“Nggak perlu,” kata Boris. Dia tidak berniat menangkap Mahendra.“Kita sudah tahu di mana dia berada, kenapa kita nggak tangkap dia?” tanya Jesse yang tidak mengerti.“Apa gunanya tangkap dia? Biar dia bertanggung jawab atas masalah ini? Huh, nggak sesederhana dan semudah itu. Di belakang Mahendra ada keluarga Cahyono. Sekalipun dia hanya anak angkat, keluarga Cahyono juga akan berusaha pakai segala cara dan koneksi yang mereka miliki untuk lindungi Mahendra demi menjaga kehormatan mereka. Aku nggak takut, tapi terlalu buang-buang waktu. Sekalipun pada akhirnya dia akan dihukum, prosesnya akan makan waktu terlalu lama. Aku nggak ingin buang-buang waktu dan tenaga padanya.”Sejak awal pikiran Boris tidak pernah berubah. Yang dia inginkan hanyalah memastikan Mahendra tidak akan pernah memiliki tempat untuk bertahan hidup lagi di Kota Binru, termasuk juga di Kota Jantera.Boris juga tidak pernah berpikir ingin menghukum Mahendra dengan jalur hukum. Tidak hanya memakan terlalu banyak waktu
Semua orang berkomentar. Pada saat yang sama, mereka bergegas kembali ke perusahaan masing-masing untuk merilis berita eksklusif ini.Setelah menerima kabar, Jesse menoleh ke belakang dan berkata, “Pak Boris, sudah beres.”“Oke, antar aku ke perusahaan,” jawab Boris dengan suara pelan. Kemudian, dia memejamkan mata dan bersandar di kursi belakang, diam tak bergerak.Shella yang duduk di sampingnya tidak berani mendekat. Dia hanya bisa duduk di sisi lainnya tanpa bergerak sedikit pun. Hingga mobil yang membawanya berhenti di depan pintu perusahaan dan Boris turun dari mobil, Shella segera berkata, “Pak Boris, saya ....”Boris tidak melihat Shella, apalagi bicara dengannya. Boris hanya menyerahkan segalanya kepada Jesse. Biar saja Jesse yang urus.Setelah Boris masuk ke perusahaan, Jesse berkata kepada Shella, “Sopir akan antar kamu pulang. Sampai di rumah, biar sopir yang buang pakaian yang sekarang kamu pakai. Setelah itu, kamu tetap diam di rumah, jangan muncul di depan publik dulu. K
Sementara itu, di rumah Tyara. Mahendra terus memperhatikan masalah itu. Sepanjang malam dia diselimuti oleh kegelisahan. Bahkan beberapa kali dia ingin menelepon Tyara untuk menanyakan situasinya.Setelah berita di internet, hatinya yang gelisah akhirnya menjadi lega. Dia melihat foto dan video Boris keluar dari hotel bersama “Tyara”. Senyum lebar seketika menghiasi wajahnya. Dia diam-diam berkata pada dirinya sendiri. Kali ini, dia akan menghancurkan Boris sepenuhnya.Mahendra tidak membuang-buang waktu. Dia segera mengambil tindakan selanjutnya. Dia membuka laptop Tyara dan mengirimkan sebuah artikel secara anonim.“Aku adalah staf yang kerja bersama Bu Tyara. Sebenarnya Bu Tyara bukan pacar Pak Boris. Karena Pak Boris tidak ingin bercerai, Bu Tyara sudah putuskan hubungan dengan Pak Boris. Tapi Pak Boris ancam dia dengan pekerjaan. Pak Boris bahkan menghentikan semua pekerjaan Bu Tyara.”“Tadi malam Bu Tyara pergi ke hotel untuk memohon pada Pak Boris soal itu. Dia memohon agar Pak
Internet adalah dunia yang sangat luas. Begitu sebuah berita tersebar, semua orang akan mengetahuinya.Begitu bangun, Jeni langsung melihat berita tersebut. Ditambah dengan bombardir panggilan telepon dari Caca, Jeni bisa mengetahui detailnya tanpa melihat berita di internet. Jeni terdiam selama beberapa menit. Hatinya tidak bisa tenang. Meskipun Boris bukan siapa-siapa bagi Jeni dan juga tidak ada hubungan langsung dengan Jeni, tetap saja masalah ini ada hubungan dengan Zola.Zola adalah orang yang paling penting bagi Jeni, lebih penting dari siapa pun. Jadi Jeni tidak bisa menahan diri lagi. Dia juga tidak bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Sejauh ini, sudah lima hari Zola tidak dapat dihubungi.Jika sebelum kejadian ini, Jeni masih bisa menahan diri. Demi keselamatan Zola, juga agar Zola tidak diganggu Mahendra. Namun setelah muncul kejadian ini, apakah Jeni masih bisa menahan diri dan duduk diam saja? Tidak mungkin bisa.Jeni bangun dari tempat tidur, lalu mandi dan berganti
Jeni merasa sedikit aneh. Tedy bisa saja menyuruh sekretarisnya turun dan membawanya ke atas, atau memberitahu bagian resepsionis untuk membiarkan Jeni langsung naik. Mengapa pria itu malah turun sendiri?Namun, Jeni tidak bertanya apa pun. Dia hanya mengikuti Tedy masuk ke lift. Di dalam lift hanya ada tiga orang. Suasananya sangat sunyi dan canggung.Tedy terus melihat Jeni dari ujung matanya. Dia pun berinisiatif memecah keheningan di antara mereka.“Kamu datang karena masalah Zola, kan?” tanya Tedy.Jeni tidak menyangkal. Dia menganggukkan kepala dan bertanya, “Aku sudah lihat berita di internet. Boris benar-benar bersama Tyara?”Tedy mengerutkan kening. Begitu tahu Jeni datang ke sini, dia sudah mengira Jeni datang karena masalah ini. Hanya saja, jantung Tedy tetap saja berdebar-debar, seakan-akan sedang menantikan sesuatu yang lain. Namun, pada saat mendengar Jeni mengakuinya secara langsung, ada sedikit rasa kecewa di dalam hatinya.Tedy tersenyum tipis dan menjawab, “Seharusnya
Bagaimana mungkin Tedy tidak tahu kecerdikan Jeni? Dia tidak ingin menyulitkan Jeni. Oleh karena itu, dia berkata, “Kalau kamu benar-benar ingin bertemu dengan Zola, satu-satunya cara hanya dengan pergi ke rumah keluarga Morrison dan minta mama mertuanya Zola bawa kamu ke sana. Kalau aku yang bawa kamu ke sana, Boris pasti nggak akan kasih masuk.”Setelah mendengar jawaban Tedy, Jeni pun terdiam sejenak. Setelah berpikir cukup lama, dia baru bertanya, “Kamu bisa temani aku?”Jeni tidak akrab dengan Rosita. Kalau dia tiba-tiba pergi ke sana, belum tentu dia bisa bertemu dengan Rosita. Jadi dia harus meminta bantuan Tedy.Tentu saja Tedy tidak akan menolak. Dia melihat jam tangannya sebentar. Mau tidak mau rapat harus ditunda hingga sore hari.“Boleh tunggu aku lima menit saja?” tanya Tedy.“Oke.” Jeni menganggukkan kepala.Kemudian, Tedy keluar dari ruangannya. Di kantor tinggal Jeni seorang diri. Saat ini dia baru punya waktu untuk melihat dekorasi dan barang-barang yang ada di ruangan
“Kalau begitu, dia bisa saja bawa Zola ke rumah kami. Kenapa harus biarkan Zola sendirian di vila?”Rosita masih saja tidak bisa terima. Setiap kali memikirkan Boris yang menipunya, juga memikirkan Zola yang sudah sendirian selama beberapa hari, Rosita merasa sangat bersalah pada Zola. Zola sedang mengandung anak Boris, cucu keluarga Morrison, tapi bagaimana cara keluarga Morrison memperlakukan Zola? Semakin dipikirkan semakin sakit hati rasanya.Sementara itu, Jeni hanya mengatupkan bibirnya dan diam saja. Dia tahu Rosita sangat baik pada Zola. Jadi dia pun berinisiatif membujuk Rosita, “Tante jangan khawatir. Zola pasti baik-baik saja. Pak Boris punya alasannya sendiri. Sampai di sana kita bisa bertemu Zola. Untuk urusan lainnya, kita bicarakan lagi setelah bertemu Zola. Tenangkan diri dulu, Tante.”Jeni tersenyum tipis. Ditambah lagi wajahnya yang memang sudah cantik, membuat orang yang melihatnya merasa hangat dan nyaman.Rosita pun berkata, “Teman Zola gadis baik juga seperti dia.
Zola menggelengkan kepalanya. Jeni menyerahkan ponsel kepadanya dan berkata, “Seberapa banyak yang kamu ketahui tentang Boris dan Tyara? Mereka nggak benar-benar punya hubungan, kan?”Zola menggenggam erat-erat ponsel di tangannya. Kedua matanya fokus membaca berita di internet. Dia tidak tahu apa-apa, apalagi yang terjadi luar sana. Saat melihat berita Tyara dan Boris di internet, Zola hanya merasa sangat bingung. Raut wajahnya sangat kaku. Jadi Boris mengurungnya di sini, tidak mengizinkannya keluar, hanya untuk bersama Tyara?Zola menundukkan kepala dan mengembalikan ponsel ke Jeni, lalu berkata dengan tenang, “Aku nggak apa-apa. Terima kasih kalian sudah datang ke sini. Dia bilang nggak kapan boleh biarkan aku keluar?”Tak satu pun dari ketiganya menjawab. Melihat hal itu, Zola pun langsung mengerti. Mereka datang tanpa sepengetahuan Boris. Dengan kata lain, jika Boris tahu, Boris juga tidak akan mengizinkan mereka datang.Zola merasa konyol. Jika Boris ingin mempublikasikan hubung
Boris menatap Sandra dengan wajah tanpa ekspresi. “Kompetisinya belum di mulai, kan? Kamu sangat peduli padanya?”Sandra mengerutkan kening. “Boris, aku perempuan, nggak suka sama perempuan.”Boris hanya mendengus sinis, seolah sedang berkata pada Sandra kalau di matanya pria atau perempuan sama saja.Sandra benar-benar tak berdaya. Tiba-tiba dia merasa tidak ingin mengatakan apa pun lagi. Sepertinya Boris sudah terlalu terobsesi.Untung saja, Boris juga tidak mengatakan apa-apa lagi. keduanya hanya mengobrol tentang peraturan babak kedua. Kali ini banyak peraturan baru yang ditambahkan, salah satunya sangat mengejutkan Sandra.Siapa pun yang diduga melakukan plagiarisme, konsekuensinya bukan hanya harus mengundurkan diri dari kompetisi, tapi juga harus memberikan kompensasi kepada penyelenggara serta desainer yang karyanya diplagiat, bahkan harus keluar dari dunia desain.Itu sama saja dengan memberitahu semua desainer yang ikut kompetisi. Jika mereka ingin melakukan plagiarisme, lebi
Boris memasang raut wajah dingin, sekali lagi mempertegas pendiriannya. Zola hanya tertawa tak berdaya.“Kenapa nggak bisa dibandingkan? Bukannya ini hal yang sama? Atau ada sesuatu di antara kamu dan Tyara yang bisa kamu beritahukan padaku?”“Zola!” Boris berkata dengan tegas, “Semakin kamu bersikap seperti ini, artinya kamu memang masih mencintai mantan pacarmu itu, kan?”“Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga masih mencintai Tyara?”Zola meniru nada bicara dan sikap Boris, lalu terus mendesak pria itu. Boris tertawa sinis. “Aku sudah beritahu kamu. Aku nggak punya perasaan seperti itu pada Tyara.”“Kalau nggak ada, kenapa kalian bermalam bareng di hotel?” tanya Zola dengan suara pelan.Sejauh ini, Zola hanya tahu kalau “Tyara” keluar dari hotel bersama Boris. Dia tidak tahu kalau perempuan itu bukanlah Tyara. Dia juga tidak tahu kalau Tyara sudah mengklarifikasi dia tidak bermalam dengan Boris di hotel. Oleh karena itu, dia hanya tahu Tyara dan Boris menghabiskan satu malam bersama d
Zola mengerutkan kening dan menatap pria di depannya. Boris jelas begitu dekat, tapi Zola merasa pria itu sangat jauh darinya. Zola memasang wajah tenang, karena dia tidak tahu apa yang terjadi di luar.Oleh karena itu, dia sedikit meragukan kata-kata Boris. Akan tetapi, sikap dan ekspresi yang Boris tunjukkan seolah sedang memberitahu Zola, kalau masalah benar-benar seperti itu.Sikap diam Zola membuat Boris tertawa pelan. “Kamu khawatir sesuatu akan terjadi padanya?”Zola tidak bicara. Boris berkata dengan nada mengejek, “Orang seperti Mahendra nggak akan mati begitu saja. Bagaimanapun juga, dia orang yang bisa lakukan apa saja untuk melarikan diri. Dia pasti berusaha keras untuk memastikan keselamatannya sendiri.”Bibir tipis Boris mengatup rapat. Sorot matanya menjadi begitu dalam, bagai sebuah lubang tak berdasar. Senyum mengejek merekah di bibirnya. Tidak ada kehangatan di ekspresi wajahnya.Wajah Zola penuh dengan kebingungan. Karena sikap ketus Boris membuatnya tidak bisa menah
Zola menatapnya dengan bingung. “Kenapa diam saja? Ayo ngomong. Kalau kamu memang ingin bersama Tyara, ngomong langsung saja sama aku. Aku nggak akan paksa orang lain, juga nggak akan menyulitkan siapa pun. Jadi bisa nggak kamu nggak usah perlakukan aku dengan cara seperti ini?”Boris tetap diam saja. Ini membuat Zola sangat gusar. Dia mengerutkan bibirnya dan menundukkan kepala. Kemudian, dia bertanya, “Apakah kamu marah karena aku sembunyikan soal Mahendra?”Lagi-lagi Boris tetap bungkam. Kali ini, Zola menganggapnya sebagai jawaban positif dari pertanyaannya barusan. Zola menghela napas dalam hati dan berusaha menenangkan diri.“Kalau memang karena itu, aku bisa jelaskan. Aku akui, aku memang tahu lebih dulu. Aku juga akui aku pernah ragu, aku pernah bimbang. Tapi hati nurani buat aku sadar kalau ini bukan perkara sepele. Bukan hanya dengan sebuah kebohongan bisa membuat segalanya seolah-olah nggak pernah terjadi.”“Jadi aku nggak pernah berpikir untuk nggak beritahu kamu. Aku juga
Boris membuka matanya dan memandang ke luar jendela. Di luar sudah gelap gulita. Dia menyipitkan mata, lalu berkata, “Bukan aku yang tentukan dia bisa hidup atau nggak, tapi apa yang dia rencanakan.”Jesse memacu mobil menuju tempat kejadian. Tim penyelamat sudah berkumpul dan melakukan pencarian.Begitu melihat Boris datang, Jodi segera menghampirinya dan menjelaskan situasi secara singkat.“Sekarang sudah malam, jadi pencarian agak sulit untuk dilakukan. Tapi bagaimanapun juga, ini sudah menyangkut nyawa orang. Pencarian tetap harus dilakukan. Kalau soal masih hidup atau nggak, masih belum tahu,” jelas Jodi.Boris menatap Jodi dengan wajah tanpa ekspresi. Kemudian, dia tertawa pelan. “Seharusnya kamu bilang belum tahu apakah orangnya bisa ditemukan atau nggak.”Jodi tidak mengerti maksud perkataan Boris. Namun, Boris sudah berbalik dan masuk ke dalam mobilnya tanpa memberi Jodi kesempatan untuk bertanya. Setelah duduk di dalam mobil, Boris menyuruh Jesse untuk menjalankan mobil. Urus
Kata-kata Boris membuat emosi Mahendra seketika meledak. Meskipun dia sedang terbaring di tanah, dia tetap berteriak keras, “Boris, kamu dan seluruh keluarga Morrison akan dapat ganjarannya. Kamu kira kamu sudah menang? Persetan, kamu belum menang, Boris. Ini baru permulaan. Kalian pasti akan bayar harga mahal!”Kutukan Mahendra membuat Boris tiba-tiba mengerutkan alis. Samar-samar dia merasakan sedikit perasaan gelisah ketika mendengar kata-kata itu. Boris sendiri tidak tahu dari mana datangnya rasa gelisah itu.Ekspresi di wajah Boris semakin dingin. Dia menyipitkan matanya dan bertanya, “Apa maksudmu?”Mahendra tidak bicara, hanya tertawa. Suara tawanya membuat emosi Boris perlahan-lahan berubah. Namun, Boris segera kembali tenang. Mungkin saja Mahendra mengatakannya hanya untuk membuatnya bingung.Boris menatap Mahendra dengan wajah tanpa ekspresi. Sesaat kemudian, polisi datang. Begitu melihat mobil polisi datang, Jesse langsung berjalan mendekat ke Boris dan berkata, “Pak Boris,
Senyum licik merekah di wajah Mahendra. “Boris, kamu tahu kenapa dia nggak langsung beritahu kamu saat Zola tahu dia hamil? Kamu nggak pernah pikirkan kenapa dia nggak beritahu kamu? Kamu sangat yakin anak di perutnya adalah anakmu, bukan anak orang lain? Kami selalu habiskan waktu bersama setiap hari. Lama-kelamaan akan tumbuh perasaan juga. Kamu nggak mungkin nggak mengerti, kan?”“Lagi pula, kenapa dia nggak lakukan apa pun setelah tahu aku yang jebak kamu dan Morrison Group? Dia juga nggak pernah berpikir mau beritahu kamu. Kamu nggak pernah pikirkan apa alasannya? Kalau dia benar-benar nggak peduli padaku sama sekali, dia bisa saja langsung ceritakan semuanya padamu begitu dia tahu. Jadi kenapa harus tunggu sampai kamu tahu?”Boris tidak bergerak juga tidak memberikan reaksi apa pun. Wajahnya sangat muram. Sorot matanya gelap, seolah-olah tertutup lapisan tinta hitam yang tebal. Ekspresi itu membuat Mahendra sangat puas. Dia mengucapkan kata-kata yang semakin keterlaluan, semakin
Permusuhan di antara keduanya benar-benar telah pecah. Tentu saja, Mahendra tidak akan membiarkan Boris pergi begitu saja.Mahendra tertawa sinis dan berkata dengan nada mengejek, “Memangnya kenapa kalau aku andalkan perempuan? Mereka juga melakukannya dengan sukarela. Dibandingkan denganmu, kamu lebih kasihan, Boris. Bagaimanapun juga, Zola nggak mencintai kamu. Di hatinya hanya ada mantan pacarnya. Dia nggak ada perasaan sama sekali padamu. Kalau bukan karena kamu yang terus bersikeras nggak mau cerai, kamu kira kalian berdua masih bisa jadi pasangan suami istri sekarang?”Kata-kata Mahendra membuat wajah Boris menjadi dingin. Amarah yang terpancar di matanya terlihat sangat jelas. Meskipun dia tahu Mahendra sengaja membuatnya kesal, Boris tetap saja tidak bisa menahan diri untuk tidak berpikir ke arah situ. Apakah Zola sendiri yang memberitahu Mahendra?Karena Boris tahu Zola punya mantan pacar. Zola menikah dengannya karena Zola ingin menjauhkan diri sepenuhnya dari mantan pacarnya
Tyara mengedipkan matanya pelan, agak linglung dan bingung. Namun, dia tidak tahan karena dimarahi oleh Mahendra seperti itu.Tyara mendengus sinis dan berkata, “Kamu nggak berhak marah aku. Siapa suruh kamu jebak aku? Seharusnya kamu beritahu aku lebih awal apa yang ingin kamu lakukan. Bukan dengan lakukan hal-hal yang merugikan aku tanpa sepengetahuan aku seperti sekarang.”Mahendra tidak ingin bicara omong kosong dengan Tyara. Dia tiba-tiba teringat sesuatu. “Dari semalam kamu sudah di rumah sakit?” tanya Mahendra.“Iya, dia sudah tahu.”Wajah Mahendra menjadi muram. Jadi apa maksud Boris dengan sengaja membuat keributan seperti itu? Tiba-tiba, Mahendra mengerti sepenuhnya. Boris sedang memaksanya untuk muncul.Ekspresi wajah Mahendra semakin tidak bersahabat. Dia pun menunjuk Tyara dan berkata, “Kamu akan bayar harga atas keputusanmu hari ini. Kamu kira kalau Boris tangkap aku, dia akan lepaskan kamu? Kamu salah, Tyara. Karena dia tahu kamu ingin jebak dia pakai obat, dia pasti sud