Share

Bab 439

Author: Jus Pir
“Kalau nggak, aku melihat dia menindasmu?”

“Boris, kamu baik sekali.”

Perempuan itu tersenyum tipis. Boris mendengus dan berkata, “Sekarang baru merasa aku baik?”

Senyuman di bibir Zola semakin lebar. Dia tidak menjawab dan hanya berkata, “Terima kasih.”

Boris tidak menjawabnya karena dia tidak ingin mendengar kata itu.

“Hari ini kamu tampil dengan baik. Kali ini, keberhasilanmu lolos seleksi awal nggak ada hubungannya denganku, itu sepenuhnya karena kemampuanmu sendiri. Aku sama sekali nggak terlibat dengan para juri, jadi kemenanganmu benar-benar murni."

Zola langsung terdiam. Kalimat lelaki itu seolah tengah menebak isi hatinya. Zola memang sudah memikirkan kemungkinan terburuk, tetapi Boris justru meyakinkan dia bahwa ini semua karena berkat kemampuannya sendiri.

Zola menunduk sesaat dan kemudian dia mengangguk. Boris menatapnya dalam-dalam, dan pada saat itu lampu hijau menyala. Dia melepaskan tangannya dan dengan serius mengemudi lagi.

Setelah mengantarkan perempuan itu kem
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 440

    "Siapa yang tahu? Bagaimanapun, orang seperti kamu bisa melakukan apa saja."Audy tidak mau mengakui, sementara Zola hanya menatapnya dengan tenang dan lekat. Dengan suara dingin Mahendra berkata, “Audy, sekarang di sini hanya ada kita bertiga. Kalau kamu jujur dan mengakuinya, kamu ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Atau kamu berharap semua orang tahu?” "Kak, jadi kamu nggak percaya sama aku? Aku sudah bilang, aku nggak melakukannya. Aku nggak serendah itu untuk memperhatikan urusannya. Kalau kalian nggak percaya, aku nggak bisa berbuat apa-apa. Kalau kalian punya bukti, tunjukkan saja!"Audy yakin mereka pasti tidak ada bukti. Kalau ada bukti, mereka juga tidak akan bertanya padanya. Audy merasa yang paling penting adalah melihat Zola dalam kesulitan, sisanya bukan hal yang penting. Audy menatap Zola dengan sorot sedikit mengejek, seolah-olah mengatakan, "kalau punya bukti, tunjukkan. Kalau nggak, jangan menuduh sembarangan."Zola hanya menyipitkan mata sedikit dan terseny

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 441

    “Audy, kamu ….” Alis mata Mahendra menyatu, dahinya mengerut dengan dingin.“Kamu mau pukul aku lagi? Tapi jelas-jelas kamu ….” “Cukup!” Mahendra memotong ucapan Audy dengan wajah kaku. Setelah itu dia menoleh ke arah Zola dan berkata, “Zola, menurutmu ….” Dengan suara tenang Zola berkata, “Kamu karena membenciku, jadi rela melakukan hal yang melanggar hukum? Audy, sejujurnya, itu nggak sepadan. Kalau aku jadi kamu, aku akan langsung cari Lucia dan meminta dia mundur dari kompetisi ini dan minta maaf secara terbuka. Setelah itu, aku nggak akan melanjutkan masalah ini.” Bagaimana pun, sekarang dirinya juga masih dalam masa kompetisi dan tidak ingin membuat masalah ini menjadi besar. Namun, Audy tidak bersedia dan berkata, “Kamu hanya ada obrolan ini saja dan nggak bisa dijadikan bukti. Aku bisa bilang kalau kamu sendiri yang buat dan menuduhku.” Zola tersenyum dan dengan sorot penuh arti berkata, “Jadi sekarang kamu sedang nggak mengakuinya?” “Bukan aku yang melakukannya, kenapa a

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 442

    “Jangan tanya kenapa, lakukan saja apa yang kuminta. Banyak sekali pertanyaanmu?” Wajah Lucia tampak keruh sambil masuk dalam akun halaman sosial medianya dan menuliskan beberapa patah kata di sana. “Maaf, aku memutuskan untuk mundur dari kompetisi karena karya yang aku gunakan untuk lolos bukanlah miliku karena aku mencurinya. Rasa bersalah dan nggak tenang yang membuatku memutuskan untuk mengakuinya secara terbuka. Mohon maaf, semoga kalian bisa memaafkan. Aku akan selalu mengingat agar nggak mengulangi kesalahan yang sama.”Lucia memiliki banyak pengikut di sosial media miliknya. Unggahannya tersebut membuat banyak orang marah dan tidak terima. Banyak yang mulai berspekulasi siapa sebenarnya desain yang dicuri oleh Lucia. Nama Zola sempat disebut, tetapi tidak ada yang menjawab dan mengakui. Semua orang hanya bisa sibuk menebak-nebak saja. Sikap Lucia langsung mendapat respons dari penyelenggara kompetisi dan mengeluarkan pernyataan resmi. Hal ini menguatkan bahwa Lucia memang me

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 443

    Kasus pencurian desain sementara bisa diakhiri, dan setelah babak awal kompetisi selesai, babak kedua akan dimulai sekitar 20 hari lagi. Selama waktu ini, selain mempersiapkan karyanya untuk kompetisi, Zola juga harus melanjutkan proyek dari Morrison Group.Zola sudah hamil empat bulan lebih, kalau yang tidak tahu dia hamil, tidak akan ada yang menyadarinya. Namun, orang yang tahu akan merasa kehamilan Zola kali ini cukup berat. Untuk meringankan beban kerjanya, Jeni mengambil alih sebagian tugasnya, seperti menyunting sketsa desain dan juga mengawasi perkembangan kerja tim Caca dan dua orang lainnya. Dengan begitu, Zola bisa fokus pada proyek Morrison Group.Setiap pagi, Zola pergi ke lokasi konstruksi untuk berkoordinasi dengan Pak Wanto terkait desain eksterior dan memeriksa bahan-bahan yang diperlukan. Di sore hari, dia akan pergi ke kantor Morrison Group untuk menunjukkan desainnya kepada Boris.Zola yang sudah beberapa hari tidak datang, membuat Jesse sedikit terkejut dengan ked

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 444

    Ciuman itu berlangsung lama, dari awal yang lembut hingga akhirnya menjadi lebih dalam dan intens. Boris melepas ciumannya ketika Zola hampir kehabisan napas. Napasnya terdengar berat, matanya tampak lebih gelap dan suaranya serak dan rendah."Sejak Jeni datang, kamu terlihat semakin dingin padaku. Malam ini beri tahu dia untuk kembali ke Jantera. Aku nggak ingin melihatnya lagi."Zola menghela napas dan berkata, "Setelah kamu memanfaatkannya, sekarang kamu ingin mengusirnya?""Dia terus lengket denganmu," balasnya dengan nada sedikit sombong.Zola menjawab dengan tenang, "Kami teman baik.""Teman baik sampai harus selalu bersama, ke mana-mana berdua?""Kalau begitu bagaimana denganmu? Kamu juga sering bersama Sandra akhir-akhir ini, bekerja setiap hari bersama, aku nggak pernah mengeluh apa-apa," jawabnya santai.“Kamu cemburu?” balas Boris sambil tersenyum. “Nggak,” jawab Zola menyangkal. Boris menatap wajahnya dengan lembut mencubit dagunya dan senyum tipis menghiasi bibirnya, "Be

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 445

    Ekspresi Boris makin dalam dan bertanya, “Makan bersamaku, ya?” “Nggak perlu. Kamu makan sama Bu Sandra saja. Aku hanya kebetulan lewat saja dan berpikir kalau kamu ada waktu maka kita pulang bersama. Karena kamu ada janji sama Bu Sandra, aku pulang sendiri saja.” Setelah selesai mengatakannya, dia tersenyum tipis, lalu melambaikan tangan kepada Sandra untuk berpamitan dan langsung berbalik pergi. Begitu dia memalingkan wajahnya, senyum di pipinya pun segera lenyap. Boris langsung mengikutinya dan menggenggam tangannya dengan lembut sambil berkata, "Kita turun bersama?"Zola tidak berkata apa pun dan tidak melepaskan tangannya. Dia membiarkan lelaki itu menggandengnya dan ketiganya turun bersama. Boris mengantarkan perempuan itu hingga di samping mobilnya dan membukakan pintu untuk Zola. “Minta Jeni makan malam bersamamu? Kalian mau makan apa? Biar aku yang pesan.” “Nggak perlu. Kamu nggak perlu mengurusku. Bu Sandra masih menunggumu, pergilah. Sampai jumpa.” Dia melambaikan tanga

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 446

    Zola hanya menyipitkan matanya. Terdengar suara Sandra yang menjelaskan, “Papaku meminta orang untuk untuk bawa daun teh ke sini. Dia sengaja memintaku untuk mewakili dia menemui Kakek. Kalau aku pergi sendiri, sepertinya nggak enak. Kalau sama kalian lebih nggak canggung. Boleh?” Boris terdiam dan raut wajahnya terlihat datar. Keningnya berkerut dalam seakan memikirkan sesuatu. Zola juga ikut terdiam. Telepon mereka masih belum terputus sama sekali. “Nggak enak, ya? Kalau begitu, juga nggak masalah. Aku akan kasih Kakek di lain waktu saja. Aku hanya berpikir kebetulan kamu dan Zola ke sana dan aku juga nggak ada urusan. Dengan begitu, nggak akan menghambat urusan pekerjaan juga. Tapi nggak masalah, aku cari waktu saja.” “Kalau begitu, ke sana bersama saja,” jawab Boris. Ekspresi Sandra terlihat tidak ada perubahan dan hanya bertanya, “Nggak akan mengganggu kalian makan keluarga, ‘kan?” “Nggak.” Setelah Zola mendengar percakapan mereka, dia langsung mematikan sambungan telepon t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 447

    Keduanya berbincang dan kemudian pelayan datang memberi tahu jika Boris sudah datang. Setelah itu, terlihat lelaki itu masuk bersama dengan Sandra. Sandra membawa kotak teh yang berbentuk elegan dan mahal. Dengan sopan dan anggun, dia menyapa Kakek serta orang tua Boris, "Kakek, Om, Tante, selamat sore. Maaf mengganggu tiba-tiba." Dengan datar Hartono menjawab, “Nggak perlu sungkan, asal kamu nggak keberatan dengan makanan sederhana, itu sudah cukup.”Karena sikap Sandra yang ramah, mau tidak mau semua orang bersikap sopan dengannya. Setelah itu, Sandra dan Hartono serta Dimas mulai membahas kerja sama Morrison Group. Meski dia adalah perempuan, di hatinya terdapat semangat seorang lelaki. Kelak, Gordi Group akan dikelola oleh dia karena perempuan itu anak tunggal. Sandra bercanda sambil berkata, "Papaku khawatir kalau suami yang aku temui nanti nggak bisa mengelola perusahaan, jadi sekarang hanya aku yang harus bekerja keras."Hartono menjawab, “Di zaman sekarang, lelaki dan peremp

Latest chapter

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status