Sulit untuk menghindari tatapan tajam Luna. Ketika Reno kembali datang keesokan harinya hanya untuk makan siang bersama.“Kenapa? Kau terlihat sangat keberatan menampungku makan siang di sini? Aku datang tidak dengan tangan kosong. Aku membawa makanan dan mainan untuk Louis juga,” tanya Reno sambil tersenyum kecut. Luna berdecak sambil mengaduk makanan buatannya. “Bukankah di jam makan siang seharusnya kau pulang ke rumahmu? Makan bersama anak dan istrimu? Kenapa kau malah datang ke rumahku?”“Aku suka masakanmu dan aku merindukannya. Lagi pula ada anakku juga di sini. Bukankah kau sudah mengizinkanku untuk menemui Louis kapanpun aku mau?” tanya Reno lagi, menghentikan tangan Luna yang mengaduk makanan dengan kasar. “Jika kau keberatan, aku akan membayar masakanmu.”“Aku tidak sedang membuka restoran di rumah. Dan jangan terlalu memanjakan Louis dengan banyak mainan. Aku tidak suka dia terbiasa menghamburkan uang, mainannya sudah banyak. Belikan
“Hai, Sayang. Aku sangat merindukanmu.” Pelukan dan kecupan di kening langsung Luna terima begitu ia membuka pintu rumah untuk Brian. Luna tak membalas ucapan Brian, namun dia memasang senyum semanis mungkin untuk menyambut kedatangan pria yang telah mengikatnya dengan cincin berlian beberapa waktu lalu. Luna membantu membawa tas jinjing Brian, sementara pria itu menyeret koper dan membawa beberapa paper bag di tangannya kemudian mereka masuk ke dalam rumah. “Louis. Bagaimana keadaan kakimu sekarang? Maaf Paman baru menemuimu, Paman sangat sedih saat Mama mengatakan kakimu terluka, tapi Paman tidak berada di sampingmu,” ucap Brian dengan wajah khawatir. “Karena kau sangat hebat, Paman membawa banyak oleh-oleh untukmu. Kau pasti suka.”Brian tersenyum dan berjongkok di depan Louis yang tengah duduk di sofa. Di kiri kanannya beberapa paper bag berisi buah tangan, tak lupa ia bawa untuk Luna dan Louis. “Kakiku sudah lebih baik.
Luna tertegun sejenak. Lidahnya terasa kelu dan tak bisa berucap ketika ia mendengar pertanyaan Brian. Apa yang harus dia jawab? Berkata jujur dan menyakiti pria baik hati di hadapan? Atau membiarkan kesalahan semalam itu hanya menjadi rahasia dan menguburnya di hati terdalam? “Apa masih ada yang belum aku tahu, Luna?”Luna menelan salivanya ketika Brian kembali bertanya. Entah mengapa ia seperti melewati sidak menegangkan sekarang. Namun, tiba-tiba suara tangisan Louis terdengar dan mengalihkan mereka. Dua orang yang tengah berbicara serius itu menoleh dan terkejut mendapati kondisi Louis dari jauh. Tanpa menunggu lama, Luna dengan cepat berlari mendekati anaknya, begitupun dengan Brian. “Ma-ma ….”“Louis, astaga!!” Luna memekik saat melihat putranya muntah-muntah dan napasnya tersengal-sengal. “Kita harus segera membawanya ke rumah sakit!” Brian segera menggendong Louis dan berlari menuju mobil. Dengan cepat meletakkan Louis di kursi penumpang bersama Luna, sementara ia berla
“Apa yang kau rasakan sekarang, Jagoan?”Reno mengecup tangan Louis dan tersenyum lega. Mereka sudah membawa Louis kembali ke rumah. Dan Reno masih berada di dalam kamar Louis. “Aku baik-baik saja. Aku senang Papa di sini bersamaku,” jawab Louis dengan ceria. Anak itu bahkan tak terlihat lemas seperti orang yang baru pulang dari rumah sakit. “Syukurlah. Papa senang mendengarnya. Jangan sakit, sebentar lagi kau berulang tahun dan Papa akan membawamu berlibur ke villa. Kita akan merayakannya bersama.”“Benarkah?” Mata Louis membelalak mendengar ide liburan dengan papa-nya. Itu terdengar sangat menyenangkan. Reno mengangguk. “Tentu, jika Mama menyetujui. Papa akan bicara dengan Mama nanti.”Wajah ceria Louis seketika memudar. “Apa Mama akan melarang? Louis ingin berlibur bersama Papa. Itu pasti menyenangkan!”“Apa yang menyenangkan?” Tiba-tiba Luna masuk ke dalam kamar dan memotong percakapan mereka. “Ma, Papa akan merayakan ulang tahunku dengan berlibur ke Villa! Iya kan, Pa?” ungka
Tidak pernah sebelumnya Luna melihat Louis sangat ceria dan bersemangat bangun di pagi hari. Anak itu bahkan mandi dan sarapan pagi tanpa drama sama sekali. Louis terlihat sangat bahagia. “Apa kau sesenang itu dengan liburan ini, Sayang?” tanya Luna sambil menyeka ujung bibir Louis yang kotor. “Ya! Aku akan merayakan ulang tahun bersama Mama dan Papa! Aku sangat tidak sabar, kapan Papa akan menjemput kita, Ma?” Luna tersenyum. Hatinya pun ikut merasakan bahagia yang anaknya rasakan. “Mungkin sebentar lagi sampai. Papa sudah dalam perjalanan.”“Yeay!!” Louis bersorak gembira. Dan kegembiraan itu semakin memuncak saat mereka mendengar suara klakson mobil di luar. “Itu Papa, Ma!” Louis dengan tidak sabar berusaha turun dari kursi. Luna dengan cepat mendekat dan membantu putranya. “Hati-hati, jangan berlari. Kakimu baru membaik.” Peringat Luna pada Louis. Anak tampan itu hanya mengangguk,
Luna turun dari mobil dengan berat. Jantungnya berdebar sangat cepat karena emosi yang melanda dan berusaha ia tahan sejak di perjalanan. Bahkan dia terus diam dan tak menghiraukan Louis yang beberapa kali mengajaknya bicara. Beruntung Reno bisa mengendalikan situasi, hingga Louis tidak rewel selama sisa perjalanan. Anak itu bahkan sempat tertidur beberapa saat. “Ayo, Luna.” Reno berusaha meraih tangan Luna, namun dengan cepat Luna menepisnya. Ia melayangkan tatapan tajam dan melotot pada Reno. “Jangan harap setelah ini aku akan mempercayaimu lagi!!” desis Luna. Reno hanya menghela napas. Satu tangannya menggendong Louis, sementara tangan lain akhirnya beralih untuk menyeret koper Luna masuk ke dalam Villa. Villa itu benar-benar berada di area pegunungan yang masih sangat asri dan dingin. Sepanjang jalan mendekati Villa tak ayal mereka melewati pohon yang besar-besar, hutan, bahkan jurang. Namun, pemandangan ketika mereka sampai di Villa memang sangat indah. Villa yang berkonsep
Setelah mengakhiri perbincangan secara sepihak, Luna memutuskan untuk menyusul Louis ke taman belakang Villa. Dan pemandangan yang ia lihat membuat emosi yang sebelumnya berkobar perlahan mencair. Bibirnya tersenyum melihat tawa Louis dan Briel yang asik bermain bersama. “Mereka terlihat sangat akrab, bukan?” Suara Reno yang tiba-tiba membuat Luna sedikit tersentak. Namun, dia tak menghiraukan dan tetap berdiri menatap kearah anak-anak. “Briel dan Louis pernah bertemu sebelumnya. Di playground Mall. Briel bercerita padaku, saat itu Louis menolongnya yang terjatuh di jembatan bermain. Louis memberikan permen coklat agar Briel berhenti menangis. Dia bilang, Mama-nya mengatakan padanya bahwa memakan coklat bisa meredakan rasa sakit.” Reno tersenyum menatap wajah Luna dari samping. “Kau berhasil mendidik Louis dengan sangat baik, Luna. Kau adalah wanita terhebat yang aku kenal.”Luna menoleh. Ia tahu Louis sempat melihat Reno di playground dari Flora, tapi dia tak tahu bahwa Louis bahk
“T-tidak mungkin, kau bercanda, kan?!”Seluruh tubuh Luna rasanya lemas seketika begitu mendengar kabar buruk dari Brian bahwa gudang penyimpanan lukisan di galerinya yang berada di LA mengalami kebakaran. “B-bagaimana bisa ini terjadi?” [“Aku masih menyelidikinya. Masih sangat keos di sini. Beruntung api cepat padam dan belum menyebar ke ruangan lain. Tapi, kau sepertinya harus pulang dan mengecek sendiri lukisan-lukisan yang terbakar, aku tidak bisa menghandle semuanya di sini.”]Luna menghela napas berat. Dia masih berusaha mencerna apa yang tengah terjadi. Ini benar-benar bencana besar untuknya. Tidak bisa ia bayangkan berapa kerugian yang harus ia tanggung. “Ya, aku akan segera memesan tiket kalau begitu.”[“Aku sudah memesan tiket pesawat besok siang untukmu dan Louis. Agar kau memiliki cukup waktu dan tidak terlalu buru-buru, tenanglah, ya. Aku akan berusaha menangani semuanya sebelum kau tiba. Dan maaf aku harus menyampaikan kabar buruk ini di hari ulang tahun Louis. Tolong