"Kenapa kamu perlu buku panduan kehamilan?"Wano merasa jantungnya sekan-akan berhenti berdetak pada saat itu.Dia bahkan memegang tangan Tisa begitu erat.Sebuah sinyal yang kuat terus-menerus mengguncang kesadarannya.Dia langsung menarik Yuna dan menatapnya penuh selidik. "Yuna, apa kamu membunyikan sesuatu dariku? Kenapa kamu butuh buku-buku itu? Apa kamu sedang hamil?"Dia melemparkan bertubi-tubi pertanyaan kepada Yuna.Yuna pun sampai kewalahan dibuatnya.Dia menghindar sedikit ke belakang dengan agak kesal, "Wano, apa sih yang kamu pikirkan? Bagaimana mungkin aku hamil?""Kalau begitu, ngapain kamu butuh buku-buku tentang kehamilan?"Wano memperhatikan setiap ekspresi di wajah Yuna dengan saksama, khawatir melewatkan informasi sepenting apa pun.Pada saat itu, tiba-tiba telepon Yuna berdering.Yuna segera menjawabnya.Terdengar suara rendah dan serak Yanuar dari seberang."Yuna, Zanny hamil anak siapa?"Yuna sedikit mengerutkan keningnya, lalu berkata, "Dokter Yanuar, karir Zan
"Kamu memang nggak akan mati, tapi bagaimana dengan si kecil, hah?"Meskipun Yanuar sangat enggan menerima kenyataan ini, hal ini tetap saja sudah terjadi. Dia tidak ingin Zanny mengalami lebih banyak penderitaan lagi.Barulah saat itu Zanny mengerti apa yang dimaksud Yanuar.Ternyata, dia pikir Zanny tengah hamil.Dia khawatir Zanny akan jatuh dan mengalami keguguran.Zanny benar-benar ingin menghajar pria kurang ajar ini di hadapan umum.Ternyata, dia selalu menganggap Zanny sebagai wanita sembarangan.Zanny kemudian menggertakkan giginya dengan kesal, "Ini bukan anakmu, jadi kenapa kamu khawatir?"Selesai mengatakannya, dia mendorong Yanuar dan kembali ke hadapan kamera untuk syuting.Yanuar kesal dan mengepalkan tinjunya.Baginya, Zanny benar-benar sosok kecil yang tidak memiliki hati nurani.Niat baiknya benar-benar tidak dihargai!Meskipun hatinya penuh dengan rasa kecewa, dia tetap memberikan makan malam yang dipegangnya kepada asisten Zanny, lalu pergi.Sebentar lagi, malam tah
Ketika Yuna membuka matanya, langit sudah gelap gulita.Dalam keadaan setengah sadar, dia bisa mencium aroma dari tubuh Wano dan mendengar suaranya.Dia bahkan bermimpi telah berciuman dengan Wano.Seberapa besar kerinduannya sampai bermimpi seperti itu.Dari luar jendela, terdengar suara petasan tiada henti, dengan warna-warni kembang api yang melayang menghiasi langit.Suasana malam tahun baru terasa semakin kuat.Kerinduannya pada Wano juga terasa kian mendalam, dadanya seolah-olah seperti ditusuk oleh rasa sakit yang tak tertahankan.Yuna tak bisa menahan tangannya untuk mengusap perutnya sambil diam-diam berucap dalam hati."Sayang, tunggu sampai kamu lahir dengan selamat. Nanti kita akan merayakan tahun baru bersama ayah, oke?"Saat Wano mendekat, dia melihat mata Yuna yang setengah terpejam tampak berkabut oleh air mata.Kabut air mata itu semakin tebal, hingga akhirnya membentuk tetesan air mata yang mengalir turun dari sudut matanya.Wano kemudian berjongkok dan menyeka air ma
"Meskipun kamu mengirim pengawal untukku, tetap saja aku masih bisa diserang dan diracuni.""Wano, bukannya aku nggak berpikir rasional. Tapi aku benar-benar ketakutan menghadapi semua bahaya ini.""Selama aku bersamamu, selalu ada bahaya yang mengintai. Demi melindungi diri dan keluarga, aku harus berpisah denganmu.""Jadi, tolong menjauhlah dariku, oke?"Pada akhir kalimat, mata Yuna tampak memerah, dengan tenggorokan yang rasanya tercekat.Dengan tekad yang begitu kuat untuk berpisah darinya, Yuna bahkan tidak berani memberitahu tentang kehamilannya. Yuna bertekad tidak akan mundur di tengah jalan.Yuna tak peduli dengan penderitaan yang harus dirinya alami. Akan tetapi, bagaimana dengan anaknya?Dia masih begitu kecil dan tak mungkin menanggung banyak tekanan.Sebuah kejadian kecil saja bisa langsung mengancam nyawanya.Dia tak berani bertaruh akan hal itu.Melihatnya begitu ketakutan dan cemas, Wano pun merasa prihatin sehingga mengelus kepalanya dengan penuh rasa sayang.Suara Wa
Meskipun suara ledakan kembang apinya sangat keras, ucapan Wano tetap terdengar jelas di telinga Yuna.Bibir dan lidah yang panas serta lembap itu memaksa menerobos gigi YunaCiuman itu terasa lembut dan penuh kasih sayang, aroma alkohol yang samar-samar menyapu Yuna.Membuat otaknya kosong sejenak dan jantungnya berhenti berdetak.Yuna mengakui bahwa dirinya memang ketagihan akan ciuman ini dan merindukan rasa ini.Hatinya bahkan terdorong untuk membalasnya.Namun, kesadarannya segera kembali.Dia pun mendorong Wano menjauh.Mata basahnya terlihat berwarna-warni oleh cahaya kembang api, seperti bintang-bintang yang bersinar di langit malam.Melihat bahwa Yuna akan marah, Wano buru-buru mengeluarkan sebuah patung Buddha berbahan giok dengan kualitas tinggi dari sakunya, lalu mengenakannya di leher Yuna.Wano berkata dengan serak dan lirih, "Yuna, aku sudah meminta seorang biksu untuk memberkati giok ini. Hadiah tahun baruku untukmu ini bisa menjaga keamananmu. Pastikan kamu selalu mema
"Bagaimana bisa kamu mau segampang itu jadi ayah angkat?"Sudut mulut Yanuar berkedut beberapa kali, "Jadi seorang ayah tanpa kerja keras sedikit pun juga bagus. Memangnya kamu, padahal sudah bekerja keras siang dan malam selama berbulan-bulan, tapi masih saja nggak bisa punya anak. Menurutku, ini bukan salah tubuh Yuna, melainkan memang kamu saja yang nggak mampu."Wano terkekeh tak habis pikir, "Kalau memang kamu mampu, kenapa malah mau jadi ayah angkat anak orang lain, hah?""Siapa yang mau jadi ayah angkat? Aku cuma peduli sebagai seorang teman. Nggak seperti kamu yang kejam dan nggak punya belas kasihan, yang bahkan nggak mengakui darah daging sendiri.""Kalau memang begitu, tetaplah di sini untuk memperhatikannya dengan baik. Aku pergi dulu, aku mau mencoba hadiah tahun baru dari istriku."Wano sengaja menggoyang-goyangkan sepasang kancing manset di depan mata Yanuar.Senyuman penuh kebanggaan tersungging pada wajahnya.Yanuar tertawa menghina, "Kamu mengatakannya seolah-olah mem
Ketika brankar itu hampir menabrak Yuna, tiba-tiba saja sebuah tangan besar mencengkeram brankarnya dengan kuat hingga terhentikan.Roger menatap perawat muda itu dengan marah sambil berkata, "Kamu sudah bosan kerja, ya?"Perawat muda itu langsung ketakutan dan segera minta maaf kepada Yuna, "Maaf, saya nggak bisa mengendalikannya dengan baik."Begitu Yuna berbalik, dia melihat bahwa brankar itu hanya berjarak sejengkal darinya. Langsung saja, punggungnya terasa berkeringat dingin.Di atas brankar itu terbaring seseorang, dengan dorongan sekuat itu, andai saja Roger tak bertindak cepat, Yuna pasti tertabrak dan jatuh.Akibatnya pasti sangatlah fatal.Baru saja dia selesai melakukan pemeriksaan dan hal semacam ini terjadi. Mungkinkah ini kebetulan, atau memang ada yang sengaja melakukannya.Yuna sengaja pura-pura tak mempermasalahkannya dan menarik lengan Roger, "Roger, itu nggak sampai melukaiku, jadi nggak apa-apa. Biarkan mereka pergi, jangan menunda penanganan pasien."Roger melepas
"Mana bisa begitu, istriku tahu kalau kamu akan datang, jadi dia menyiapkan banyak makanan lezat. Kalau kamu pergi begitu saja tanpa memakannya, bisa-bisa dia nggak akan merayakan tahun barunya dengan senang."Sembari mengobrol, keduanya berjalan masuk.Begitu Yuna memasuki aula, sosok yang dia kenal muncul di hadapannya.Wendy mengenakan gaun wol merah marun yang gemerlapan dan berdiri di depan pintu. Dia menatap Yuna dengan senyum yang mengembang, "Yuna, semoga tahun barumu menyenangkan, ya."Langkah Yuna terhenti seketika.Dia kemudian menatap Wendy dengan tatapan kosong.Mungkinkah yang Profesor Bayu maksud dengan keluarga adalah Keluarga Lasegaf?Apakah Marisa membawa keluarganya berlibur ke sini?Yuna mengulas senyum dengan sedikit keterkejutan, "Kak Wendy, jangan-jangan keluarga kalian semua ada di sini, ya?"Wendy mengangguk seraya tersenyum, "Benar sekali, ini adalah kampung halaman nenek. Dia sudah bertahun-tahun nggak pulang. Kebetulan saja aku punya waktu tahun ini, jadi ak
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper