Share

Bab 177

Penulis: Jus Pir
Perempuan itu sedang tidak mood, tapi dia tidak ingin membuat pria itu tidak senang. Oleh karena itu, dia memaksakan seulas senyum tipis di wajahnya.

“Samuel, kebetulan sekali. Kenapa kamu ada di sini?”

Pria itu berhenti tepat di depannya, menatapnya langsung sambil tersenyum tipis, “Tyara, aku datang ke sini untuk cari kamu. Aku sudah ajak kamu beberapa kali akhir-akhir ini, tapi kamu selalu tolak ajakanku dengan alasan nggak ada waktu. Setelah tolak perasaanku, kamu bahkan nggak mau kasih aku kesempatan untuk jadi temanmu?”

Tyara mengerutkan bibirnya dan tersenyum, “Jangan ngomong sembarangan, buat orang jadi salah paham. Kamu siapa? Kamu putra keluarga Batara. Mana ada orang yang bakal tolak kamu?”

“Tyara, kamu selalu begini. Kasih aku tamparan dulu, habis itu kasih permen yang manis untuk bujuk aku. Menurutmu, bagaimana aku bisa lepaskan kamu yang seperti ini?”

Samuel mengerutkan bibirnya dan tersenyum. Tatapan matanya tidak pernah beralih dari wajah Tyara barang sedetik pun. Samue
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 178

    Zola terdiam lagi. Wajah cantiknya tampak datar tanpa ekspresi. Matanya yang jernih hanya memancarkan aura dingin.“Zola, kamu tahu kenapa Boris mau minta anak darimu?” tanya Tyara lagi.“Jadi kamu bela-belain telepon aku, ajak aku bertemu, hanya karena kamu mau beritahu aku kenapa Boris minta anak dariku?”“Nggak sepenuhnya begitu. Aku hanya merasa daripada terus sembunyikan dari kamu, lebih baik jujur padamu. Sama halnya seperti Boris publikasikan pernikahan kalian. Asal tahu saja, dia lakukan itu bukan karena dia ingin bersamamu selamanya. Dia hanya ingin buat kakeknya merasa tenang. Pada saat yang sama, dia ingin buat kamu setuju punya anak.”Di dalam mata Zola hanya ada aura dingin. Dia seperti sedang tersenyum, tapi raut wajahnya mengeras. “Jadi, Boris suruh kamu sembunyikan dariku, tapi kamu tetap memilih melawan perintahnya dan beritahu aku soal itu?”“Zola, aku hanya merasa kita sama-sama perempuan. Aku nggak ingin kamu terus ditutupi dari masalah ini.”“Jadi maksudmu, aku mal

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 179

    Tentu saja tidak penting. Yang paling penting, Zola percaya atau tidak.***Sekitar pukul setengah tujuh, Boris memacu mobilnya kembali ke Bansan Mansion. Sesampainya di rumah, dia langsung ke atas dan mendapati Zola sedang duduk di depan jendela kamar tidur sambil melamun.“Zola, kita makan malam di rumah Kakek, ya.”Zola menjawab dengan wajah tanpa ekspresi, “Aku nggak mau pergi.”“Kamu kenapa?” tanya Zola sambil mengerutkan kening ketika melihat dengan jelas ekspresi Zola yang tampak tidak senang.Tentu saja, Zola tidak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya mendongak untuk menatap lurus ke mata pria itu dan bertanya, “Boris, kenapa kamu tiba-tiba publikasikan pernikahan kita? Apakah benar karena kamu nggak tega lihat aku dihujat makanya kamu publikasikan pernikahan kita?”“Zola, kamu tahu apa maksud kata-katamu itu?”Boris menatap Zola sebentar, bibir tipisnya melengkung membentuk seulas senyum dingin. Meskipun begitu, selalu ada kehangatan dalam kata-katanya.Zola hanya berkata dengan

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 180

    Keduanya masih dalam posisi setengah berpelukan, jadi mereka bisa melihat dengan jelas sorot mata satu sama lain.Boris menyipitkan mata dan menatap Zola, merasa sedikit marah padanya tapi juga merasa lucu. Senyum tipis seketika merekah di wajah tampannya. “Jadi, kamu merasa aku sengaja bantu dia tutupi kesalahannya?”“Boris, aku nggak bisa pikirkan kemungkinan lain selain ini. Bagaimanapun juga, nggak ada yang bisa kalahkan Tyara di hatimu.”“Huh.” Boris mendengus sinis. Wajah tampannya datar tanpa ekspresi. Matanya tetap menatap Zola dengan lekat. Matanya yang hitam jernih itu memancarkan ketegasan yang tidak mencolok. Dia melepaskan tangannya yang mencubit dagu Zola. Pada saat yang sama, dia juga melepaskan Zola dari pelukannya.Keduanya menjaga jarak selebar kepalan tangan. Kemudian, Boris berkata dengan suara beratnya, “Zola, demi cari masalah denganku, kamu benar-benar pakai segala cara sampai tuduh aku sembarangan begini. Kamu sungguh luar biasa.”Usai berkata, Boris langsung tu

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 181

    Usai berkata, Boris mengambil sepotong iga dan meletakkannya di piring zola. Baru saja Boris meletakkannya, dia mendengar sang kakek berkata dengan kesal, “Kamu ini bagaimana jadi suami? Zola nggak suka makan iga, dia suka makan ikan. Cepat pisahkan tulangnya dulu lalu kasih ke Zola.”Zola mengerutkan kening dan cepat-cepat berkata, “Kakek, aku bisa makan iganya. Ikan ada tepat di depanku, aku bisa ambil sendiri.”“Zola, kamu nggak usah sungkan-sungkan dengannya. Dia nggak pernah lakukan hal-hal seperti itu untukmu, tapi kamu tetap saja menikah dengannya. Kalau dihitung-hitung, kamu yang rugi. Sekarang anggap dia sedang menebus masa lalu. Kamu nikmati saja.”Zola terdiam, hanya bisa menatap Boris. Mata Boris menyipit, tatapan samar-samar seperti menggodanya. Pria itu pun berkata, “Mau makan apa?”Zola mengerutkan bibir, lalu menjawab, “Apa pun juga boleh.”Kemudian, Boris mengambil satu per satu lauk untuk Zola. Segera, makanan di dalam piring Zola sudah menumpuk tinggi. Zola membuka m

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 182

    “Boris, kalau sebelumnya nggak ada hal di luar dugaan, sekarang kita seharusnya sudah bercerai. Sekalipun hubungan kita sudah dipublikasikan, aku juga nggak beranggapan kita harus berencana punya anak setelah baru dua hari publikasikan hubungan kita. Bagaimanapun juga, anak yang lahir dari keluarga yang nggak berlandaskan cinta nggak akan bahagia. Jadi aku nggak mau punya anak saat ini.”“Jadi maksudmu sekalipun aku nggak mencintaimu seumur hidup, kamu juga berencana nggak akan pernah berikan aku anak?”Alis Boris tidak bergerak, matanya masih menatap wajah Zola. Namun, tidak ada kehangatan lagi dalam setiap kata yang dia ucapkan, sebaliknya seperti es yang dingin menusuk hingga ke tulang.Zola tertegun, lalu tertawa dan berkata, “Jadi kamu sudah putuskan kalau kamu nggak akan pernah mencintaiku. Jadi untuk apa kamu mau punya anak denganku?”Boris menyipitkan matanya. Dia telah menangkap rasa jijik dan penolakan di mata Zola. Bibir tipis Boris melengkung, seperti tersenyum tapi seperti

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 183

    “Zola, aku nggak bermaksud mau salahkan kamu, apalagi curigai kamu. Aku hanya takut kamu akan sedih, merasa diperlakukan secara nggak adil. Kalau benar orang itu ada, kamu seharusnya katakan padaku sejak awal. Kalau nggak ada, kenapa Boris bisa ngomong seperti itu? Kenapa kamu juga sama sekali nggak membantah?”Hartono bertanya dengan penuh perhatian, itu membuat Zola merasa sangat tersentuh. Zola pun berkata dengan suara pelan, “Kakek, nggak ada orang seperti itu. Baik dulu maupun sekarang, nggak pernah ada. Alasan kenapa Boris berkata seperti itu, karena ulahku sendiri. Sebelum kami menikah, aku asal buat alasan agar dia nggak merasa tertekan dengan pernikahan ini. Walau sekarang dia jadi salah paham padaku karena alasan itu. Sebenarnya aku sudah nggak peduli lagi.”“Zola, maksud kamu ....”“Kakek, aku tetap merasa lebih baik kami bercerai. Aku nggak ingin ikat seorang pria dengan anak. Itu hubungan yang nggak sehat. Aku nggak mau anakku lahir dalam lingkungan yang nggak sehat sepert

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 184

    Rosita melirik Dimas untuk memberi isyarat agar suaminya tidak berkata seperti itu. Kemudian, Rosita bertanya pada putranya, “Boris, kamu dan Zola masih muda. Nggak perlu buru-buru punya anak. Kalau kamu benar-benar sudah yakin, merasa kamu bisa hidup bersama Zola seumur hidup, kamu baru pelan-pelan rundingkan dengan Zola nanti. Bukannya begitu lebih bagus?”“Runding? Ma, Mama rasa Zola bisa diajak berunding? Kalau cepat atau lambat akan punya anak, kenapa aku harus tunggu?”Sikap Boris tampak sangat tegas, bahkan ada sedikit sikap memberontak. Semakin Zola menolak, Boris semakin ingin melakukannya.“Punya anak bukanlah sebuah misi, juga bukan cara untuk buat kakekmu bahagia. Kamu harus pikir matang-matang. Sekarang kamu sudah bisa bertanggung jawab atas anak dan Zola?” tanya Rosita dengan lembut.“Setahun yang lalu, Kakek ingin aku menikah dengan Zola. Kalian juga nggak keberatan. Aku sudah lakukan seperti yang kalian inginkan. Satu tahun kemudian, bukankah seharusnya kalian juga duku

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 185

    Boris menyipitkan mata dan bertanya, “Bagaimana kamu bisa tahu?”“Kamu bisa sembunyikan hal yang begitu mengharukan dariku seumur hidup? Atau kamu sama sekali nggak berniat sembunyikan dariku. Hanya saja belum waktunya aku tahu soal itu.”“Tyara yang beritahu kamu?” Boris memicingkan mata.Zola tidak menjawab, tapi juga tidak menyangkal. “Boris, kamu merasa sudah waktunya kita punya anak. Tapi Tyara nggak akan pernah bisa punya anak karena kamu. Jadi bagaimana kamu menebusnya?”“Ini masalah antara aku dan dia. Aku akan tangani dengan baik. Nggak akan ada konflik dengan soal kita punya anak.”“Benar, ini memang masalah kamu dan dia. Tapi masalah ini akan buat kamu nggak mungkin bisa jaga jarak dengannya seumur hidup. Aku nggak mau suami dan papa dari anakku terjerat dan punya hubungan nggak jelas dengan perempuan lain. Aku juga nggak sanggup terima hidupku diganggu terus. Sekarang aku hadapi semuanya sendirian. Tapi begitu punya anak, anak itu akan tumbuh dalam lingkungan seperti itu. A

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status