Share

Jeritan yang Tak Terdengar
Jeritan yang Tak Terdengar
Author: Astuti Ayu

Bab 1

Author: Astuti Ayu
last update Last Updated: 2024-11-12 15:54:56
Ketika kesadaranku perlahan kembali, aku melihat Ayah berjalan ke arahku.

Aku langsung terdiam di tempat, tidak tahu harus berbuat apa.

Namun, saat dia melewati tubuhku, aku baru menyadari bahwa dia sama sekali tidak bisa melihatku.

"Kiara, selamat ulang tahun!"

Aku melihat dia tersenyum dan mengelus kepala sepupuku, Kiara, lalu memberinya sebuah hadiah yang dibungkus rapi.

"Terima kasih, Om Teddy!"

Ulang tahun Kiara tujuh hari setelah ulang tahunku.

Baru sekarang aku menyadari bahwa aku sudah meninggal tujuh hari.

Mereka duduk mengelilingi kue yang indah, merayakan ulang tahun Kiara.

Suasananya ramai dan penuh tawa!

Sepertinya kehadiranku tidak menimbulkan perbedaan di sini.

Dari kecil, ulang tahun Kiara selalu sangat meriah.

Sedangkan ulang tahunku, tidak ada yang mau membahasnya, bahkan tidak ada yang peduli.

Ketika Kiara hendak membuat permohonan, Tante Sandra yang ada di sampingnya tiba-tiba bertanya.

"Kak Teddy, di mana Yolanda? Kenapa dia nggak muncul-muncul?"

Mendengar namaku, Ayah menyipitkan mata dengan muak dan berkata dengan dingin.

"Dia sudah melukai Kiara, jadi aku memberi pelajaran padanya. Sekarang dia ngambek entah ke mana."

Mendengar itu, Tante Sandra langsung terlihat khawatir.

"Apa kamu nggak terlalu berat menghukumnya? Yolanda selalu baik, dia nggak akan pergi sembarangan!"

Namun, Ayah tampak acuh tak acuh.

"Aku hanya mengurungnya satu atau dua hari, sekarang sudah dibebaskan. Aku rasa aku masih terlalu ringan menghukumnya!"

Hukuman singkat dari Ayah ini, akan selalu kuingat di sepanjang hidupku.

Malam itu, dia menatapku dengan tajam sambil memegang tongkat besar.

"Kenapa kamu mendorong sepupumu dari tangga?"

Tubuhku bergetar ketakutan, tetapi aku tetap menahan diri dan berkata padanya.

"Ayah, aku nggak mendorongnya, dia terjatuh sendiri!"

Namun, dia langsung memukul kakiku dengan keras.

"Ah ...."

Sakit yang luar biasa membuatku jatuh berlutut, dan aku tak bisa menahan teriakanku.

Namun, Ayah yang di sampingku menyindirku dengan kesal.

Sekarang kamu tahu bagaimana rasanya kesakitan? Waktu kamu dorong sepupumu sampai terjatuh dari tangga, kenapa kamu nggak mikir kalau dia juga akan kesakitan?

Tongkat itu kembali menghantam tubuhku di berbagai tempat, seperti badai yang datang dengan cepat.

Aku menggigit bibirku kuat-kuat, tetap tidak mau mengaku.

Dia makin marah dan memukulku dengan lebih keras.

Ketika akhirnya dia berhenti, aku merasa semua organ dalamku nyeri.

Aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, tetapi di mata Ayah, aku tetap dianggap melawannya.

Jadi dia melemparkan aku yang sudah hampir tidak sadarkan diri ke dalam gudang bawah tanah.

Tempat itu gelap dan sempit, dan aku dijatuhkan di lantai seperti sampah.

Sebagai penderita klaustrofobia, tubuhku bergetar tanpa henti.

"Ayah ... Ayah, jangan .... Jangan kunci aku di sini!"

Namun, di matanya tidak ada sedikit pun rasa sayang, hanya ada rasa dingin dan kebencian.

Dia menarik tangannya dan dengan nada merendahkan, berbicara padaku

"Yolanda, kalau kamu sudah bisa membuang pikiran jahatmu itu, baru aku akan mengeluarkanmu!"

Setelah itu, dia berbalik pergi tanpa belas kasihan, menutup satu-satunya pintu kecil di sana.

Suasana di sekitarku menjadi gelap gulita. Dalam keputusasaan dan rasa sakit, mataku perlahan terpejam.

Sebenarnya, aku tidak tahu bagaimana aku mati.

Sejak saat itu, kesadaranku selalu terasa buram.

Aku pikir hidupku akan terhenti di usia 18 tahun.

Namun, tidak kusangka, meski sudah mati, jiwaku tetap bisa tinggal di sini.

Melihat kemarahan di wajah Ayah, Tante Sandra juga tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Sebagai penopang utama keluarga Limanta, setiap kali Ayah marah, tidak ada yang berani membahasnya lagi.

Hanya Kiara yang dengan mata berbinar menarik tangan Ayah sambil bersikap manja.

"Om Teddy, jangan marah! Kalau marah, nanti kesehatanmu akan terganggu!"

Ayah yang sebelumnya tampak dingin seketika menjadi sangat lembut.

"Untung sekali ada Kiara yang paham! Seandainya saja Yolanda yang nakal itu bisa baik seperti kamu!"

Kalimat ini sudah berulang kali aku dengar sejak Kiara datang ke rumah ini.

Kiara tampaknya selalu menunjukkan sikap pengertian.

Apakah ini yang dianggap Ayah sebagai sikap yang baik?

Namun, apa dia tahu bahwa di balik penampilannya yang sopan dan santun itu, tersembunyi niat jahat yang mengerikan.

Related chapters

  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 2

    Saat usiaku tujuh tahun, Ayah membawa pulang Kiara.Hanya karena Kiara berkata dia suka kamarku, aku diusir ke kamar tamu.Setiap hari, Ayah sendiri yang mengantarnya berangkat dan pulang dari sekolah.Bahkan saat pertemuan orang tua, dia memilih untuk pergi ke kelas Kiara.Aku pun menjadi anak terlantar tanpa orang tua di mata teman-teman.Tante Sandra juga mengeluh tentang hal itu. Dia bilang, seharusnya Ayah tidak begitu pilih kasih.Namun, dengan santai Ayah berkata."Kiara yang kecil ini sudah kehilangan orang tuanya, kasihan sekali dia. Bukankah seharusnya aku lebih memperhatikannya?"Namun, sepertinya dia lupa, aku juga kehilangan ibu saat masih kecil.Sedangkan Kiara, adalah anak yang penurut dan pengertian menurutnya.Namun, pada hari ulang tahunku itu, Kiara datang ke kamarku dan mencuri kalung peninggalan ibuku.Aku mengejarnya ke lantai dua, dan melihat dia mengangkat kalung itu dengan muka jahat."Yolanda, apa kamu mau kalung ini?"Aku mengepalkan tanganku sambil menahan m

    Last Updated : 2024-11-12
  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 3

    Dengan gembira Kiara melompat-lompat kembali ke dalam rumah.Aku mengikutinya masuk ke dalam kamar yang dulunya milikku.Dulu, ini adalah kamar yang dipersiapkan oleh ibuku, tapi sekarang sudah tidak terlihat seperti sebelumnya.Kiara berbaring di tempat tidur, tidak sabar untuk menelepon seseorang."Aku mau bilang, si tua Teddy itu sudah setuju."Setelah itu, tidak tahu apa yang dikatakan di seberang telepon, tapi Kiara mengerutkan bibirnya dan berkata lagi."Tapi, kamu benar-benar nggak akan melepaskan Yolanda begitu saja, 'kan?"....Mendengar kata-kata Kiara, aku merasa sangat ketakutan.Keesokan harinya, mereka pergi ke lokasi kompetisi dengan mobil.Di sepanjang perjalanan, Ayah terlihat agak tidak fokus.Matanya sesekali menatap ponsel, tetapi tidak melakukan apa-apa.Aku mendekat dan baru menyadari bahwa namaku yang terpampang di layar itu.Apakah Ayah ingin meneleponku?Detik berikutnya, dia memang menelepon seperti yang aku duga."Maaf, nomor yang Anda hubungi ...."Namun, se

    Last Updated : 2024-11-12
  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 4

    Sinar matahari masuk dan menyinari tubuh tak bernyawa itu.Udara dipenuhi oleh bau busuk yang sulit digambarkan, begitu menyengat hingga membuat orang sesak.Kulitku sudah berwarna hijau keabu-abuan yang tampak tidak sehat, membengkak sampai sulit dikenali bentuk aslinya.Jaringan otot di sekitar lukaku telah terurai menjadi cairan nanah yang kental.Pada saat itu, waktu seakan berhenti berdetak.Tatapan Ayah jatuh pada sosok tidak berbentuk yang ada di samping Tante Sandra.Matanya tiba-tiba menyipit, seperti terkena pukulan keras dari palu besi yang dingin, dan tubuhnya bergetar hebat."Nggak mungkin ...."Ayah bergumam tidak percaya.Dia terhuyung-huyung beberapa langkah ke depan, seperti ingin menyentuh, tetapi tiba-tiba menarik tangannya kembali."Bagaimana bisa ... ini ... ini nggak mungkin nyata ...."Tante Sandra bangkit dengan sempoyongan, mendekati Ayah, dan dengan lemah menggenggam lengannya sambil bertanya."Bagaimanapun juga, Yolanda adalah anak kandungmu, satu-satunya dar

    Last Updated : 2024-11-12
  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 5

    Hari itu, saat Ayah kembali, matanya sudah penuh kemarahan dan dia berteriak padaku."Kenapa kamu harus berbohong?"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia katakan, dan hanya bisa menangis ketakutan.Tiba-tiba, salah satu tangannya mencengkeram leherku dengan kencang.Aku kesulitan bernapas dan ingin mendorongnya pergi.Namun, kekuatannya luar biasa. Aku sudah berusaha sekuat tenaga tetapi tetap tidak bisa melepaskan diri.Aku bergumam tanpa sadar."A .... Ayah!"Saat aku berpikir bahwa aku akan mati dicekiknya, Tante Sandra datang dan menyelamatkanku."Kak Teddy, apa yang kamu lakukan?"Tante Sandra menarikku ke dalam pelukannya dan menatap Ayah dengan penuh tanya.Akan tetapi, Ayah hanya terus marah dan menunjuk ke arahku.Dia berkata, "Kalau saja dia nggak berbohong, Susan nggak akan sampai mati! Dia yang berbohong padaku!""Yolanda baru lima tahun, apa yang dia tahu? Bagaimana bisa kamu menyalahkan seorang anak kecil?""Dia tahu Susan ada di pantai, tapi dia sengaja berbohong.

    Last Updated : 2024-11-12
  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 6

    Ayah buru-buru menaruh kotak itu dan langsung berlari keluar.Yansen adalah asisten Ayah, tetapi umurnya tidak jauh berbeda dengan Ayah.Ayah berjalan mendekatinya dan langsung bertanya."Apa yang terjadi dengan Kiara?"Melihat Ayah begitu cemas terhadap Kiara, aku merasa iri. Iri karena dia mendapatkan kasih sayang Ayah dengan begitu mudah.Seolah-olah tanpa perlu melakukan apa pun, hati Ayah sepenuhnya ada padanya.Kasih sayangnya kepada Kiara, bahkan seperti pada anak kandungnya sendiri.Meski begitu, aku tidak menyalahkan Ayah.Yansen menundukkan kepala dan memberi tahu Ayah."Nona Kiara diculik, penculiknya ingin Bapak sendiri yang berbicara dengannya!"Mendengar itu, Ayah langsung bergegas ke pintu, tetapi sebelum keluar, dia berbalik dan bertanya dengan suara pelan,"Yansen, kamu benar-benar sudah melepaskan Yolanda, 'kan?"Sekilas ada kepanikan di mata Yansen, tetapi dia segera menyembunyikannya."Ya, Pak Teddy, sudah!"Ayah menatapnya sekali lagi sebelum keluar.Padahal, kalau

    Last Updated : 2024-11-12
  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 7

    Kiara tertegun sejenak, namun tetap berpura-pura bingung."Om Teddy, apa maksudmu? Aku nggak mengerti!"Ayah langsung berkata kepadanya."Ternyata penculiknya adalah Yansen, dan kamu bersekongkol dengannya."Namun, Kiara masih berpura-pura bodoh."Om Teddy, aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan."Ayah menatapnya sambil tertawa mengejek.Pandangannya setajam elang, tertuju penuh pada Kiara, tanpa memberinya kesempatan untuk bersembunyi."Kalau kamu nggak tahu, biar aku jelaskan padamu.""Waktu itu, kamu memintaku hadir di kompetisi menarimu, ternyata niatmu adalah menculikku di perjalanan. Ketika rencana itu gagal, kamu dan Yansen berpikir untuk membuat seolah-olah kamu yang diculik, agar aku mau menukar saham perusahaan sebagai tebusan.""Tapi, saat panggilan video, aku melihat hal aneh. Tahi lalat di jari penculik itu sama persis dengan milik Yansen."Suara Ayah pelan, namun penuh wibawa, seolah-olah mampu menembus kedalaman hati.Setiap kata yang diucapkannya menghantam tepat pada k

    Last Updated : 2024-11-12
  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 8

    "Kenapa?"Ayah bertanya dengan geram.Namun, Yansen tiba-tiba berteriak gila padanya."Perusahaan Limanta seharusnya memang milikku dari awal! Kamu yang mengambilnya dan juga membunuh ibuku! Aku bersembunyi di dekatmu selama lebih dari sepuluh tahun hanya untuk bisa membalas dendam!"Aku pikir Ayah akan memukulnya sampai mati, tetapi dia hanya berkata."Kamu hanya seorang anak haram. Bagaimana kamu bisa berpikir kamu layak mendapatkan Perusahaan Limanta?"Setelah mengatakan itu, dia tidak peduli lagi dengan sumpah serapah Yansen di belakang dan langsung membuka pintu.Sekelompok polisi menyerbu masuk.Pergeseran mendadak ini membuatku agak bingung."Aku hanya tertegun melihat bulan sejenak pada malam itu, dan Ayah tiba-tiba melakukan hal ini.Namun, aku lupa, dia memang selalu tenang dan teliti.Dia hanya tidak ingin memikirkan lebih jauh tentang masalahku, tidak mau mengakui bahwa aku tidak bersalah.Aku mengikuti dia kembali ke rumah tua keluarga Limanta.Aku melihatnya berjalan semp

    Last Updated : 2024-11-12

Latest chapter

  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 8

    "Kenapa?"Ayah bertanya dengan geram.Namun, Yansen tiba-tiba berteriak gila padanya."Perusahaan Limanta seharusnya memang milikku dari awal! Kamu yang mengambilnya dan juga membunuh ibuku! Aku bersembunyi di dekatmu selama lebih dari sepuluh tahun hanya untuk bisa membalas dendam!"Aku pikir Ayah akan memukulnya sampai mati, tetapi dia hanya berkata."Kamu hanya seorang anak haram. Bagaimana kamu bisa berpikir kamu layak mendapatkan Perusahaan Limanta?"Setelah mengatakan itu, dia tidak peduli lagi dengan sumpah serapah Yansen di belakang dan langsung membuka pintu.Sekelompok polisi menyerbu masuk.Pergeseran mendadak ini membuatku agak bingung."Aku hanya tertegun melihat bulan sejenak pada malam itu, dan Ayah tiba-tiba melakukan hal ini.Namun, aku lupa, dia memang selalu tenang dan teliti.Dia hanya tidak ingin memikirkan lebih jauh tentang masalahku, tidak mau mengakui bahwa aku tidak bersalah.Aku mengikuti dia kembali ke rumah tua keluarga Limanta.Aku melihatnya berjalan semp

  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 7

    Kiara tertegun sejenak, namun tetap berpura-pura bingung."Om Teddy, apa maksudmu? Aku nggak mengerti!"Ayah langsung berkata kepadanya."Ternyata penculiknya adalah Yansen, dan kamu bersekongkol dengannya."Namun, Kiara masih berpura-pura bodoh."Om Teddy, aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan."Ayah menatapnya sambil tertawa mengejek.Pandangannya setajam elang, tertuju penuh pada Kiara, tanpa memberinya kesempatan untuk bersembunyi."Kalau kamu nggak tahu, biar aku jelaskan padamu.""Waktu itu, kamu memintaku hadir di kompetisi menarimu, ternyata niatmu adalah menculikku di perjalanan. Ketika rencana itu gagal, kamu dan Yansen berpikir untuk membuat seolah-olah kamu yang diculik, agar aku mau menukar saham perusahaan sebagai tebusan.""Tapi, saat panggilan video, aku melihat hal aneh. Tahi lalat di jari penculik itu sama persis dengan milik Yansen."Suara Ayah pelan, namun penuh wibawa, seolah-olah mampu menembus kedalaman hati.Setiap kata yang diucapkannya menghantam tepat pada k

  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 6

    Ayah buru-buru menaruh kotak itu dan langsung berlari keluar.Yansen adalah asisten Ayah, tetapi umurnya tidak jauh berbeda dengan Ayah.Ayah berjalan mendekatinya dan langsung bertanya."Apa yang terjadi dengan Kiara?"Melihat Ayah begitu cemas terhadap Kiara, aku merasa iri. Iri karena dia mendapatkan kasih sayang Ayah dengan begitu mudah.Seolah-olah tanpa perlu melakukan apa pun, hati Ayah sepenuhnya ada padanya.Kasih sayangnya kepada Kiara, bahkan seperti pada anak kandungnya sendiri.Meski begitu, aku tidak menyalahkan Ayah.Yansen menundukkan kepala dan memberi tahu Ayah."Nona Kiara diculik, penculiknya ingin Bapak sendiri yang berbicara dengannya!"Mendengar itu, Ayah langsung bergegas ke pintu, tetapi sebelum keluar, dia berbalik dan bertanya dengan suara pelan,"Yansen, kamu benar-benar sudah melepaskan Yolanda, 'kan?"Sekilas ada kepanikan di mata Yansen, tetapi dia segera menyembunyikannya."Ya, Pak Teddy, sudah!"Ayah menatapnya sekali lagi sebelum keluar.Padahal, kalau

  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 5

    Hari itu, saat Ayah kembali, matanya sudah penuh kemarahan dan dia berteriak padaku."Kenapa kamu harus berbohong?"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia katakan, dan hanya bisa menangis ketakutan.Tiba-tiba, salah satu tangannya mencengkeram leherku dengan kencang.Aku kesulitan bernapas dan ingin mendorongnya pergi.Namun, kekuatannya luar biasa. Aku sudah berusaha sekuat tenaga tetapi tetap tidak bisa melepaskan diri.Aku bergumam tanpa sadar."A .... Ayah!"Saat aku berpikir bahwa aku akan mati dicekiknya, Tante Sandra datang dan menyelamatkanku."Kak Teddy, apa yang kamu lakukan?"Tante Sandra menarikku ke dalam pelukannya dan menatap Ayah dengan penuh tanya.Akan tetapi, Ayah hanya terus marah dan menunjuk ke arahku.Dia berkata, "Kalau saja dia nggak berbohong, Susan nggak akan sampai mati! Dia yang berbohong padaku!""Yolanda baru lima tahun, apa yang dia tahu? Bagaimana bisa kamu menyalahkan seorang anak kecil?""Dia tahu Susan ada di pantai, tapi dia sengaja berbohong.

  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 4

    Sinar matahari masuk dan menyinari tubuh tak bernyawa itu.Udara dipenuhi oleh bau busuk yang sulit digambarkan, begitu menyengat hingga membuat orang sesak.Kulitku sudah berwarna hijau keabu-abuan yang tampak tidak sehat, membengkak sampai sulit dikenali bentuk aslinya.Jaringan otot di sekitar lukaku telah terurai menjadi cairan nanah yang kental.Pada saat itu, waktu seakan berhenti berdetak.Tatapan Ayah jatuh pada sosok tidak berbentuk yang ada di samping Tante Sandra.Matanya tiba-tiba menyipit, seperti terkena pukulan keras dari palu besi yang dingin, dan tubuhnya bergetar hebat."Nggak mungkin ...."Ayah bergumam tidak percaya.Dia terhuyung-huyung beberapa langkah ke depan, seperti ingin menyentuh, tetapi tiba-tiba menarik tangannya kembali."Bagaimana bisa ... ini ... ini nggak mungkin nyata ...."Tante Sandra bangkit dengan sempoyongan, mendekati Ayah, dan dengan lemah menggenggam lengannya sambil bertanya."Bagaimanapun juga, Yolanda adalah anak kandungmu, satu-satunya dar

  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 3

    Dengan gembira Kiara melompat-lompat kembali ke dalam rumah.Aku mengikutinya masuk ke dalam kamar yang dulunya milikku.Dulu, ini adalah kamar yang dipersiapkan oleh ibuku, tapi sekarang sudah tidak terlihat seperti sebelumnya.Kiara berbaring di tempat tidur, tidak sabar untuk menelepon seseorang."Aku mau bilang, si tua Teddy itu sudah setuju."Setelah itu, tidak tahu apa yang dikatakan di seberang telepon, tapi Kiara mengerutkan bibirnya dan berkata lagi."Tapi, kamu benar-benar nggak akan melepaskan Yolanda begitu saja, 'kan?"....Mendengar kata-kata Kiara, aku merasa sangat ketakutan.Keesokan harinya, mereka pergi ke lokasi kompetisi dengan mobil.Di sepanjang perjalanan, Ayah terlihat agak tidak fokus.Matanya sesekali menatap ponsel, tetapi tidak melakukan apa-apa.Aku mendekat dan baru menyadari bahwa namaku yang terpampang di layar itu.Apakah Ayah ingin meneleponku?Detik berikutnya, dia memang menelepon seperti yang aku duga."Maaf, nomor yang Anda hubungi ...."Namun, se

  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 2

    Saat usiaku tujuh tahun, Ayah membawa pulang Kiara.Hanya karena Kiara berkata dia suka kamarku, aku diusir ke kamar tamu.Setiap hari, Ayah sendiri yang mengantarnya berangkat dan pulang dari sekolah.Bahkan saat pertemuan orang tua, dia memilih untuk pergi ke kelas Kiara.Aku pun menjadi anak terlantar tanpa orang tua di mata teman-teman.Tante Sandra juga mengeluh tentang hal itu. Dia bilang, seharusnya Ayah tidak begitu pilih kasih.Namun, dengan santai Ayah berkata."Kiara yang kecil ini sudah kehilangan orang tuanya, kasihan sekali dia. Bukankah seharusnya aku lebih memperhatikannya?"Namun, sepertinya dia lupa, aku juga kehilangan ibu saat masih kecil.Sedangkan Kiara, adalah anak yang penurut dan pengertian menurutnya.Namun, pada hari ulang tahunku itu, Kiara datang ke kamarku dan mencuri kalung peninggalan ibuku.Aku mengejarnya ke lantai dua, dan melihat dia mengangkat kalung itu dengan muka jahat."Yolanda, apa kamu mau kalung ini?"Aku mengepalkan tanganku sambil menahan m

  • Jeritan yang Tak Terdengar   Bab 1

    Ketika kesadaranku perlahan kembali, aku melihat Ayah berjalan ke arahku.Aku langsung terdiam di tempat, tidak tahu harus berbuat apa.Namun, saat dia melewati tubuhku, aku baru menyadari bahwa dia sama sekali tidak bisa melihatku."Kiara, selamat ulang tahun!"Aku melihat dia tersenyum dan mengelus kepala sepupuku, Kiara, lalu memberinya sebuah hadiah yang dibungkus rapi."Terima kasih, Om Teddy!"Ulang tahun Kiara tujuh hari setelah ulang tahunku.Baru sekarang aku menyadari bahwa aku sudah meninggal tujuh hari.Mereka duduk mengelilingi kue yang indah, merayakan ulang tahun Kiara.Suasananya ramai dan penuh tawa!Sepertinya kehadiranku tidak menimbulkan perbedaan di sini.Dari kecil, ulang tahun Kiara selalu sangat meriah.Sedangkan ulang tahunku, tidak ada yang mau membahasnya, bahkan tidak ada yang peduli.Ketika Kiara hendak membuat permohonan, Tante Sandra yang ada di sampingnya tiba-tiba bertanya."Kak Teddy, di mana Yolanda? Kenapa dia nggak muncul-muncul?"Mendengar namaku,

DMCA.com Protection Status