Clarissa mulai membuka mata perlahan, dia melihat siapa yang saat ini menggenggam tangannya. Clarissa terkejut, ternyata orang itu adalah Leonardo, lelaki yang tadi malam baru saja dia rindukan. Dia menarik tangannya secara perlahan karena tidak mau mengganggu lelaki itu yang saat ini sedang tertidur pulas.Clarissa membelai rambut lelaki itu dengan penuh kasih sayang. Namun, tangannya ditarik oleh Leonardo dan dijadikan sandaran pipi LeonardoLeonardo membuka mata dengan senyum mengembang, memandang wanita cantik yang saat ini sedang berbaring di depannya."Kukira kamu masih tidur, ternyata kamu sudah bangun. Maaf, telah mengganggu tidurmu," ucapkah Clarissa "Tidak ada yang merasa terganggu saat putri cantik seperti kamu yang membangunkanku. Aku malah senang jika kamu menggangguku. Aku harap kamu selalu seperti ini. Kenapa kamu bisa berada di rumah sakit dan terluka seperti ini? Siapa yang melakukan semua ini kepadamu? Aku akan mematahkan tangannya, seperti apa yang dilakukannya pad
"Omong kosong apa itu, Clarissa? Gara-gara satu orang yang tidak bisa dipercaya lalu kamu menyamakan orang lain yang benar-benar perhatian denganmu, ini sangat tidak masuk akal. Jika aku memang anak buah David Lee lalu untuk apa aku melindungi ayahmu? Untuk apa aku membiarkan kamu masih ada di sini? Aku bisa saja membawamu langsung kehadapan David Lee.""Sama seperti Zero. Dia jua tidak seperti itu. Kamu bilang dia adalah mata-mata David Lee, lalu kenapa dia tidak mengadukan semuanya kepada David Lee, bahkan dia melawan Justine untuk menolongku. Kamu tahu, kan Justine adalah anak David Lee, mana mungkin dia berani melawan majikannya sendiri, jika memang dia tidak tulus denganku?"Leonardo bangkit, dia melangkah sedikit menjauhi Clarissa, mondar-mandir dengan menyisir rambutnya menggunakan jari secara kasar. "Apa kamu tidak pernah berpikir jika lelaki itu mulai tertarik padamu, Clarissa? Dia jatuh cinta padamu, dan ingin menjauhkan aku denganmu hingga kamu jatuh ke pelukannya. Sebelum
Zero hanya tersenyum getir, mendengar apa yang dikatakan oleh Leonardo Shu. Dia sudah mempunyai rencana sebelum Leonardo menyentuh keluarganya. Saat melihat Leonardo sudah pergi dari ruangan itu, dia kembali mendekati Clarissa. "Apa yang saja yang dilakukan oleh lelaki itu? Apakah dia menyakitimu? Aku harap dia tidak melakukan apa pun kepadamu karena walau bagaimanapun kamu sangat mencintainya. Aku takut hatimu akan terluka Clarissa. Clarissa tersenyum, walau sebenarnya dia tidak yakin dengan apa yang dikatakan oleh Zero. Namun, dia harus berusaha sebisa mungkin agar Zero tidak curiga kepadanya. "Bolehkah aku bertanya? Kenapa kamu mengorbankan keluargamu demi aku? Bukankah keluarga adalah segalanya?"Zero Diam dia bingung harus berkata apa untuk menjawab pertanyaan Clarissa. Dia tidak mau jika Clarisa tahu, bahwa dia sudah memiliki rencana lain untuk menjebak Leonardo. Clarissa menatap wajah Zero yang sedikit disembunyikan dari dia. "Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku? Bukanka
Justine Lee mengobrak-abrik semua barang yang ada di tempat itu. Bahkan semua orang yang ada di hadapannya dihajar habis-habisan, walaupun dengan tangan kanan yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa, "Aku ingin kalian membunuh Zero, lelaki itu sudah berani mematahkan tanganku! Apa pun yang terjadi, bawa lelaki itu padaku biar aku yang membunuhnya sendiri," ucap Justine Lee di depan para anak buahnya yang saat ini sudah terkapar di atas lantai. "Baik, Tuan," ucap mereka serentak, menjawab apa yang dikatakan oleh Justine Lee. Seluruh anak buah Justine Lee bangkit, mereka mengikuti semua perintah Justine. Walaupun dalam keadaan terluka karena mereka tidak mau Justine semakin marah dan melakukan hal bodoh kepada mereka. "Zero bukanlah orang biasa, Tuan. Kita harus memulai trik untuk mengalahkan dia, bahkan seluruh anak buah Tuan tidak akan mungkin bisa mengalahkan Zero karena yang bisa mengalahkan Zero hanyalah satu orang …."Justin Lee mengangkat wajahnya, menatap lelaki itu dengan s
"Aku sendiri yang akan mengatasi Rissa Elmer. Kamu yang cari tahu, apa hubungan Zero dengan ayahku karena aku ingin mengetahui semua hal tentang lelaki itu. Ikuti dimanapun dia berada, dan bagaimana dia bisa sedekat itu dengan Rissa Elmer. Bastian menganggukkan kepala lalu dia berpamitan kepada Justine Lee untuk melaksanakan semua tugasnya, sedangkan Justine Lee, dia kembali duduk dan memikirkan Zero. Untuk sesaat dia lupa akan tujuannya memisahkan Rissa Elmer dari Nelson karena dia merasa curiga jika sebenarnya Zero adalah seseorang yang penting bagi David Lee, mungkin sebaiknya dia akan bertanya kepada ayahnya. Dia akan memancing tentang siapa Zero. Namun, sebelum itu dia akan mengobati dulu tangannya. Setelah selesai mengobati tangannya, Justine menemui sang ayah di ruang kerja. Dia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan tersebut. "Masuk!" terdengar suara David Lee di dalam ruangan itu. Justine membuka pintu dengan perlahan lalu dia menutupnya, menatap lelaki y
Sesuai dengan apa yang dikatakan dia kepada Zero, saat ini Leonardo sudah membawa keluarga Zero dan menahannya. Dia tidak main-main dengan ancamannya kepada Zero karena dia ingin melihat, bagaimana reaksi lelaki itu saat melihat keluarganya di sekap."Hubungi Zero, dan katakan jika keluarganya ada di tanganku," kata Leonardo Shu kepada salah satu anak buahnya."Baik, Tuan." Anak buah Leonardo langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Zero. Tidak butuh waktu lama Zeri menerima panggilan telepon dari dia.Langsung saja, anak buah Leonardo memperkeras volume suara di ponselnya, tetapi ponselnya diambil oleh Leonardo."Halo, Zero. Apa kabar?"["Kau? Ada apa kau menghubungiku?"]"Tentu saja aku mau memberikan kabar bahagia untukmu. Sebentar lagi, kau akan menemukan keluargamu yang tidak penting ini dalam keadaan tidak bernyawa.""Zero … jangan dengarkan apa kata dia, Nak." teriak seorang wanita paruh baya.["Lepaskan dia, Leonardo Shu!"]"Bukankah kau tidak peduli dengan keluargamu? Un
"Siapa yang kau maksud, Tuan David Lee?""Apa kamu pura-pura tidak mengerti,Leonardo? Tentu saja kekasihmu yang selama ini telah menghilang bagai ditelan bumi.""Gara-gara kamu. Aku bahkan tidak tahu di mana dia berada saat ini." Leonardo Shu berusaha menyembunyikan semuanya dari David Lee.David Lee menatap mata Leonardo penuh dengan selidik. Tatapan itu begitu tajam, namun tidak membuat hati Leonardo bergetar."Apakah semua omonganmu bisa aku percaya, Leonardo? Aku semakin tidak yakin dengan apa yang kamu katakan, tetapi aku tidak akan memaksamu karena aku akan mencarinya sendiri. Satu lagi, mulai detik ini kau tidak akan pernah bisa keluar dari ruangan ini." David Lee menatap seluruh anak buahnya yang saat ini mengepung Leonardo dan memberikan kode untuk membawa Leonardo Shu pergi dari hadapannya.Saat Leonardo sudah dibawa pergi oleh beberapa anak buahnya, David Dia baru ingat , kenapa dia tidak menanyakan di mana ibunya Zero? David Lee ingin bertanya. Namun, dia takut jika Leona
"Aku Tidak tidak akan pernah takut, Justine karena aku tidak merasa bersalah, apalagi pernah berselingkuh dari ibumu. Jadi, ayah mohon jangan seperti ini. Ayah hanya punya kalian." David Lee memohon dan berlutut di depan Isabella, membuat hati Isabella menjadi trenyuh. Namun, dia harus tega untuk melihat perkembangan bagaimana sikap David selanjutnya apakah dia akan menghukum Zero. "Oke baiklah. Aku akan mengikuti apa yang kamu katakan dan tetap berada di sini asalkan kamu membunuh Zero di depan Justine." Justine tersenyum melihat ibunya bersikap tegas kepada David. Oleh karena itu, biasanya Isabella selalu luluh kepada siapa pun. "Bagaimana Ayah? Apakah kau akan melakukannya untukku atau kamu akan mempertimbangkannya David Lee memejamkan matanya sejenak dan mengambil napas dalam. Dia mencoba mengatur dirinya agar tidak ada satupun orang yang curiga tentang apa yang saat ini dia rasakan. Dia mulai menganggukkan kepala dan menyanggupi persyaratan dari Justine dan Isabella. "aku a
“Pesan dari David lee, dia tahu kalau aku masih hidup, dan dia ingin membawa aku kepadanya. Lelaki ini mungkin berpikir kalau aku bodoh, Paman.” “Biarkan saja, Clarissa. Kita yang akan membuat dia menjadi orang bodoh. Kamu tinggal di rumah aku akan membawa Zero pergi ke rumahnya, dan buat dia yakin bahwa Zero telah berhasil menjalankan misinya.”Clarissa tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander, dia akan menuruti semua yang dikatakan lelaki itu, mungkin itu seperti sebuah permainan yang sangat menyenangkan. Clarissa sedang asyik memainkan ponsel Zero, sedangkan Alexander langsung pergi bersama anak buahnya yang baru saja datang. Kali ini dia tidak hanya akan memberikan kejutan kepada David, tetapi dia juga akan menyelamatkan Isabella, dan setelah semuanya selesai, Alexander akan menghubungi JUstine untuk menyelamatkan kakaknya.Sesuai dengan rencana, Alexander meminta anak buahnya meletakkan potongan mayat Zero berada di depan pintu mansion David, sedangkan Alexander, d
Mengingat Clarissa dia malah teringat Zero yang sudah mulai tergila-gila kepada wanitanya itu. Entah mengapa dia juga takut jika sebenarnya ini hanya sebuah jebakan dari Zero untuk membuat Clarissa bisa ditangkap David Lee. Leonardo ingin menghubungi Clarissa untuk berhati-hati. Akan tetapi saat ini dia juga tidak memiliki sebuah ponsel untuk menghubungi Clarissa.Leonardo mulai bingung. Dia tidak tahu harus berbuat apa, yang bisa dia lakukan saat ini adalah berharap agar tugas Justine bisa segera karena hanya itu cara dia untuk membuat Clarissa selamat dari Zero.Dia tahu selama ini Zero tidak sungguh-sungguh mencintai Clarissa. Ada maksud dan tujuan tersembunyi dari lelaki itu untuk Clarissa kalau tidak, tidak mungkin lelaki itu menyakiti Clarissa selama ini.Leonardo langsun mempercepat langkahnya agar dia segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tubuhnya terasa sakit, begitu pula dengan kepalanya. Rasa khawatir mulai menghantui di dalam pikirannya. ***“Bagaimana menurut
“Syaratnya, kamu harus membebaskan ayah Clarissa.”Justine masih berpikir keras dengan hal itu. Dia tidak mungkin membebaskan pamannya sebelum ibunya bebas dari tangan ayahnya sampai dia hanya bisa diam saat Leonardo mengatakan syarat yang diajukan kepadanya.“Bagaimana? Apakah kamu sanggup? Kamu sudah membunuh Clarissa dan aku sudah kehilangannya, sebagai rasa penyesalanmu aku ingin kamu membebaskan ayahnya.”Justine masih membatu. Dia sendiri tidak tahu harus mengatakan apa untuk menjawab perkataan Leonardo. Dia masih bingung akan semua hal itu. Dia tahu bahwa sampai detik ini dia bersalah dengan Clarissa. Oleh sebab itu, dia membebaskan Leonardo. Apalagi setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rissa Elmer bahwa dia harus meminta maaf dengan cara membebaskan orang yang paling disayang Clarissa waktu Rissa berada di apartemennya.“Kenapa kamu malah diam, Justine? Apa kau tidak mendengarkan apa yang sedang aku katakan?” tanya Leonardo Shu sedikit kecewa.JUstine menghela napas pa
Justine yang baru saja merebahkan tubuhnya dengan memainkan ponsel, kaget saat mendapatkan pesan suara dari seseorang yang tidak dia kenal. Api amarah mulai menyelimuti hatinya saat mendengar suara orang yang tidak asing baginya berbicara di dalam telepon genggam Justine. “Biadab kamu, Zero!” Justine melempar ponselnya hingga ponsel itu terjatuh di lantai dalam keadaan pecah. Dia benar-benar tersulut emosi. selama ini dia tidak menyangka jika ayahnya sangat peduli dengan Zero, tetapi tidak dengannya. Justine mengambil ponselnya yang lain, lalu dia menghubungi salah satu anak buahnya untuk melepaskan Leonardo. [“Bagaimana kalau tuan David tahu tentang ini, Tuan muda? KIta bisa dimakan habis oleh beliau.”] “Kau ikuti perintahku atau ikuti perintah tua bangka itu?” [“Baik, Tuan.”] Justine langsung menutup sambungan teleponnya. Dia sudah tidak sabar lelaki itu bebas untuk membunuh Zero karena hanya dia yang bisa melawan Zero untuk saat ini. JUstine mengirimkan sebuah pesan kepada ana
Clarissa menatap ke arah pintu dan beralih menatap sang paman, seolah menanyakan siapa yang sedang mengetuk pintunya.“Kenapa kamu malah menatap paman? Kamu tanya kepada paman? Mana mungkin paman tahu. Coba kamu lihat siapa yang datang,” perintah Alexander kepada Clarissa.“Tidak mungkin Justine, kan, Paman? Tadi dia baru saja menghubungiku.”Alexander langsung bingung ketika Clarissa mengira itu adalah Justine. Dia melihat ke sana-sini, mencari tempat untuk bersembunyi.Alexander langsung pergi menuju kamar, dia tidak tahu itu kamar Clarissa atau kamar tamu, yang terpenting baginya adalah mencari tempat persembunyian yang tepat, dengan memerhatikan siapa yang baru saja datang mengunjungi apartemen Clarissa dari balik pintu kamar.Dia terus memerhatikan kedua orang yang saat ini ada di hadapannya, dia melihat setiap gerak -gerik mereka.“Clarissa … aku membutuhkanmu,” ucap Zero duduk di sofa yang ada di ruang tamu.“Kamu kenapa?”“Aku sedang mencari ibuku, Clarissa. Dia diculik oleh s
“Tentu, rencana ini jauh lebih berhasil daripada rencana kita yang sebelumnya. Sebenarnya ini adalah rencanamu, Clarissa. Aku hanya memperbaikinya saja.”Clarissa masih belum paham apa yang dikatakan oleh sang paman. “Aku belum mengerti, Paman.”Alexander berdiri, dia melihat ke sekitar ruangan itu, degan memikirkan apa yang sedang dia bicarakan dengan Clarissa.“Aku pernah dengar sebelum Leonardo ditangkap kembali oleh David, dia telah menculik ibu Zero, istri kedua David Lee. Aku akan membantumu untuk meyakinkan Zero jika sebenarnya, selama ini David lee hanya memanfaatkan dia, sedangkan kamu, kamu buat Justine semakin membenci David Lee karena ibunya di sekap. Buat Justine menyesal karena selama ini telah membantu ayahnya yang selalu menyakiti keluargamu.”Clarissa malah tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander. “Itu adalah rencana yang sudah aku pikirkan sebelumnya, Paman. Walau aku tidak tahu jika Leonardo menculik ibu Zero. Tapi, di mana sekarang ibu Zero? Apakah Davi
Carissa bingung harus menjawab apa dengan pertanyaan pemuda itu. Dia tidak mungkin mengatakan jika itu adalah mayat Arman, terpaksa dia harus memikirkan terlebih dahulu alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan salah satu anak buah Nelson tersebut.“Nona Risa kenapa kamu malah diam? Apakah pertanyaanku ada yang salah?”“Bukan seperti itu, tetapi aku rasa kamu tidak perlu menanyakan isi dari kardus itu karena itu bukan urusan kamu, kalau kamu berniat membantuku angkat saja barang itu kedalam bagasi, tetapi kalau kamu tidak berniat membantuku, kamu tidak perlu repot-repot untuk membuang tenagamu.”“Aku hanya ingin tahu saja, Nona. Kalau kamu tidak ingin memberitahukan kepadaku juga tidak masalah.”Lelaki itu berusaha mengangkat kardus tersebut. Namun, kardus itu sangat berat, bahkan beratnya seperti dia memikul satu orang laki-laki yang tenaganya sangat kua. Lelaki itu meletakkan kardus itu kembali. Dia menatap heran ke arah Clarissa. “Kenapa berat sekali Nona? Aku seperti menggendo
Clarissa duduk di samping Arman. Dia mengambil sebuah pisau tajam yang ukurannya terbilang cukup kecil. Dia menancapkan pisau itu di dada Arman dan juga di leher lelaki itu. Dia sudah lama tidak bermain dengan benda tajam akhir-akhir ini. Jadi, kali ini dia merasa bahwa dia cukup puas telah melampiaskan kekesalannya kepada Arman. Akan tetapi, dia juga tidak tahu akan dia bawa kemana mayat Arman. Clarissa kembali berdiri untuk mencari jalan keluar, ketika dia mencoba berpikir tentang cara dia bisa keluar dari semua masalah itu, dia melihat sebuah jendela. Clarissa tersenyum melihat jendela tersebut. Lalu dia melangkah mendekati jendela tersebut. Perlahan dia mulai membuka jendela itu, dan memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja tanpa ada yang melihat kejadian tersebut. Saat dia sudah memastikan semuanya, Clarissa kembali menuju ke arah Arman. Dia ingin membawa Arman keluar dari tempat itu, tetapi dia jua tidak mau jika sampai ada yang melihat Arman. Lalu dia memutuskan untuk
Clarissa memutuskan sambungan telepon. Dia sangat sakit hati mendengar apa yang telah diucapkan pamannya. Selama ini dia berpikir jika sang paman akan selalu ada di sampingnya untuk membela dia, tetapi Alexander masih saja memikirkan Justine. Clarissa bingung ingin cerita dengan siapa, saat ini dia sudah tidak punya siapa-siapa, lalu dia memutuskan untuk pergi ke markas Geng Harimau Putih untuk melampiaskan kekesalannya. Dia pergi dengan mobil yang telah diberikan Nelson kepadanya. Setelah dia sampai di markas, semua orang langsung berkumpul, menyambut dia dengan menundukkan kepala. Mereka terlihat takut saat Clarissa datang dengan raut wajah yang menakutkan.Clarissa duduk di kursi yang biasa digunakan Nelson duduk dengan menatap semua orang yang ada di sana. “Bagaimana, apakah sudah ada perkembangannya tentang pembunuh calon suamiku?”Tidak ada yang menjawab pertanyaan Clarissa, semua orang yang di sana hanya mampu menyembunyikan wajahnya dari Clarissa sampai membuat Clarissa na