Clarissa duduk termenung, dia merasa kesepian. Tiada satupun orang yang menemaninya, bukan karena tidak ada yang sayang kepadanya, tetapi dia mengkhawatirkan orang-orang itu. Dia takut orang-orang yang dekat dengannya mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh Park Xiao. Jadi, dia lebih memilih sendiri."Selamat sore, Nona."Carissa menoleh ke arah sumber suara. Akan tetapi, saat dia melihat wajah orang tersebut, dia merasa tidak begitu mengenal orang itu. Namun, mengapa orang itu bisa tahu keberadaan dia dan seperti mengenalnya?"Siapa kamu? Kenapa kamu ada di sini?""Aku adalah Bastian, orang yang kemarin malam melawan Zero, Nona."Clarissa mengerutkan keningnya, dia merasa heran. Bukankah lelaki itu adalah anak buah Justine? Mengapa anak buah Justin Lee berada di sini? Apakah lelaki itu akan menangkapnya?"Apa kau diperintah Justine untuk datang kemari? Aku akan menikah. Katakan kepada tuanmu, aku tidak akan mau pergi dengan dia."Lelaki itu menggelengkan kepala, dia berjal
"Aku ingin pulang!" bentak Clarissa.Bastian merasa frustasi menghadapi Clarissa kali ini. Entah mengapa sikapnya berubah, mungkin karena dia banyak pikiran. Sampai pada akhirnya, Bastian memaksa pihak rumah sakit untuk mengizinkan Clarissa pulang.Setelah pihak medis menyetujui hal itu, Clarissa langsung meminta Bastian mengantarkan dia menuju ke rumah Nelson. Awalnya dia berpikir dia akan mengunjungi markas Geng Harimau Putih terlebih dahulu. Tapi, dia merasa tidak mungkin jika Nelson dia bawa ke sana. Jadi dia memutuskan pergi ke rumahnya saja. Dia melihat beberapa orang menangis memeluk mayat Nelson, dan dia mulai melangkah memasuki ruangan itu. Namun, semua istrinya menatapnya dengan tidak suka, bahkan ada yang langsung menghampirinya dan menampar wajahnya.Carissa memejamkan matanya saat pipi dia ditampar begitu keras, oleh wanita cantik yang saat ini ada di depannya."Apa yang Anda lakukan, Nyonya? Nona Risa baru saja datang dan kau sambut dengan sebuah tamparan? Apakah ini
Justine bingung harus berkata apa. Dia tidak mungkin mengakui jika dia telah menaruh perasaan dengan Rissa Elmer. Namun, dia juga tidak mungkin membiarkan Vidio di mana dia membunuh Nelson tersebar begitu saja.“Kenapa kamu malah diam Justine? Apa memang kamu tidak pernah mencintaiku? Lalu mengapa kamu selalu berusaha menggagalkan pernikahanku dengan tuan Nelson. Aku merasa sedih saat ini, kamu telah menolak cintaku, padahal aku sudah sangat yakin jika kamu memang mencintaiku,” ucap Clarissa pura-pura menangis di depan Justine . Justine langsung menarik Clarissa ke dalam pelukannya dan membungkam mulutnya agar tidak bersuara. “Jangan berisik, nanti ada orang tahu jika aku ada di sini.”Clarissa menggigit telapak tangan Justine yang telah digunakan untuk menutupi mulutnya.Justine berusaha menahan rasa sakit itu dan mencoba untuk tidak bersuara. Dia tidak mau ada satu orang pun yang tahu jika saat ini dia sedang bersembunyi dibalik pohon dekat area pemakaman.Clarissa menatap wajah Ju
Justine merasa ada yang mengikuti dia hingga dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia melihat ke arah spion mobilnya. Dia pikir orang itu akan turun, tetapi tidak. Pemilik mobil Ferrari merah itu malah pergi dengan kecepatan tinggi.Justine curiga kepada pemilik mobil itu hingga dia mengikuti mobil itu. Dia yakin mobil Ferrari merah itu punya tujuan lain, bukan karena kebetulan. Saat mobil itu berhenti di sebuah rumah berlantai dua, dengan banyak pepohonan di sampingnya, Justine mulai turun dari mobil dan mendekati rumah tersebut. Dia mengetuk pintu mobil itu, ternyata sang pemiliknya adalah lelaki yang baru saja mematahkan tangannya."Jadi, kamu yang mengikuti aku tadi? aku sudah duga. Lagipula, untuk apa orang asing mengikutiku? Dan kamu, untuk apa membawaku kemari? " Lelaki itu hanya tersenyum dengan menyandarkan kepalanya di samping mobil. Dia melihat Justine dengan tatapan penuh penghinaan. "aku juga tidak menyangka jika kamu akan mengikutiku, Justine. Awalnya aku yang i
David tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh Justine lalu dia berdiri dan menarik Isabella dari tangan Justine dengan cepat hingga Justine tak mampu menghalanginya. "Pergilah jika kau ingin pergi, tetapi kau tidak akan bisa bertemu dengan ibumu lagi.""Lepaskan ibunda, Ayah. Dia tidak bersalah. Aku yang menantang Ayah lalu kenapa Ayah memaksa ibunda tetap berada di sini.""Benarkah dia tidak bersalah? Dia yang memintaku untuk merebut harta Antonio karena dia tahu semuanya. Dia tidak mau hidup miskin hingga dia meminta aku merebut semua milik Antonio. Saat dia mengetahui siapa aku sebenarnya, dia ingin menggugat cerai diriku sampai saat itu aku mabuk bersama Alexander, dan datanglah seorang wanita yang masih perawan. Aku tidak tahu kenapa kita bisa bersamaku di dalam kamar itu sehingga dia hamil. Dia lebih sabar daripada Ibumu. Dia lebih penyayang daripada Isabella. Dia yang mengerti semua tentang diriku, beda dengan ibumu. Menurutmu jika kamu menjadi aku, apa yang kamu lakukan?
Saat Clarissa menyeret Justine hingga sampai ke tepi ranjang,, dia mulai mengurungkan niatnya. untuk memulai rencana liciknya. Dia tidak mau Justine mengenalnya sebagai wanita murahan yang benar-benar hanya menginginkan harta Justine. Dia menginginkan Justine benar-benar mencintai Risa Elmer dan bertekuk-lekuk kepada Rissa lalu dia memutuskan untuk merawat Justine malam ini sampai pada akhirnya pagi pun tiba.Matahari tersenyum dengan indahnya, dan hal itu membuat Justin mulai membuka matanya, dia menoleh ke arah Clarissa dan membelai wajah wanita itu. 'Entah mengapa, aku merasa kamu bukan orang lain. Aku merasa kamu adalah Clarissa, tapi dari wajahmu tidak ada satupun yang mirip dengan Clarissa hanya kedua matamu yang mirip dengan dia. Siapa kamu sebenarnya Rissa Elmer? Kenapa kamu selalu ada di sampingku? Apakah kamu sengaja mendekatiku karena memiliki sesuatu tujuan, atau benar-benar karena cinta?'Rissa memulai terbangun dari tidurnya dia tersenyum kepada Justine, dan berkata, "B
"Clarissa? Siapa yang kau maksud? Aku adalah Rissa, dan aku tidak tahu siapa Clarissa," ucap Rissa Elmer dengan nada suara yang bergetar. Dia takut lelaki itu akan mengetahui jika yang sebenarnya dia adalah Clarissa."Benarkah demikian, tetapi mengapa aku merasa sangat mengenalmu? Bahkan aku merasa kita sudah terlalu dekat, apalagi suaramu. Aku pernah mendengar suaramu itu. Apa mungkin aku salah, tetapi jika dilihat dari wajahmu, kamu sama sekali tidak mirip dengannya. Ah, sudahlah … aku tidak mau memikirkan hal itu.""Mungkin kamu terlalu memikirkan sepupumu itu, hingga kau menganggap aku sebagai dirinya."Rissa Elmer membelakangi Justine, dan ingin pergi dari kamar Justine. Dia tidak mau lama-lama bersama Justine di kamar tersebut, takutnya lelaki itu semakin mencurigainya."Ke mana kamu akan pergi, Rissa? Sedangkan, aku belum selesai berbicara denganmu.""Apalagi yang perlu dibicarakan, Justine. Aku merasa bahwa kamu mendekatiku bukan karena kamu yang mencintaiku sama seperti aku y
Alexander Lee mengambil ponsel yang direbut David Lee dari dia. Lalu dia langsung berbicara dengan Clarissa.“Jangan kamu dengarkan apa kata David Lee. Kamu harus bisa mencapai tujuanmu. Jangan pikirkan aku.”Alexander memutuskan sambungan telepon. Dia langsung menatap David Lee dengan aura yang menakutkan. Sorot matanya yang tajam membuat David Lee terkejut, dia baru kali ini melihat Alexander menatap dia seperti itu.“Kau berani pada kakakmu, Alexander Lee?!”“Aku bukan adikmu, aku dari anak keluarga Lee, sedangkan kamu tidak. Lalu kau bilang aku adalah adikmu, bukan. Kakakku adalah Antonio Lee. Jadi, mulai sekarang jangan pernah mengatakan jika aku adalah adikmu!”Mata David Lee melotot mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander. Dia bahkan melangkah mendekati Alexander dan menatap mata sang adik. “Coba kamu katakan lagi, apa yang baru saja kamu katakan. Aku ingin mendengarnya sekali lagi, Alexander.”Alexander memandang David Lee tanpa ada rasa gentar sedikitpun. Dia seakan menan
“Pesan dari David lee, dia tahu kalau aku masih hidup, dan dia ingin membawa aku kepadanya. Lelaki ini mungkin berpikir kalau aku bodoh, Paman.” “Biarkan saja, Clarissa. Kita yang akan membuat dia menjadi orang bodoh. Kamu tinggal di rumah aku akan membawa Zero pergi ke rumahnya, dan buat dia yakin bahwa Zero telah berhasil menjalankan misinya.”Clarissa tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander, dia akan menuruti semua yang dikatakan lelaki itu, mungkin itu seperti sebuah permainan yang sangat menyenangkan. Clarissa sedang asyik memainkan ponsel Zero, sedangkan Alexander langsung pergi bersama anak buahnya yang baru saja datang. Kali ini dia tidak hanya akan memberikan kejutan kepada David, tetapi dia juga akan menyelamatkan Isabella, dan setelah semuanya selesai, Alexander akan menghubungi JUstine untuk menyelamatkan kakaknya.Sesuai dengan rencana, Alexander meminta anak buahnya meletakkan potongan mayat Zero berada di depan pintu mansion David, sedangkan Alexander, d
Mengingat Clarissa dia malah teringat Zero yang sudah mulai tergila-gila kepada wanitanya itu. Entah mengapa dia juga takut jika sebenarnya ini hanya sebuah jebakan dari Zero untuk membuat Clarissa bisa ditangkap David Lee. Leonardo ingin menghubungi Clarissa untuk berhati-hati. Akan tetapi saat ini dia juga tidak memiliki sebuah ponsel untuk menghubungi Clarissa.Leonardo mulai bingung. Dia tidak tahu harus berbuat apa, yang bisa dia lakukan saat ini adalah berharap agar tugas Justine bisa segera karena hanya itu cara dia untuk membuat Clarissa selamat dari Zero.Dia tahu selama ini Zero tidak sungguh-sungguh mencintai Clarissa. Ada maksud dan tujuan tersembunyi dari lelaki itu untuk Clarissa kalau tidak, tidak mungkin lelaki itu menyakiti Clarissa selama ini.Leonardo langsun mempercepat langkahnya agar dia segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tubuhnya terasa sakit, begitu pula dengan kepalanya. Rasa khawatir mulai menghantui di dalam pikirannya. ***“Bagaimana menurut
“Syaratnya, kamu harus membebaskan ayah Clarissa.”Justine masih berpikir keras dengan hal itu. Dia tidak mungkin membebaskan pamannya sebelum ibunya bebas dari tangan ayahnya sampai dia hanya bisa diam saat Leonardo mengatakan syarat yang diajukan kepadanya.“Bagaimana? Apakah kamu sanggup? Kamu sudah membunuh Clarissa dan aku sudah kehilangannya, sebagai rasa penyesalanmu aku ingin kamu membebaskan ayahnya.”Justine masih membatu. Dia sendiri tidak tahu harus mengatakan apa untuk menjawab perkataan Leonardo. Dia masih bingung akan semua hal itu. Dia tahu bahwa sampai detik ini dia bersalah dengan Clarissa. Oleh sebab itu, dia membebaskan Leonardo. Apalagi setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rissa Elmer bahwa dia harus meminta maaf dengan cara membebaskan orang yang paling disayang Clarissa waktu Rissa berada di apartemennya.“Kenapa kamu malah diam, Justine? Apa kau tidak mendengarkan apa yang sedang aku katakan?” tanya Leonardo Shu sedikit kecewa.JUstine menghela napas pa
Justine yang baru saja merebahkan tubuhnya dengan memainkan ponsel, kaget saat mendapatkan pesan suara dari seseorang yang tidak dia kenal. Api amarah mulai menyelimuti hatinya saat mendengar suara orang yang tidak asing baginya berbicara di dalam telepon genggam Justine. “Biadab kamu, Zero!” Justine melempar ponselnya hingga ponsel itu terjatuh di lantai dalam keadaan pecah. Dia benar-benar tersulut emosi. selama ini dia tidak menyangka jika ayahnya sangat peduli dengan Zero, tetapi tidak dengannya. Justine mengambil ponselnya yang lain, lalu dia menghubungi salah satu anak buahnya untuk melepaskan Leonardo. [“Bagaimana kalau tuan David tahu tentang ini, Tuan muda? KIta bisa dimakan habis oleh beliau.”] “Kau ikuti perintahku atau ikuti perintah tua bangka itu?” [“Baik, Tuan.”] Justine langsung menutup sambungan teleponnya. Dia sudah tidak sabar lelaki itu bebas untuk membunuh Zero karena hanya dia yang bisa melawan Zero untuk saat ini. JUstine mengirimkan sebuah pesan kepada ana
Clarissa menatap ke arah pintu dan beralih menatap sang paman, seolah menanyakan siapa yang sedang mengetuk pintunya.“Kenapa kamu malah menatap paman? Kamu tanya kepada paman? Mana mungkin paman tahu. Coba kamu lihat siapa yang datang,” perintah Alexander kepada Clarissa.“Tidak mungkin Justine, kan, Paman? Tadi dia baru saja menghubungiku.”Alexander langsung bingung ketika Clarissa mengira itu adalah Justine. Dia melihat ke sana-sini, mencari tempat untuk bersembunyi.Alexander langsung pergi menuju kamar, dia tidak tahu itu kamar Clarissa atau kamar tamu, yang terpenting baginya adalah mencari tempat persembunyian yang tepat, dengan memerhatikan siapa yang baru saja datang mengunjungi apartemen Clarissa dari balik pintu kamar.Dia terus memerhatikan kedua orang yang saat ini ada di hadapannya, dia melihat setiap gerak -gerik mereka.“Clarissa … aku membutuhkanmu,” ucap Zero duduk di sofa yang ada di ruang tamu.“Kamu kenapa?”“Aku sedang mencari ibuku, Clarissa. Dia diculik oleh s
“Tentu, rencana ini jauh lebih berhasil daripada rencana kita yang sebelumnya. Sebenarnya ini adalah rencanamu, Clarissa. Aku hanya memperbaikinya saja.”Clarissa masih belum paham apa yang dikatakan oleh sang paman. “Aku belum mengerti, Paman.”Alexander berdiri, dia melihat ke sekitar ruangan itu, degan memikirkan apa yang sedang dia bicarakan dengan Clarissa.“Aku pernah dengar sebelum Leonardo ditangkap kembali oleh David, dia telah menculik ibu Zero, istri kedua David Lee. Aku akan membantumu untuk meyakinkan Zero jika sebenarnya, selama ini David lee hanya memanfaatkan dia, sedangkan kamu, kamu buat Justine semakin membenci David Lee karena ibunya di sekap. Buat Justine menyesal karena selama ini telah membantu ayahnya yang selalu menyakiti keluargamu.”Clarissa malah tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander. “Itu adalah rencana yang sudah aku pikirkan sebelumnya, Paman. Walau aku tidak tahu jika Leonardo menculik ibu Zero. Tapi, di mana sekarang ibu Zero? Apakah Davi
Carissa bingung harus menjawab apa dengan pertanyaan pemuda itu. Dia tidak mungkin mengatakan jika itu adalah mayat Arman, terpaksa dia harus memikirkan terlebih dahulu alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan salah satu anak buah Nelson tersebut.“Nona Risa kenapa kamu malah diam? Apakah pertanyaanku ada yang salah?”“Bukan seperti itu, tetapi aku rasa kamu tidak perlu menanyakan isi dari kardus itu karena itu bukan urusan kamu, kalau kamu berniat membantuku angkat saja barang itu kedalam bagasi, tetapi kalau kamu tidak berniat membantuku, kamu tidak perlu repot-repot untuk membuang tenagamu.”“Aku hanya ingin tahu saja, Nona. Kalau kamu tidak ingin memberitahukan kepadaku juga tidak masalah.”Lelaki itu berusaha mengangkat kardus tersebut. Namun, kardus itu sangat berat, bahkan beratnya seperti dia memikul satu orang laki-laki yang tenaganya sangat kua. Lelaki itu meletakkan kardus itu kembali. Dia menatap heran ke arah Clarissa. “Kenapa berat sekali Nona? Aku seperti menggendo
Clarissa duduk di samping Arman. Dia mengambil sebuah pisau tajam yang ukurannya terbilang cukup kecil. Dia menancapkan pisau itu di dada Arman dan juga di leher lelaki itu. Dia sudah lama tidak bermain dengan benda tajam akhir-akhir ini. Jadi, kali ini dia merasa bahwa dia cukup puas telah melampiaskan kekesalannya kepada Arman. Akan tetapi, dia juga tidak tahu akan dia bawa kemana mayat Arman. Clarissa kembali berdiri untuk mencari jalan keluar, ketika dia mencoba berpikir tentang cara dia bisa keluar dari semua masalah itu, dia melihat sebuah jendela. Clarissa tersenyum melihat jendela tersebut. Lalu dia melangkah mendekati jendela tersebut. Perlahan dia mulai membuka jendela itu, dan memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja tanpa ada yang melihat kejadian tersebut. Saat dia sudah memastikan semuanya, Clarissa kembali menuju ke arah Arman. Dia ingin membawa Arman keluar dari tempat itu, tetapi dia jua tidak mau jika sampai ada yang melihat Arman. Lalu dia memutuskan untuk
Clarissa memutuskan sambungan telepon. Dia sangat sakit hati mendengar apa yang telah diucapkan pamannya. Selama ini dia berpikir jika sang paman akan selalu ada di sampingnya untuk membela dia, tetapi Alexander masih saja memikirkan Justine. Clarissa bingung ingin cerita dengan siapa, saat ini dia sudah tidak punya siapa-siapa, lalu dia memutuskan untuk pergi ke markas Geng Harimau Putih untuk melampiaskan kekesalannya. Dia pergi dengan mobil yang telah diberikan Nelson kepadanya. Setelah dia sampai di markas, semua orang langsung berkumpul, menyambut dia dengan menundukkan kepala. Mereka terlihat takut saat Clarissa datang dengan raut wajah yang menakutkan.Clarissa duduk di kursi yang biasa digunakan Nelson duduk dengan menatap semua orang yang ada di sana. “Bagaimana, apakah sudah ada perkembangannya tentang pembunuh calon suamiku?”Tidak ada yang menjawab pertanyaan Clarissa, semua orang yang di sana hanya mampu menyembunyikan wajahnya dari Clarissa sampai membuat Clarissa na