Share

Bab 207

Penulis: Jus Pir
“Kenapa kamu selalu libatkan orang lain? Bukannya kamu sendiri bilang kalau urusan kita ya urusan antara kita berdua, nggak usah libatkan orang lain?”

“Dia yang datang sendiri. Aku nggak libatkan dia secara paksa.”

“Tapi kamu selalu ungkit soal dia, bukan?”

Nada bicara Zola sangat tenang. Boris sendiri yang terus menekankan padanya untuk tidak melibatkan Tyara dalam urusan di antara mereka. Lantas, kenapa sekarang Boris terus melibatkan Mahendra?

Boris menatap Zola. Dia juga menggosokkan tangannya yang memegang dagu Zola. Tidak jelas emosi yang terkandung dalam suaranya.

“Jadi kamu mau jaga jarak dengannya, nggak? Aku nggak suka kamu terlalu dekat dengannya. Aku juga nggak suka lihat dia dekati kamu dengan maksud lain. Dia punya niat lain. Lebih baik jangan terlalu sering berhubungan dengan orang seperti itu.

Zola mengerutkan kening, merasa Boris sangat keterlaluan. Zola juga merasa sangat tidak senang. Namun, tanpa menunggunya bicara, pria itu tiba-tiba mendekatkan wajahnya. Bibir tip
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 208

    “Nggak lakukan apa pun. Aku hanya ganti lauk,” kata Boris dengan enteng.Zola mengerutkan alis. “Boris, kamu nggak merasa keterlaluan bilang kamu hanya ganti lauk? Kalau kamu nggak mau makan makanan ini, kamu boleh makan bubur. Tapi jangan sia-siakan kebaikan orang lain, oke?”“Nggak ada yang suruh dia datang ke sini. Dia yang datang sendiri tanpa diundang. Aku biarkan kamu undang dia masuk sudah termasuk beri kamu muka. Sekarang kamu kira aku izinkan kamu makan makanan yang dia masak?”“Kamu nggak izinkan pun aku juga sudah makan.”“Sudah makan ya sudah makan.”Usai berkata, Boris langsung memberikan isyarat mata kepada Jesse, menyuruh Jesse bergerak lebih cepat. Jesse melirik Zola dengan hati-hati, lalu cepat-cepat ganti piring dan masukkan semua makanan itu ke dalam rantang. Jesse pun langsung pergi tanpa menunggu lebih lama.Suasana di ruangan tersebut seketika menjadi sunyi senyap, udara terasa berat. Namun, itu bagi Zola sendiri. Boris malah tetap bersikap tenang, seolah tidak pe

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 209

    Zola tidak bicara, maka Boris menganggapnya sebagai jawaban iya. Suasana di antara keduanya pun menjadi kian dingin. Boris bahkan memberi peringatan kepada Zola.“Zola, kamu dengar baik-baik. Kalau dia berani datang cari kamu lagi, dan kamu berani berduaan dengannya lagi, aku pasti akan tendang dia keluar dari Kota Binru!”Usai berkata, Boris sudah berbalik dan kembali ke kamar. Zola hanya berdiri tercengang di tempat. Dia benar-benar merasa frustrasi. Kenapa Boris tidak merasa ada yang salah ketika dia dekat dengan Tyara, sedangkan dia malah tidak boleh dekat dengan siapa pun. Pertama Mahendra, lalu Jeffry.Boris begitu mendominasi, tidak mengizinkan Zola terlalu banyak interaksi dengan mereka. Bahkan meminta Zola menjaga jarak dengan mereka. Apakah karena sudah menikah, Zola tidak boleh punya satu pun teman lawan jenis?Zola menarik napas dalam-dalam. Dia bersandar di sofa dan menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. Entah berapa lama waktu berlalu, ponsel di atas meja sofa tib

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 210

    Zola mengerutkan alis. “Kamu terlalu banyak berpikir. Aku hanya mau keluar jalan-jalan santai sebentar. Aku sudah di rumah selama dua hari tanpa melakukan apa pun.”Zola boleh saja tidak berolahraga, tapi janin dalam perutnya perlu cari angin segar supaya suasana hati yang baik tetap terjaga. Tentu saja, Zola tidak akan memberitahu hal itu pada Boris.Boris memperhatikan ekspresi dan tatapan mata Zola. Pada detik berikutnya, dia baru menjawab, “Kalau begitu pergi saja.”Zola menarik kembali tatapannya. Kemudian, dia membuka pintu dan keluar. Di luar dugaannya, Boris ternyata ikut keluar dan menutup pintu lebih dulu darinya.Zola menatapnya dengan bingung. Belum sempat berkata apa-apa, dia mendengar suara berat pria itu. “Bukannya mau jalan-jalan? Ayo.”“....”Zola masih berdiri diam sambil mengerutkan kening. Boris sudah berjalan ke depan lift dan menekan tombol pintu lift.Zola berjalan pelan-pelan ke arah pria itu dan berdiri di sampingnya. “Kamu mau pergi juga?” tanya Zola dengan su

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 211

    Boris mengerutkan kening, sorot matanya dipenuhi dengan rasa tidak senang. “Hanya itu yang ingin kamu katakan padaku?”“....”Zola menatap Boris sambil tercengang sejenak. Kemudian, dia mendengar pria itu berkata lagi, “Nggak ada yang ingin kamu katakan padaku lagi? Kamu nggak perhatikan apa yang baru saja terjadi?”Apa yang terjadi? Boris diincar seseorang? Wajah Zola begitu tenang, hampir tidak ada gejolak emosi apa pun. Nada bicaranya juga sangat tenang.“Lantas kenapa kalau aku perhatikan? Aku nggak bisa kendalikan pikiran orang lain. Bagaimanapun, setiap orang punya rasa suka.”Boris merasa sarafnya seperti busur yang direntangkan sampai batasnya dan bisa patah kapan saja. Raut wajahnya menjadi muram. Suaranya juga menjadi sangat dingin.“Jadi sebagai seorang istri, kamu sama sekali nggak bereaksi saat ada perempuan lain mau minta nomor telepon suamimu langsung di depanmu?”Zola tersenyum. “Boris, apa yang kamu ingin aku lakukan? Debat dengannya? Atau peringatkan dia supaya jangan

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 212

    “Nggak keluar setiap hari. Cuma dua kali. Lagi pula, belum terlalu malam juga,” kata Zola.“Kamu tahu nggak keluar sendirian jam segini sangat berbahaya? Mulai sekarang kamu nggak boleh pergi lagi jam segini.”Zola tidak berkata apa-apa. Dia hanya sibuk mengeluarkan isi belanjaannya dari dalam kantong dan menaruhnya di kulkas. Boris tidak senang karena sikap Zola. Dia langsung pergi menutup pintu kulkas, lalu menekan tubuh Zola ke pintu kulkas. “Zola, aku sedang bicara denganmu. Dengar, nggak?”Jarak keduanya begitu dekat. Zola terkejut. Dia mendongakkan kepala untuk menatapnya, mendapati mata dan wajah tampan pria itu sedang memancarkan aura tidak ingin dibantah.“Zola, jawab aku!” Boris mengulangi perkataannya lagi.Zola baru menjawab, “Iya, tahu.”Usai menjawab, Zola mendorong Boris menjauh darinya. Apakah pria itu tidak tahu kalau berada sedekat itu rasanya gerah dan tidak nyaman? Terutama saat Zola bisa merasakan dengan jelas napas satu sama lain. Itu membuat tubuhnya menjadi tega

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 213

    Ada makna kuat yang tersirat dalam kata-katanya. Setelah tertegun sejenak, pipi Zola seketika memanas. Tanpa sadar dia langsung menahan dada Boris, tapi sepertinya usahanya itu sama sekali tidak berpengaruh.Zola diam-diam mengatur pernapasan dan emosinya, lalu berkata dengan tenang, “Sebenarnya kamu mau apa?”“Aku nggak melakukan apa pun. Kamu nggak mau cium aku, memangnya kamu juga nggak izinkan aku berdiri di sini?”Boris tersenyum lembut. Zola juga sudah mengerti sepenuhnya. Boris memang tidak mengancamnya dengan kata-kata, melainkan dengan tindakan. Zola menarik napas dalam-dalam, lalu berjinjit dan langsung mencium bibirnya.Bibir Zola agak dingin. Dia hanya mengecup sebentar dan hendak pergi. Namun, mata Boris menyipit ketika melihat Zola yang akhirnya mengambil inisiatif. Wajahnya yang tampan dipenuhi dengan emosi yang hangat. Kemudian, dia langsung mengambil kendali dan menempelkan bibirnya ke bibir Zola lagi.Ciuman kali ini berlangsung sangat lama. Boris baru mengakhiri cium

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 214

    Zola memasukkan gumpalan itu ke dalam sakunya dengan tenang. Kemudian, dia meninggalkan kamar dengan membawa buku catatannya, lalu memasukkan buku itu ke dalam tasnya.Setelah itu, Zola bersikap tenang dengan raut wajah datar, tapi sorot matanya jelas terlihat dingin. Dia menunggu hingga Boris bangun, lalu keduanya duduk berhadapan di meja makan untuk sarapan.Boris melirik Zola sekilas dan berkata, “Kamu bangun pagi sekali? Kenapa nggak tidur lebih lama?”“Nanti mau ke perusahaan.”“Bukannya semalam bilang capek? Istirahat beberapa hari dulu saja.”“Kamu nggak perlu ke perusahaan?” Zola tidak menjawab, malah bertanya balik.Boris mengerutkan kening. “Nanti Jesse datang jemput aku. Nanti sore ada acara makan bersama.”“Hmm, oke.” Zola menghabiskan seteguk susu terakhir. Kemudian, dia mengambil tisu dan menyeka mulutnya. Dia melihat ke arah Boris dan berkata, “Kalau begitu aku bantu kemas pakaianmu. Nanti kamu bawa pergi sekalian.”Raut wajah Boris seketika menjadi dingin. Dia meletakka

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 215

    Akan tetapi, Zola justru sangat peduli dengan hal-hal detail. Jelas-jelas Boris tahu Zola akan khawatir dan bersalah, tapi Boris tetap melakukannya. Pria itu memilih tidak minum obat dan membiarkan dirinya terus demam demi membuat Zola merasa bersalah.Zola bersikukuh dan berkata lagi, “Boris, sebenarnya perceraian baik untuk kita berdua. Kamu bisa menikah dengan Tyara dan aku bisa bebas.”“Kamu buat pertimbangan seperti itu untukku, apakah aku harus berterima kasih padamu?” tukas Boris dengan sinis.“Bukan tentang berterima kasih, hanya saling memenuhi keinginan satu sama lain.”“Kamu pikir kalau sudah cerai aku bisa nikahi Tyara. Lantas bagaimana denganmu? Setelah cerai, kamu akan nikah dengan siapa? Mahendra atau Jeffry?”“Kenapa setelah cerai aku harus menikah lagi? Aku merasa sendiri lebih baik.”“Huh.” Boris menatapnya dengan wajah penuh amarah. “Jadi kamu bersikeras mau cerai?”“Iya.”“Kalau begitu tunjukkan ketulusanmu. Kalau nggak, kenapa aku harus ikuti permintaanmu?” Usai be

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status