wanita yang mengandung anaknya Leo. Hubungan mereka sudah hampir setahun. Mereka bertemu di Restoran Chinese yang ada di kawasan Kemang. Pertemuan mereka cukup singkat hingga akhirnya mereka menjalin cinta. Rindi mengaku tidak masalah dengan status Leo sebagai suami orang. Awalnya jalinan cinta itu hanya untuk bersenang-senang. Tapi siapa yang tahu kalau pada akhirnya, ia hamil. Kini wanita itu ada disana. Duduk di sofa empuk yang ada di ruang tamu. Bu Risa dan Icha kelihatan senang dengan kehadirannya. Mereka tidak sabar mendapatkan anggota baru dalam keluarga ini. Sampai akhirnya Deisy turun dari lantai 2. Dia mengenakan dress seperti hendak pesta. Semua orang menatapnya heran. Dia bahkan merias wajahnya dengan sempurna. “Dei, kamu mau ngapain,,,,,”respon Leo terbujur kaku. Deisy tidak mempedulikannya. Dia berjalan sambil duduk di sofa itu. Kini ia berhadap-hadapan dengan Rindi. Dia tidak marah, tapi malah tersenyum. Senyuman yang bikin s
Mereka tiba di tempat itu. Bu Risa membawa buket bunga untuk Pak Amran. Sedang Leo sibuk dalam kecemasan sambil menarik nafas panjang. Ia mengetuk pintu lalu masuk. Pak Amran sudah menunggu sambil duduk di sofa. Tentu dengan tangan yang masih terhubung dengan infus. Bu Risa dan Leo duduk dengan rasa cemas yang berkepanjangan. Dalam waktu singkat, Leo menerima lemparan kotak tisu yang terbuat dari besi ringan. Dan itu membuat pelipisnya berdarah. “Pa, udah gila atau gimana?”teriak Bu Risa marah. “Aku gak apa-apa, Ma.”ucap Leo sambil mengusap darah itu. Dia menahan rasa sakit itu. Pak Amran memang luar biasa kalau sedang marah. Tapi kalau berada di mood yang baik, dia bisa melakukan hal yang tak diduga. Semacam membelikan apartemen untuk anaknya dan lain sebagainya. “Aku tahu papa marah. Aku juga pantas menerima hukuman yang papa kasih barusan. Aku minta maaf, pa.” “Kamu mau apa sekarang? Kamu punya anak bersama wanita lain dan Deisy juga lagi hamil. Kamu benar-benar gila. Papa j
Mungkinkah langit punya dua matahari? Jawabannya tidak mungkin. Tapi ketidakmungkinan itu kini terjadi. Wanita bernama Rindi itu menjadi bagian dari keluarga Prasesa. Meski cuma sebagai wanita simpanan, ia terlihat sangat bahagia. Mungkin karena lepas dari kemiskinan dan kemalangan. Atau karena berhasil masuk ke rumah ini? Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Hari itu, Deisy dan Rindi berkenalan secara langsung. Masih dengan wajah penuh penyesalan, Leo begitu memohon kepada Deisy. Memohon agar bisa menerima semua ini. Rindi diberikan kamar yang berada di lantai 1. Tentu saja, dia tidak sekamar dengan Leo. Tapi Leo selalu mengambil kesempatan untuk bertemu dengannya. Secara sembunyi-sembunyi, Leo menunjukkan kedekatannya kepada wanita itu. Membuat Deisy makin memanas. Ia masih memendam semua itu, sampai suatu hari, Rindi menunjukkan kelasnya. Saat wanita itu sedang berkutat di Kebun Strawberry. Dan kebetulan, Deisy hendak mengambil buahnya untuk dibuat selai oleh Mbak Gina. “Saya masih g
Tidak tahan lagi. Beberapa kali Deisy menyadari kepergian Leo. Pria itu lebih memilih tidur bersama wanita itu. Meski perhatiannya belum luntur, ia tetaplah seorang pengkhianat. Dia membuat Deisy menangis di balik selimutnya. Sungguh, ia tidak tahan dengan semua ini. Lebih baik pisah daripada menahan sakit. Apa ini balasan untuk perbuatannya? Apa ini balasan untuk kebohongannya? Untuk bayi yang ia sebut sebagai anak Leo padahal tidak? Dalam waktu-waktu yang dilewatinya, dia makin putus asa. Menyalahkan diri sendiri untuk tiap hal yang terjadi. Tidak. Dia tidak boleh menyalahkan diri sendiri. Bagaimanapun juga, Leo selingkuh sebelum ia tidur dengan pria asing itu. Ia melakukan kesalahan itu karena Leo. Leo adalah pihak yang harus disalahkan. Sebab tak bisa tidur, ia turun ke lantai 1. Sekedar minum atau menikmati buah yang ada di kulkas. Saat hendak naik ke lantai 2, ia mendengar suara tawa dari kamar itu. Kamar tempat Leo dan Rindi sedang bersama. Demi Tuhan, ia tak bisa menahan t
Satu bulan berlalu. Banyak yang berubah dengan rumah itu. Beberapa lukisan di pindahkan bahkan diganti. Di halaman depan, banyak jenis bunga baru yang ditanam. Bahkan dibuat taman kecil khusus untuk anak-anak. Wah, begitu banyak yang berubah. Sebelum ke rumah, ia melipir ke Kebun Strawberry. Selain strawberry, ada beberapa buah yang ditanam disana. Ternyata wanita itu membuat perubahan besar dalam satu bulan. Dia begitu hebat sampai bikin Deisy kelu. Sangat luar biasa.Lalu ia berjalan menuju rumah. Ia tersenyum saat melihat perempuan itu berjalan ke arahnya. Mbak Gina.“Ibu, saya kira kemana. Kata Pak Tino sudah sampai, tapi kok gak masuk rumah. Ibu sehat kan?”tanya Mbak Gina bersemangat.“Sehat, Mbak. Mbak Gina sehat juga kan?”“Iya, Bu. Tapi beneran, ibu makin cantik.”godanya sambil tertawa. Deisy senang menerima pujian itu. Dalam satu bulan itu, ia melakukan banyak hal. Menata hatinya sedemikian rupa. Biar cinta tak membunuhnya perlahan. Perutnya yang membesar membuatnya selalu
Waktu berjalan begitu cepat. Banyak masalah yang terjadi di Kediaman Prasesa. Dengan konkret, wanita itu menunjukkan kecemburuannya kepada Deisy. Meski awalnya ditutupi, dia semakin jelas menyatakan hal itu. Berbeda dengan Rindi, Deisy melakukan banyak hal yang lebih bermanfaat. Ia sering ikut acara kantor untuk menunjukkan eksistensinya. Dia juga sering mengunjungi Pak Amran di rumah sakit. Deisy semakin hari semakin percaya diri. Dia seperti wanita independen yang ada di sisi Leonardi Prasesa.Semua berlalu seperti hembusan angin. Sampai pada kelahiran dua anak di Keluarga Prasesa. Deisy melahirkan anak laki-laki, sedangkan Rindi melahirkan anak perempuan. Secara tersirat, Deisy lebih diuntungkan dalam hal ini. Anak laki-laki nantinya akan jadi pewaris Prasesa Group. Anak laki-laki Deisy diberi nama Alkan Prasesa. Sedang anak perempuan Rindi diberi nama Mutiara Senja Pradina. Secara kekeluargaan, anak itu tidak akan masuk ke dalam kartu keluarga. Dan hal itu memicu permasalahan lag
Bu Risa merasakan ketegangan di lehernya. Melihat dua wanita hamil di rumah ini berhasil bikin dia stress. Sebab sudah terbiasa dengan Rindi, ia harus beradaptasi lagi dengan kehadiran Deisy. “Ini wedang jahe nya, Bu.”ucap Mbak Gina sambil menaruh minuman itu di atas meja makan. Bu Risa duduk dengan wajah lesu.“Mbak, saya pusing sekali. Harus bagaimana dengan Deisy dan Rindi. Kata Deisy, saya harus hati-hati kalau pergi sama Rindi. Takut ada yang lihat dan berpikir saya punya menantu lagi.”ujar Bu Risa.“Benar kata Bu Deisy. Bu Deisy pasti gak mau ibu kena marah sama Pak Amran. Kalau ada berita di media, Pak Amran pasti langsung tahu.”balas Mbak Gina.Setelah dipikir-pikir, benar juga kata Gina. Dunia tahu kalau Bu Risa hanya punya satu menantu. Mengantar wanita asing ke rumah sakit sama saja dengan bunuh diri. Argh, mulai sekarang, Bu Risa harus berhenti mengantar wanita itu. Dia tidak mau mengambil resiko.“Kamu benar juga, Mbak.”“Selamat siang semuanya!”sapa Deisy yang baru saja
Satu bulan berlalu. Banyak yang berubah dengan rumah itu. Beberapa lukisan di pindahkan bahkan diganti. Di halaman depan, banyak jenis bunga baru yang ditanam. Bahkan dibuat taman kecil khusus untuk anak-anak. Wah, begitu banyak yang berubah. Sebelum ke rumah, ia melipir ke Kebun Strawberry. Selain strawberry, ada beberapa buah yang ditanam disana. Ternyata wanita itu membuat perubahan besar dalam satu bulan. Dia begitu hebat sampai bikin Deisy kelu. Sangat luar biasa.Lalu ia berjalan menuju rumah. Ia tersenyum saat melihat perempuan itu berjalan ke arahnya. Mbak Gina.“Ibu, saya kira kemana. Kata Pak Tino sudah sampai, tapi kok gak masuk rumah. Ibu sehat kan?”tanya Mbak Gina bersemangat.“Sehat, Mbak. Mbak Gina sehat juga kan?”“Iya, Bu. Tapi beneran, ibu makin cantik.”godanya sambil tertawa. Deisy senang menerima pujian itu. Dalam satu bulan itu, ia melakukan banyak hal. Menata hatinya sedemikian rupa. Biar cinta tak membunuhnya perlahan. Perutnya yang membesar membuatnya selalu
Tidak tahan lagi. Beberapa kali Deisy menyadari kepergian Leo. Pria itu lebih memilih tidur bersama wanita itu. Meski perhatiannya belum luntur, ia tetaplah seorang pengkhianat. Dia membuat Deisy menangis di balik selimutnya. Sungguh, ia tidak tahan dengan semua ini. Lebih baik pisah daripada menahan sakit. Apa ini balasan untuk perbuatannya? Apa ini balasan untuk kebohongannya? Untuk bayi yang ia sebut sebagai anak Leo padahal tidak? Dalam waktu-waktu yang dilewatinya, dia makin putus asa. Menyalahkan diri sendiri untuk tiap hal yang terjadi. Tidak. Dia tidak boleh menyalahkan diri sendiri. Bagaimanapun juga, Leo selingkuh sebelum ia tidur dengan pria asing itu. Ia melakukan kesalahan itu karena Leo. Leo adalah pihak yang harus disalahkan. Sebab tak bisa tidur, ia turun ke lantai 1. Sekedar minum atau menikmati buah yang ada di kulkas. Saat hendak naik ke lantai 2, ia mendengar suara tawa dari kamar itu. Kamar tempat Leo dan Rindi sedang bersama. Demi Tuhan, ia tak bisa menahan t
Mungkinkah langit punya dua matahari? Jawabannya tidak mungkin. Tapi ketidakmungkinan itu kini terjadi. Wanita bernama Rindi itu menjadi bagian dari keluarga Prasesa. Meski cuma sebagai wanita simpanan, ia terlihat sangat bahagia. Mungkin karena lepas dari kemiskinan dan kemalangan. Atau karena berhasil masuk ke rumah ini? Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Hari itu, Deisy dan Rindi berkenalan secara langsung. Masih dengan wajah penuh penyesalan, Leo begitu memohon kepada Deisy. Memohon agar bisa menerima semua ini. Rindi diberikan kamar yang berada di lantai 1. Tentu saja, dia tidak sekamar dengan Leo. Tapi Leo selalu mengambil kesempatan untuk bertemu dengannya. Secara sembunyi-sembunyi, Leo menunjukkan kedekatannya kepada wanita itu. Membuat Deisy makin memanas. Ia masih memendam semua itu, sampai suatu hari, Rindi menunjukkan kelasnya. Saat wanita itu sedang berkutat di Kebun Strawberry. Dan kebetulan, Deisy hendak mengambil buahnya untuk dibuat selai oleh Mbak Gina. “Saya masih g
Mereka tiba di tempat itu. Bu Risa membawa buket bunga untuk Pak Amran. Sedang Leo sibuk dalam kecemasan sambil menarik nafas panjang. Ia mengetuk pintu lalu masuk. Pak Amran sudah menunggu sambil duduk di sofa. Tentu dengan tangan yang masih terhubung dengan infus. Bu Risa dan Leo duduk dengan rasa cemas yang berkepanjangan. Dalam waktu singkat, Leo menerima lemparan kotak tisu yang terbuat dari besi ringan. Dan itu membuat pelipisnya berdarah. “Pa, udah gila atau gimana?”teriak Bu Risa marah. “Aku gak apa-apa, Ma.”ucap Leo sambil mengusap darah itu. Dia menahan rasa sakit itu. Pak Amran memang luar biasa kalau sedang marah. Tapi kalau berada di mood yang baik, dia bisa melakukan hal yang tak diduga. Semacam membelikan apartemen untuk anaknya dan lain sebagainya. “Aku tahu papa marah. Aku juga pantas menerima hukuman yang papa kasih barusan. Aku minta maaf, pa.” “Kamu mau apa sekarang? Kamu punya anak bersama wanita lain dan Deisy juga lagi hamil. Kamu benar-benar gila. Papa j
Rindi Pradina, berusia 29 tahun. Dialah wanita yang mengandung anaknya Leo. Hubungan mereka sudah hampir setahun. Mereka bertemu di Restoran Chinese yang ada di kawasan Kemang. Pertemuan mereka cukup singkat hingga akhirnya mereka menjalin cinta. Rindi mengaku tidak masalah dengan status Leo sebagai suami orang. Awalnya jalinan cinta itu hanya untuk bersenang-senang. Tapi siapa yang tahu kalau pada akhirnya, ia hamil. Kini wanita itu ada disana. Duduk di sofa empuk yang ada di ruang tamu. Bu Risa dan Icha kelihatan senang dengan kehadirannya. Mereka tidak sabar mendapatkan anggota baru dalam keluarga ini. Sampai akhirnya Deisy turun dari lantai 2. Dia mengenakan dress seperti hendak pesta. Semua orang menatapnya heran. Dia bahkan merias wajahnya dengan sempurna. “Dei, kamu mau ngapain,,,,,”respon Leo terbujur kaku. Deisy tidak mempedulikannya. Dia berjalan sambil duduk di sofa itu. Kini ia berhadap-hadapan dengan Rindi. Dia tidak marah, tapi malah tersenyum. Senyuman yang bikin s
Haruskah Deisy menggugat cerai suaminya? Tidak. Deisy sudah mengorbankan segalanya. Pekerjaan, mental hingga kebahagiaannya. Ia tak akan membiarkan orang-orang itu bersenang-senang di atas kesedihannya. Ia turun ke lantai 1 untuk mengisi perut. Ia mendengar suara tawa dari kamar Bu Risa. Ia mendekat ke arah pintunya. Mendengar ocehan mereka yang sangat kejam. “Mama lebih setuju kalau Leo cerai saja dari Deisy.” “Mama serius? Bukannya mama suka sama Kak Deisy?” “Dulu iya. Tidak setelah tahu dia mandul. Nikah sudah mau 4 tahun tapi gak hamil juga. Intinya mama tidak masalah jika ganti menantu.” “Ya, masuk akal sih ma. Kita memang belum kenal sama Kak Rindi. Tapi kata Mas Leo, dia perempuan yang baik.” “Tuh kan. Besok kita diskusi sama mas-mu. Biar masalah ini cepat selesai.” Baik suami maupun keluarga suaminya sama-sama orang jahat. Deisy menggenggam jemarinya. Rasanya ingin langsung membuat perhitungan. Menjambak rambut Bu Risa dan menampar Icha. Andai dia bisa melakukan itu den
Dua minggu setelah malam panas itu, Deisy menyadari ada yang tidak beres di dalam tubuhnya. Nafsu makannya menurun, perutnya sering mual dan masih banyak lagi tanda-tanda yang menunjukkan kalau dia hamil. “Mawar, apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar menyesal. Gimana kalau suamiku tahu? Aku adalah istri jahat yang payah.”keluh Deisy. Hari ini, ia bertemu Mawar di salah satu minimarket yang ada di pusat kota. Tak seperti biasanya, Mawar mengenakan pakaian sopan. Dan orang-orang pasti tidak mengira kalau dia seorang PSK. “Argh, kau bodoh atau bagaimana? Itu semua sudah keputusanmu. Aku tak pernah memaksa.” “Aku tak menyalahkanmu, Mawar. Aku hanya merasa sangat menyesal.”ucap Deisy dengan wajah penuh kecemasan. “Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang, temui suamimu. Bilang kalau kamu hamil. Setidaknya kamu bisa lepas dari gunjingan keluarganya.” “I-iya…” “Dan satu lagi, kita tidak akan bisa bertemu setelah ini. Aku akan pulang kampung. Aku tak bisa disini terus-terusan. Terlebih, u