“Bu Tyara sangat murah hati. Apakah Bu Zola tahu tentang hubungan kalian?”“Tentu saja tahu. Aku juga berharap Boris dan Zola selalu bahagia. Aku akan selalu mendoakan mereka. Tapi kami sempat memiliki beberapa kesalahpahaman sebelumnya. Zola pernah punya rencana untuk bercerai. Tapi setelah semuanya jelas, hubungan mereka baik-baik saja. Aku harap jangan ada yang ganggu mereka.”Kata-kata Tyara langsung membuat para wartawan yang ada di sana menangkap poin terpenting.Salah satu wartawan bertanya, “Maksud Bu Tyara, Bu Zola pernah ingin bercerai?”Tyara tetap tersenyum. “Aku hanya bilang dia pernah punya rencana itu karena kesalahpahaman di antara kami. Tapi aku sudah bujuk dia. Kesalahpahaman juga sudah terselesaikan. Sekarang kami juga berteman. Aku ada urusan lain, jadi aku harus pergi dulu. Setelah semua sudah jelas, aku akan traktir kalian makan.”Tyara cepat-cepat masuk ke dalam mobil ketika para wartawan berhenti bertanya padanya. Setelah dia duduk di dalam mobil, manajer Tyra l
Boris merasakan arti kata takut untuk pertama kalinya. Dia pun segera menghubungi Jeni. Begitu panggilan tersambung, dia langsung bertanya, “Zola mana?”“Di kantor. Itu si Tyara sudah gila, ya? Sekarang semuanya maki-maki Zola. Mereka merasa Zola sengaja menjebak Morrison Group karena dia ingin dapatkan Morrison Group. Ponsel Zola hampir meledak karena dapat telepon terus. Ada banyak wartawan dan orang-orang yang menyebut dirinya relawan menunggu di bawah. Sekarang kita harus gimana?”Jeni terdengar cemas. Dia sungguh ingin mencekik Tyara sampai mati. Sementara itu, Boris sudah menduga akan terjadi hal seperti yang Jeni katakan. Makanya Boris segera menghubungi Zola untuk meminta Zola segera mematikan ponselnya.Setelah mendengar apa yang Jeni katakan, ekspresi Boris menjadi muram. “Kamu coba lihat bisa nggak bawa dia ke tempat parkir bawah tanah dan tunggu aku di sana. Aku akan segera pergi ke sana. Kalau nggak bisa, jangan keluar dari perusahaan. Sebelum aku sampai di sana, tolong ba
Tyara terdiam. Dia membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi pada akhirnya tidak jadi. Karena dia tidak tahu harus berkata apa. Selain itu, Mahendra juga tidak berniat memberinya kesempatan untuk bicara. Pria itu langsung menutup telepon.Mahendra melempar ponselnya ke atas meja, lalu menyipitkan matanya. Wajahnya tertutup oleh lapisan dingin.“Begini juga bagus. Biar Zola sadar siapa yang bisa lindungi dia.” Mahendra melihat orang-orang yang berkumpul di bawah. Dia memanggil sekretarisnya dan bertanya, “Bu Zola mana?”“Ada di kantornya, Pak.”“Dia sendiri?”“Iya, Pak.”Mahendra menganggukkan kepala, lalu berdiri dan pergi ke kantor Zola. Dia mengetuk pintu dan berkata, “Zola, ini aku.”“Ada apa?” tanya Zola.“Kamu nggak apa-apa? Barusan aku hubungi wartawan yang pernah kerja sama dengan perusahaan. Aku minta dia bantu cari tahu hal-hal di internet. Wartawan itu bilang masalah mungkin agak rumit. Kalau terus begini, nggak akan baik untuk kamu. Kamu sudah pertimbangkan soal hal yang
Mata Jeni spontan melebar, lalu dia terdiam. Melihat Jeni yang diam saja, Zola tersenyum dan berkata, “Kalau bukan aku orang yang terlibat dalam masalah ini, aku juga akan spontan memikirkan rumor ini. Bagaimanapun juga, orang-orang suka bergosip. Imajinasi mereka nggak terbatas. Jadi nggak akan ada orang yang nggak akan goyah selamanya.”“Zola, jangan pikir yang macam-macam. Jangan pedulikan apa pun yang orang lain pikirkan. Aku kenal kamu. Aku tahu kamu bukan orang seperti itu. Kalau kamu ingin dapatkan Morrison Group, kamu punya banyak cara. Nggak perlu sampai kotori namamu sendiri.”Jeni memberi perintah kepada Zola dengan tegas. Dia juga menyuruh Zola untuk menepis jauh-jauh pikiran itu. Zola hanya tersenyum tipis dan tidak memberikan tanggapan lain. Seandainya Boris benar-benar percaya dengan rumor, apa yang harus Zola lakukan?Zola tidak bisa apa-apa. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa mengendalikan pikiran dan hati orang lain. Jadi apa yang bisa dia lakukan? Biarkan saja semua b
Ekspresi Mahendra sedikit berubah, tapi pada akhirnya dia juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya menatap Jeni sebentar, lalu pergi.Sikap Mahendra membuat Caca tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, “Bu Jeni, Pak Mahendra suka sama Bu Zola, ya?”“Kenapa kamu tanya seperti itu?” Jeni pura-pura tidak tahu apa-apa.“Karena dia sangat baik pada Bu Zola. Dia selalu peduli dengan semua urusan yang berkaitan dengan Bu Zola. Tapi ....”“Tapi apa?”Caca terlihat ragu-ragu untuk bicara. Jeni pun berkata, “Tapi kebaikannya buat orang merasa tertekan?”Caca tidak bicara lagi. Namun, ekspresinya seolah bertanya mengapa Jeni bisa tahu. Jeni juga tidak berkata apa-apa lagi. Ternyata bukan hanya dia saja yang merasakan hal ini. Lantas, apa artinya?Artinya bukan Jeni yang salah, melainkan rasa suka Mahendra terhadap Zola yang salah. Jadi ini juga alasan mengapa dia tidak menyukai Mahendra, tidak mau bersikap baik pada pria itu.Namun, semua itu tidak penting. Sekarang Zola sudah menikah d
Pak Jodi berkata, “Sedang buat laporan. Kalau Pak Boris khawatir, saya bawa Anda ke ruang pengawas untuk melihat.”Karena orang itu adalah Boris, sehingga pihak polisi mengizinkannya karena hubungan mereka terjalin baik. Dan yang paling penting adalah Hartono dan Dimas memiliki banyak teman yang bekerja di kantor polisi. Oleh karena itu, Boris mengetahui prosedur dan peraturan di sana.Sedangkan Jodi adalah murid yang dibiayai oleh keluarga Morrison. Lelaki itu sudah bekerja cukup lama di sana. Dia bersikap cukup santun tanpa melupakan tugas dan kewajibannya.Jodi membawa lelaki itu ke ruang pengawas dan bisa melihat Zola tengah duduk di sebuah ruangan. Di depannya ada dua orang polisi perempuan yang tengah menginterogasi hubungannya dengan Boris. Dia juga bertanya pendapat Zola pada keluarga Morrison serta berbagai hal yang berhubungan dengan masalah ini.Boris menatapnya duduk di kursi dengan tenang. Bahkan jauh lebih tenang dari yang dibayangkan. Jika bukan karena saat ini ada di ka
Orang itu adalah Yandi. Lelaki itu mengenakan setelan jas hitam dan mengenakan kacamata bingkai emas. Dia terlihat lembut, elegan dan sopan. Yandi menganggukkan kepalanya pada Boris sebagai bentuk salam dan bertanya, “Bagaimana situasinya sekarang?”Boris berkata, “Pihak kepolisian memutuskan menahan Zola karena tekanan dari media dan berbagai pihak. Karena opini publik di media membuat polisi menganggap Zola sebagai tersangka utama.”Yandi mengangguk tanda mengerti. Dia langsung meminta untuk bertemu dengan pihak yang bertanggung jawab atas kasus ini. Boris melayangkan lirikan pada Jesse yang segera pergi mencari Jodi dan atasannya.Yandi berkata, “Saya adalah pengacaranya Zola. Saya ingin tahu kenapa klien saya harus ditahan. Saat ini, nggak ada bukti langsung yang menunjukkan bahwa klien saya terlibat dalam kejadian ini.”Jawaban dari pihak kepolisian tidak beda jauh dengan apa yang diberi tahu oleh Boris. Yandi menunjukkan beberapa tangkapan layar dari internet yang memperlihatkan
Setelah semua kehebohan yang terjadi, baik dari media, kerumunan orang, atau pun polisi yang langsung menjemputnya, semuanya adalah pengalaman pertama bagi Zola. Untuk seorang perempuan, pasti ini adalah hal yang menakutkan.Zola menggeleng dan berkata, “Nggak apa-apa. dibandingkan kalau aku ada di kantor atau turun sendiri, mungkin pergi bersama mereka lebih aman.Suaranya terdengar tenang tanpa ada emosi yang tersirat, tetapi mata Boris menatapnya dengan intens, seolah dalam sedetik lagi dia akan meledak. Wajahnya yang tampan pun mengeras dengan dingin sambil berkata, "Sekarang semuanya sudah beres. Mari kita pulang."Zola tidak langsung menjawab. Dia menatapnya dengan lembut, bibirnya sedikit terkatup. “Boris, aku sungguh baik-baik saja, jadi kamu nggak perlu mengkhawatirkanku.”Dia bisa merasakan rasa bersalah dan kegelisahan dalam diri Boris. Dalam situasi seperti ini, dia sebenarnya tidak ingin Boris kehilangan fokus. Dia seharusnya mencurahkan seluruh perhatiannya untuk menyelid