Keduanya masih dalam posisi setengah berpelukan, jadi mereka bisa melihat dengan jelas sorot mata satu sama lain.Boris menyipitkan mata dan menatap Zola, merasa sedikit marah padanya tapi juga merasa lucu. Senyum tipis seketika merekah di wajah tampannya. “Jadi, kamu merasa aku sengaja bantu dia tutupi kesalahannya?”“Boris, aku nggak bisa pikirkan kemungkinan lain selain ini. Bagaimanapun juga, nggak ada yang bisa kalahkan Tyara di hatimu.”“Huh.” Boris mendengus sinis. Wajah tampannya datar tanpa ekspresi. Matanya tetap menatap Zola dengan lekat. Matanya yang hitam jernih itu memancarkan ketegasan yang tidak mencolok. Dia melepaskan tangannya yang mencubit dagu Zola. Pada saat yang sama, dia juga melepaskan Zola dari pelukannya.Keduanya menjaga jarak selebar kepalan tangan. Kemudian, Boris berkata dengan suara beratnya, “Zola, demi cari masalah denganku, kamu benar-benar pakai segala cara sampai tuduh aku sembarangan begini. Kamu sungguh luar biasa.”Usai berkata, Boris langsung tu
Usai berkata, Boris mengambil sepotong iga dan meletakkannya di piring zola. Baru saja Boris meletakkannya, dia mendengar sang kakek berkata dengan kesal, “Kamu ini bagaimana jadi suami? Zola nggak suka makan iga, dia suka makan ikan. Cepat pisahkan tulangnya dulu lalu kasih ke Zola.”Zola mengerutkan kening dan cepat-cepat berkata, “Kakek, aku bisa makan iganya. Ikan ada tepat di depanku, aku bisa ambil sendiri.”“Zola, kamu nggak usah sungkan-sungkan dengannya. Dia nggak pernah lakukan hal-hal seperti itu untukmu, tapi kamu tetap saja menikah dengannya. Kalau dihitung-hitung, kamu yang rugi. Sekarang anggap dia sedang menebus masa lalu. Kamu nikmati saja.”Zola terdiam, hanya bisa menatap Boris. Mata Boris menyipit, tatapan samar-samar seperti menggodanya. Pria itu pun berkata, “Mau makan apa?”Zola mengerutkan bibir, lalu menjawab, “Apa pun juga boleh.”Kemudian, Boris mengambil satu per satu lauk untuk Zola. Segera, makanan di dalam piring Zola sudah menumpuk tinggi. Zola membuka m
“Boris, kalau sebelumnya nggak ada hal di luar dugaan, sekarang kita seharusnya sudah bercerai. Sekalipun hubungan kita sudah dipublikasikan, aku juga nggak beranggapan kita harus berencana punya anak setelah baru dua hari publikasikan hubungan kita. Bagaimanapun juga, anak yang lahir dari keluarga yang nggak berlandaskan cinta nggak akan bahagia. Jadi aku nggak mau punya anak saat ini.”“Jadi maksudmu sekalipun aku nggak mencintaimu seumur hidup, kamu juga berencana nggak akan pernah berikan aku anak?”Alis Boris tidak bergerak, matanya masih menatap wajah Zola. Namun, tidak ada kehangatan lagi dalam setiap kata yang dia ucapkan, sebaliknya seperti es yang dingin menusuk hingga ke tulang.Zola tertegun, lalu tertawa dan berkata, “Jadi kamu sudah putuskan kalau kamu nggak akan pernah mencintaiku. Jadi untuk apa kamu mau punya anak denganku?”Boris menyipitkan matanya. Dia telah menangkap rasa jijik dan penolakan di mata Zola. Bibir tipis Boris melengkung, seperti tersenyum tapi seperti
“Zola, aku nggak bermaksud mau salahkan kamu, apalagi curigai kamu. Aku hanya takut kamu akan sedih, merasa diperlakukan secara nggak adil. Kalau benar orang itu ada, kamu seharusnya katakan padaku sejak awal. Kalau nggak ada, kenapa Boris bisa ngomong seperti itu? Kenapa kamu juga sama sekali nggak membantah?”Hartono bertanya dengan penuh perhatian, itu membuat Zola merasa sangat tersentuh. Zola pun berkata dengan suara pelan, “Kakek, nggak ada orang seperti itu. Baik dulu maupun sekarang, nggak pernah ada. Alasan kenapa Boris berkata seperti itu, karena ulahku sendiri. Sebelum kami menikah, aku asal buat alasan agar dia nggak merasa tertekan dengan pernikahan ini. Walau sekarang dia jadi salah paham padaku karena alasan itu. Sebenarnya aku sudah nggak peduli lagi.”“Zola, maksud kamu ....”“Kakek, aku tetap merasa lebih baik kami bercerai. Aku nggak ingin ikat seorang pria dengan anak. Itu hubungan yang nggak sehat. Aku nggak mau anakku lahir dalam lingkungan yang nggak sehat sepert
Rosita melirik Dimas untuk memberi isyarat agar suaminya tidak berkata seperti itu. Kemudian, Rosita bertanya pada putranya, “Boris, kamu dan Zola masih muda. Nggak perlu buru-buru punya anak. Kalau kamu benar-benar sudah yakin, merasa kamu bisa hidup bersama Zola seumur hidup, kamu baru pelan-pelan rundingkan dengan Zola nanti. Bukannya begitu lebih bagus?”“Runding? Ma, Mama rasa Zola bisa diajak berunding? Kalau cepat atau lambat akan punya anak, kenapa aku harus tunggu?”Sikap Boris tampak sangat tegas, bahkan ada sedikit sikap memberontak. Semakin Zola menolak, Boris semakin ingin melakukannya.“Punya anak bukanlah sebuah misi, juga bukan cara untuk buat kakekmu bahagia. Kamu harus pikir matang-matang. Sekarang kamu sudah bisa bertanggung jawab atas anak dan Zola?” tanya Rosita dengan lembut.“Setahun yang lalu, Kakek ingin aku menikah dengan Zola. Kalian juga nggak keberatan. Aku sudah lakukan seperti yang kalian inginkan. Satu tahun kemudian, bukankah seharusnya kalian juga duku
Boris menyipitkan mata dan bertanya, “Bagaimana kamu bisa tahu?”“Kamu bisa sembunyikan hal yang begitu mengharukan dariku seumur hidup? Atau kamu sama sekali nggak berniat sembunyikan dariku. Hanya saja belum waktunya aku tahu soal itu.”“Tyara yang beritahu kamu?” Boris memicingkan mata.Zola tidak menjawab, tapi juga tidak menyangkal. “Boris, kamu merasa sudah waktunya kita punya anak. Tapi Tyara nggak akan pernah bisa punya anak karena kamu. Jadi bagaimana kamu menebusnya?”“Ini masalah antara aku dan dia. Aku akan tangani dengan baik. Nggak akan ada konflik dengan soal kita punya anak.”“Benar, ini memang masalah kamu dan dia. Tapi masalah ini akan buat kamu nggak mungkin bisa jaga jarak dengannya seumur hidup. Aku nggak mau suami dan papa dari anakku terjerat dan punya hubungan nggak jelas dengan perempuan lain. Aku juga nggak sanggup terima hidupku diganggu terus. Sekarang aku hadapi semuanya sendirian. Tapi begitu punya anak, anak itu akan tumbuh dalam lingkungan seperti itu. A
“Aku nggak ancam kamu. Aku hanya berharap kamu ambil pilihan. Kalau kamu tetap mau anak, kamu harus putuskan semua hubungan dengan Tyara, jangan pernah bertemu dengannya lagi,” kata Zola.Boris spontan terdiam. Sebelum mengajukan permintaan ini, Zola sudah menduga kalau jawaban yang akan dia dapatkan akan seperti ini. Bagaimana mungkin Boris bisa memutuskan hubungan sepenuhnya dengan Tyara? Bagaimana mungkin pria itu akan berhenti bertemu dengan Tyara?Siapalah Zola? Zola hanya perempuan yang dijodohkan dengan Boris oleh Hartono. Selain itu, Zola mungkin tidak berarti apa-apa baginya.Zola tertawa dalam hati, lalu berkata dengan lembut, “Boris, jadi orang jangan terlalu egois. Kalau kamu mau mendua terus, kamu cari orang lain saja. Tyara nggak peduli, dia bisa terus berada di sisimu, membiarkan kamu mendua. Tapi aku nggak mau. Aku juga nggak mau tutup mata dan pura-pura nggak ada masalah apa pun. Aku nggak mau pakai alasan kalau kalian hanya berteman itu untuk menipu diriku sendiri lag
Zola memacu mobilnya dari Bansan Mansion langsung menuju apartemen yang akan menjadi tempat tinggal barunya. Zola beres-beres sebentar, lalu pergi membeli beberapa barang kebutuhan sehari-hari. Tanpa terasa pagi telah berlalu, sudah waktunya makan siang. Untuk makan siang, Zola makan seadanya, beli dari restoran siap saji. Sedang asyik makan, tiba-tiba ponsel Zola berdering.“Zola, kamu berencana abaikan aku sampai aku pergi? Atau kamu masih tenggelam dalam rasa senang karena Boris sudah publikasikan pernikahan kalian?” ujar Jeffry dengan tidak senang.“Bukan begitu. Dua hari terakhir ini aku memang lagi banyak urusan. Aku baru saja pindah rumah. Baru selesai beres-beres. Kamu sudah mau pergi?”“Pindah rumah? Pindah ke mana?”“Aku pisah rumah dengan Boris.” Zola tidak berniat merahasiakan hal ini.Jeffry sangat terkejut, “Kenapa? Berantem dengan Boris?”“Nggak termasuk berantem. Kami berdua perlu waktu untuk tenangkan diri.”“Zola, kamu bohong. Kalau hanya perlu tenangkan diri, memangn