Share

Bab 205

Penulis: Jus Pir
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Zola tetap diam. Boris mencengkeram dagu Zola, lalu menyipitkan mata dan berkata sambil menggertakkan gigi, “Jawab aku, Zola. Kamu usir dia, nggak?”

“Boris, sekalipun dia hanya teman biasa, aku nggak bisa usir dia. Apalagi Mahendra bukan hanya sekadar teman, dia juga partner kerja yang sudah banyak bantu aku.”

“Jadi nggak peduli apa pun yang aku katakan, kamu tetap nggak mau jaga jarak darinya?” Sorot mata Boris menjadi dingin. Cengkeraman tangannya di dagu Zola juga mengencang. Dia menundukkan kepala semakin mendekat ke arah Zola. Hembusan napas yang panas menerpa wajah dan leher Zola.

Zola hanya menatap Boris acuh tak acuh. “Aku nggak mengerti apa yang kamu maksud dengan jaga jarak. Apakah aku harus putus kontak dengan semua lawan jenis? Meskipun mereka hanya teman atau rekan kerja juga nggak boleh? Kalau begitu, apakah itu artinya aku harus berhenti kerja di perusahaan dan kerja sendiri di rumah?”

“Aku nggak minta kamu jaga jarak dengan semua orang, hanya dengan mereka yang punya ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 206

    Zola tidak menyembunyikan apa pun, tapi dia juga tidak banyak bicara. Dia bisa membicarakan banyak hal dengan Jeffry, tapi tidak dengan Mahendra. Karena Zola tahu, perasaan Mahendra terhadapnya tidak hanya sekadar teman. Namun, Zola tidak mungkin bersatu dengan Mahendra. Oleh karena itu, dia tidak akan pernah memberikan kesempatan.Setelah Mahendra selesai masak, jam sudah menunjukkan pukul 12. Mahendra tidak tinggal untuk makan.“Pak Boris nggak senang kalau aku tetap di sini. Kehadiranku juga akan pengaruhi hubungan kalian berdua. Aku nggak mau menyulitkan kamu.”Zola mengerutkan kening. “Nggak apa-apa. Dia hanya mau cari masalah denganku. Karena aku sudah buat dia demam dan sakit.”“Kebetulan aku juga ada janji dengan orang lain di dekat sini. Sekarang ke sana waktunya juga pas,” kata Mahendra.Mahendra bersikeras untuk pergi tanpa makan. Setelah berusaha menahannya sebentar, Zola pun tidak memaksanya lagi. Dia mengantar Mahendra sampai ke depan pintu, lalu berkata, “Mahendra, lain

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 207

    “Kenapa kamu selalu libatkan orang lain? Bukannya kamu sendiri bilang kalau urusan kita ya urusan antara kita berdua, nggak usah libatkan orang lain?”“Dia yang datang sendiri. Aku nggak libatkan dia secara paksa.”“Tapi kamu selalu ungkit soal dia, bukan?”Nada bicara Zola sangat tenang. Boris sendiri yang terus menekankan padanya untuk tidak melibatkan Tyara dalam urusan di antara mereka. Lantas, kenapa sekarang Boris terus melibatkan Mahendra?Boris menatap Zola. Dia juga menggosokkan tangannya yang memegang dagu Zola. Tidak jelas emosi yang terkandung dalam suaranya.“Jadi kamu mau jaga jarak dengannya, nggak? Aku nggak suka kamu terlalu dekat dengannya. Aku juga nggak suka lihat dia dekati kamu dengan maksud lain. Dia punya niat lain. Lebih baik jangan terlalu sering berhubungan dengan orang seperti itu.Zola mengerutkan kening, merasa Boris sangat keterlaluan. Zola juga merasa sangat tidak senang. Namun, tanpa menunggunya bicara, pria itu tiba-tiba mendekatkan wajahnya. Bibir tip

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 208

    “Nggak lakukan apa pun. Aku hanya ganti lauk,” kata Boris dengan enteng.Zola mengerutkan alis. “Boris, kamu nggak merasa keterlaluan bilang kamu hanya ganti lauk? Kalau kamu nggak mau makan makanan ini, kamu boleh makan bubur. Tapi jangan sia-siakan kebaikan orang lain, oke?”“Nggak ada yang suruh dia datang ke sini. Dia yang datang sendiri tanpa diundang. Aku biarkan kamu undang dia masuk sudah termasuk beri kamu muka. Sekarang kamu kira aku izinkan kamu makan makanan yang dia masak?”“Kamu nggak izinkan pun aku juga sudah makan.”“Sudah makan ya sudah makan.”Usai berkata, Boris langsung memberikan isyarat mata kepada Jesse, menyuruh Jesse bergerak lebih cepat. Jesse melirik Zola dengan hati-hati, lalu cepat-cepat ganti piring dan masukkan semua makanan itu ke dalam rantang. Jesse pun langsung pergi tanpa menunggu lebih lama.Suasana di ruangan tersebut seketika menjadi sunyi senyap, udara terasa berat. Namun, itu bagi Zola sendiri. Boris malah tetap bersikap tenang, seolah tidak pe

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 209

    Zola tidak bicara, maka Boris menganggapnya sebagai jawaban iya. Suasana di antara keduanya pun menjadi kian dingin. Boris bahkan memberi peringatan kepada Zola.“Zola, kamu dengar baik-baik. Kalau dia berani datang cari kamu lagi, dan kamu berani berduaan dengannya lagi, aku pasti akan tendang dia keluar dari Kota Binru!”Usai berkata, Boris sudah berbalik dan kembali ke kamar. Zola hanya berdiri tercengang di tempat. Dia benar-benar merasa frustrasi. Kenapa Boris tidak merasa ada yang salah ketika dia dekat dengan Tyara, sedangkan dia malah tidak boleh dekat dengan siapa pun. Pertama Mahendra, lalu Jeffry.Boris begitu mendominasi, tidak mengizinkan Zola terlalu banyak interaksi dengan mereka. Bahkan meminta Zola menjaga jarak dengan mereka. Apakah karena sudah menikah, Zola tidak boleh punya satu pun teman lawan jenis?Zola menarik napas dalam-dalam. Dia bersandar di sofa dan menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. Entah berapa lama waktu berlalu, ponsel di atas meja sofa tib

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 210

    Zola mengerutkan alis. “Kamu terlalu banyak berpikir. Aku hanya mau keluar jalan-jalan santai sebentar. Aku sudah di rumah selama dua hari tanpa melakukan apa pun.”Zola boleh saja tidak berolahraga, tapi janin dalam perutnya perlu cari angin segar supaya suasana hati yang baik tetap terjaga. Tentu saja, Zola tidak akan memberitahu hal itu pada Boris.Boris memperhatikan ekspresi dan tatapan mata Zola. Pada detik berikutnya, dia baru menjawab, “Kalau begitu pergi saja.”Zola menarik kembali tatapannya. Kemudian, dia membuka pintu dan keluar. Di luar dugaannya, Boris ternyata ikut keluar dan menutup pintu lebih dulu darinya.Zola menatapnya dengan bingung. Belum sempat berkata apa-apa, dia mendengar suara berat pria itu. “Bukannya mau jalan-jalan? Ayo.”“....”Zola masih berdiri diam sambil mengerutkan kening. Boris sudah berjalan ke depan lift dan menekan tombol pintu lift.Zola berjalan pelan-pelan ke arah pria itu dan berdiri di sampingnya. “Kamu mau pergi juga?” tanya Zola dengan su

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 211

    Boris mengerutkan kening, sorot matanya dipenuhi dengan rasa tidak senang. “Hanya itu yang ingin kamu katakan padaku?”“....”Zola menatap Boris sambil tercengang sejenak. Kemudian, dia mendengar pria itu berkata lagi, “Nggak ada yang ingin kamu katakan padaku lagi? Kamu nggak perhatikan apa yang baru saja terjadi?”Apa yang terjadi? Boris diincar seseorang? Wajah Zola begitu tenang, hampir tidak ada gejolak emosi apa pun. Nada bicaranya juga sangat tenang.“Lantas kenapa kalau aku perhatikan? Aku nggak bisa kendalikan pikiran orang lain. Bagaimanapun, setiap orang punya rasa suka.”Boris merasa sarafnya seperti busur yang direntangkan sampai batasnya dan bisa patah kapan saja. Raut wajahnya menjadi muram. Suaranya juga menjadi sangat dingin.“Jadi sebagai seorang istri, kamu sama sekali nggak bereaksi saat ada perempuan lain mau minta nomor telepon suamimu langsung di depanmu?”Zola tersenyum. “Boris, apa yang kamu ingin aku lakukan? Debat dengannya? Atau peringatkan dia supaya jangan

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 212

    “Nggak keluar setiap hari. Cuma dua kali. Lagi pula, belum terlalu malam juga,” kata Zola.“Kamu tahu nggak keluar sendirian jam segini sangat berbahaya? Mulai sekarang kamu nggak boleh pergi lagi jam segini.”Zola tidak berkata apa-apa. Dia hanya sibuk mengeluarkan isi belanjaannya dari dalam kantong dan menaruhnya di kulkas. Boris tidak senang karena sikap Zola. Dia langsung pergi menutup pintu kulkas, lalu menekan tubuh Zola ke pintu kulkas. “Zola, aku sedang bicara denganmu. Dengar, nggak?”Jarak keduanya begitu dekat. Zola terkejut. Dia mendongakkan kepala untuk menatapnya, mendapati mata dan wajah tampan pria itu sedang memancarkan aura tidak ingin dibantah.“Zola, jawab aku!” Boris mengulangi perkataannya lagi.Zola baru menjawab, “Iya, tahu.”Usai menjawab, Zola mendorong Boris menjauh darinya. Apakah pria itu tidak tahu kalau berada sedekat itu rasanya gerah dan tidak nyaman? Terutama saat Zola bisa merasakan dengan jelas napas satu sama lain. Itu membuat tubuhnya menjadi tega

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 213

    Ada makna kuat yang tersirat dalam kata-katanya. Setelah tertegun sejenak, pipi Zola seketika memanas. Tanpa sadar dia langsung menahan dada Boris, tapi sepertinya usahanya itu sama sekali tidak berpengaruh.Zola diam-diam mengatur pernapasan dan emosinya, lalu berkata dengan tenang, “Sebenarnya kamu mau apa?”“Aku nggak melakukan apa pun. Kamu nggak mau cium aku, memangnya kamu juga nggak izinkan aku berdiri di sini?”Boris tersenyum lembut. Zola juga sudah mengerti sepenuhnya. Boris memang tidak mengancamnya dengan kata-kata, melainkan dengan tindakan. Zola menarik napas dalam-dalam, lalu berjinjit dan langsung mencium bibirnya.Bibir Zola agak dingin. Dia hanya mengecup sebentar dan hendak pergi. Namun, mata Boris menyipit ketika melihat Zola yang akhirnya mengambil inisiatif. Wajahnya yang tampan dipenuhi dengan emosi yang hangat. Kemudian, dia langsung mengambil kendali dan menempelkan bibirnya ke bibir Zola lagi.Ciuman kali ini berlangsung sangat lama. Boris baru mengakhiri cium

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 554

    Zola mengerutkan bibirnya. Otaknya terus memikirkan apa yang baru saja Jeni katakan. Mahendra begitu hati-hati, bahkan polisi pun tidak berhasil menemukan petunjuk setelah melakukan penyelidikan selama berhari-hari. Lantas, mengapa Zola bisa tahu? Apakah ini hanya kebetulan? Ataukah karena Zola memang lebih beruntung?Semakin Zola memikirkannya, perasaannya semakin gelisah. Bagaimanapun juga, dia baru pertama kali mengikuti Mahendra, tapi sudah membuat kemajuan begitu besar. Rasanya sulit dipercaya.“Kita pulang saja,” kata Zola.Tidak ada gunanya terus mengikut. Sekarang Zola tidak yakin apakah Mahendra curiga kalau Zola mengikutinya. Jika Mahendra benar-benar curiga, tapi sengaja mengungkapkan semuanya kepada Zola, lalu apa maksud Mahendra? Apakah Mahendra ingin Zola memberitahu Boris?Zola tenggelam dalam rasa bingung dan tidak dapat menemukan jawaban. Setelah kembali ke perusahaan, Zola langsung pergi ke kantornya. Dia merasa lelah, pinggangnya juga sakit. Jadi, dia langsung baring

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 553

    Setelah Jeni selesai bicara dengan sopir taksi, Zola juga melihat pintu belakang lokasi konstruksi terbuka. Setelah kejadian gedung runtuh, Zola dan Boris juga masuk ke tempat kejadian melalui pintu itu.Zola mengerutkan kening, bahkan tidak berani mengedipkan matanya. Seolah dia takut melewatkan petunjuk apa pun. Dia terus menatap ke arah pintu. Begitu dia melihat sosok pria yang keluar dari balik pintu, Zola langsung tercengang.Zola tidak berani percaya. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan membuka kameranya. Kemudian, dia mengarahkan kamera ke arah orang itu dan menggunakan mode zoom sampai maksimal. Setelah memastikan kalau dia tidak salah lihat, dia pun bergumam, “Kenapa dia?”Wajah Zola terlihat sangat serius dan kaget. “Siapa?” tanya Jeni.Sebelum Zola dapat menjawab, si sopir taksi bertanya, “Dik, kenapa yang keluar pria? Kamu nggak salah?”Jeni sedikit bingung, tapi dia segera menjawab, “Dia sengaja. Dia takut ketahuan sama aku dan aku dapatkan bukti. Sebenarnya pria atau pe

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 552

    Zola mengerutkan kening. Matanya spontan melebar. Dia bahkan tidak berani bernapas. Kata-kata Mahendra membuat hati Zola langsung mencelos.Setelah mendengar Mahendra menutup telepon, Zola segera berjalan ke pojokan, lalu berdiri di sana cukup lama. Namun, dia tak kuasa menenangkan jantungnya yang masih berdetak kencang.Zola mendengar langkah kaki Mahendra keluar dari ruang pantry. Kemudian, Zola baru pergi ke toilet. Beberapa menit kemudian, dia baru keluar dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Akan tetapi, pikirannya dipenuhi dengan kata-kata yang Mahendra ucapkan barusan.Mahendra sedang bertelepon dengan siapa? Apakah dengan orang yang terlibat dalam insiden gedung runtuh? Apakah dalang di baliknya atau komplotan Mahendra?Zola memikirkan banyak hal, hingga dia merasa kepalanya seperti mengembang. Setelah keluar dari toilet, dia kembali ke kantornya. Baru saja masuk, dia melihat Mahendra ada di dalam. Begitu melihat Zola datang, Mahendra langsung bertanya, “Zola, kamu habis d

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 551

    Zola mengirim pesan ke Jeni, “Masih tidur?”Jeni pasti tidur larut malam, jadi Zola tidak ingin mengganggunya. Jika Jeni tidak membalas pesannya, dia akan membiarkan Jeni istirahat di rumah. Hari ini tidak perlu pergi ke perusahaan. Siapa sangka, Jeni langsung membalas pesannya.“Nggak, baru saja selesai mandi. Kamu sudah bangun?” balas Jeni.“Iya, kalau begitu ayo ke sini sarapan.”Jeni pun membalas dengan satu kata oke. Beberapa menit kemudian, keduanya duduk berhadapan di meja makan.“La, aku pengen tanya sesuatu ke kamu,” kata Jeni.“Hmm?”“Kamu yang beritahu Boris soal mantan pacarmu?” tanya Jeni dengan hati-hati.Zola tertegun sejenak, lalu berkata, “Iya, aku yang beritahu.”“Jadi kamu sengaja bilang ke dia kalau alasan kamu menikah dengannya karena mantan pacarmu?”“Dia tanya sama kamu?”Jeni menganggukkan kepala. “Dia tanya sebenarnya siapa mantan pacarmu. Tapi kamu tenang saja, aku kasih jawaban ambigu. Jadi dia pasti nggak bisa tebak.”Jeni menceritakan percakapannya dengan B

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 550

    Jeni tidak langsung menjawab. Sikap diam dan tercengangnya terlihat di mata Boris. Boris pun bertanya, “Kenapa? Ada sesuatu yang nggak bisa dikatakan?”“Kamu mau jawaban apa? Tentang siapa?”“Menurutmu?”Ekspresi wajah Boris tidak berubah. Dia menatap Jeni dengan acuh tak acuh, seolah sedang berkata kepada Jeni bukankah sudah jelas.Jeni mengerutkan bibirnya dan berkata, “Kamu ingin tahu soal apa?”“Sebenarnya siapa mantan pacar yang nggak pernah bisa dia lupakan itu?”Suara Boris berat dan serak, terdengar sedikit dingin. Kata-katanya membuat Jeni langsung diam tercengang.Mantan pacar Zola? Zola mana punya mantan pacar? Meskipun banyak orang yang mendekati Zola, Zola tidak pernah pacaran dengan pria lain. Bukankah di hati Zola hanya ada Boris?Jeni menatap Boris dengan bingung. Raut wajah dan sorot matanya seperti sedang bertanya, “Apakah kamu yakin ingin tanya soal mantan pacar Zola?”Boris memperhatikan sorot mata Jeni. Dia mengira Jeni merasa serba salah, jadi tidak tahu harus ber

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 549

    “Kamu nggak tidur?”“Aku duduk sebentar, takut Tedy menggila.”Boris menundukkan kepalanya dan menyalakan sebatang rokok. Zola tahu kalau pria itu sedang dalam suasana hati yang buruk. Boris tidak hanya merokok, juga minum alkohol. Sejak tahu Zola hamil, Boris hampir tidak pernah merokok di depan Zola.Zola berdiri diam di tempat sambil menatap Boris dengan lekat. Suasana ruang tamu sangat sunyi, saking sunyinya mereka seolah bisa mendengar jelas suara napas satu sama lain.Boris menatap Zola dari balik asap putih. “Kenapa kamu nggak masuk ke kamar dan tidur?”“Boris, kamu marah sama aku, ya?”“Mana mungkin.” jawab Boris dengan acuh tak acuh.Jawaban Boris bukanlah “tidak” yang tegas, melainkan “mana mungkin”. Kalau bukan marah, apa namanya?Zola mengerutkan bibirnya dan berkata, “Aku sudah katakan berkali-kali. Aku nggak punya perasaan lain terhadap Mahendra. Juga nggak akan pernah ada. Baik itu dulu, sekarang atau di masa depan, nggak akan pernah ada.”“Kamu begitu yakin dengan sesua

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 548

    Boris menyipitkan mata, seperti kebingungan. Raut wajahnya tidak selembut biasanya. Boleh dibilang, sorot matanya agak dingin.Boris bersandar pada sofa dan membuka dua kancing kemejanya, memperlihatkan dadanya yang putih.“Mungkin dia ikut aku naik. Tapi aku rasa masalah ini harus diserahkan ke Jeni, biar dia tangani sendiri. Tedy mabuk. Kalau kita usir dia dan terjadi sesuatu padanya, siapa yang akan tanggung jawab? Selain itu, sudah jam segini. Sopir dan sekretarisnya pasti sudah tidur. Suruh mereka datang juga akan makan waktu lama. Jadi kamu mending suruh Jeni bawa dia masuk saja.”Semakin lama Zola mendengarkan Boris bicara, dia semakin mengerutkan kening. “Kamu bisa bawa dia ke hotel terdekat, nggak? Dengar dari suara Jeni, dia cukup frustrasi. Bagaimanapun juga, Tedy orang yang punya tunangan. Nggak baik kalau sampai tersebar ....”“Kamu perhatian sekali sama Jeni. Kamu perhatikan sampai detail setiap masalahnya.” Boris berkata dengan acuh tak acuh. Usai berkata, dia berdiri da

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 547

    Keduanya langsung terdiam. Kemudian, mereka membawa Tedy ke dalam lift tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Keempat orang itu berdiri di dalam lift, suasananya terasa agak aneh. Untung saja, saat ini sudah larut malam bahkan menjelang subuh. Jadi tidak ada siapa-siapa. Kalau tidak, mereka mungkin akan dikira penjahat atau apa pun itu.Setelah sampai di lantai tujuan, Boris menunjuk ke pintu di seberang unitnya. “Jeni tinggal di sana. Bilang padanya, kalau dia mau cari Jeni, ketuk pintu saja.”Usai berkata, Boris berbalik dan membuka pintu di depannya lalu langsung masuk. Sandy hanya bisa menghela napas tak berdaya.“Siapa yang suruh kamu provokasi dia,” kata Sandy kepada TedySetelah itu, Sandy menunjuk ke pintu di seberang dan mulai mencuci otak Tedy dengan gila-gilaan. Dia terus berkata kalau Tedy ingin bertemu Jeni, langsung ketuk pintu saja.Tedy yang minum terlalu banyak benar-benar sudah mabuk hingga menjadi linglung. Begitu mendengar nama Jeni, dia pun semakin menggila. Setelah m

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 546

    Usai berkata, Boris mengalihkan pandangannya ke dua orang lainnya. Keduanya tidak berdaya, pada akhirnya hanya bisa mengangguk dan menyetujui kata-kata Boris.Tedy mengambil gelas dan menghabiskan minumannya dalam satu tegukan. Alkohol yang panas menyengat mengalir ke dalam tenggorokannya, tapi tidak bisa membuat hatinya mati rasa.Sementara itu, Sandy dan Rendi langsung pura-pura tidak tahu apa-apa dan segera membuang muka. Karena mereka takut Boris juga akan mengatai mereka.Kata-kata yang Boris ucapkan membuat suasana di dalam ruangan menjadi hening mencekam. Awalnya hanya dia sendiri yang minum, tapi sekarang ada dua orang. Sepertinya yang kedua lebih banyak minum.Mereka berada di klub hingga menjelang subuh. Boris minum beberapa gelas, tapi dia tidak mabuk. Yang mabuk justru Tedy. Mulutnya terus komat-kamit, terus berteriak ingin pergi mencari Jeni.Akan tetapi, tidak ada yang menanggapi kata-kata Tedy. Sandy dan Rendi memapahnya. Sopir membawa mobil ke depan pintu masuk, lalu me

DMCA.com Protection Status