Tidak pernah sebelumnya Luna melihat Louis sangat ceria dan bersemangat bangun di pagi hari. Anak itu bahkan mandi dan sarapan pagi tanpa drama sama sekali. Louis terlihat sangat bahagia. “Apa kau sesenang itu dengan liburan ini, Sayang?” tanya Luna sambil menyeka ujung bibir Louis yang kotor. “Ya! Aku akan merayakan ulang tahun bersama Mama dan Papa! Aku sangat tidak sabar, kapan Papa akan menjemput kita, Ma?” Luna tersenyum. Hatinya pun ikut merasakan bahagia yang anaknya rasakan. “Mungkin sebentar lagi sampai. Papa sudah dalam perjalanan.”“Yeay!!” Louis bersorak gembira. Dan kegembiraan itu semakin memuncak saat mereka mendengar suara klakson mobil di luar. “Itu Papa, Ma!” Louis dengan tidak sabar berusaha turun dari kursi. Luna dengan cepat mendekat dan membantu putranya. “Hati-hati, jangan berlari. Kakimu baru membaik.” Peringat Luna pada Louis. Anak tampan itu hanya mengangguk,
Luna turun dari mobil dengan berat. Jantungnya berdebar sangat cepat karena emosi yang melanda dan berusaha ia tahan sejak di perjalanan. Bahkan dia terus diam dan tak menghiraukan Louis yang beberapa kali mengajaknya bicara. Beruntung Reno bisa mengendalikan situasi, hingga Louis tidak rewel selama sisa perjalanan. Anak itu bahkan sempat tertidur beberapa saat. “Ayo, Luna.” Reno berusaha meraih tangan Luna, namun dengan cepat Luna menepisnya. Ia melayangkan tatapan tajam dan melotot pada Reno. “Jangan harap setelah ini aku akan mempercayaimu lagi!!” desis Luna. Reno hanya menghela napas. Satu tangannya menggendong Louis, sementara tangan lain akhirnya beralih untuk menyeret koper Luna masuk ke dalam Villa. Villa itu benar-benar berada di area pegunungan yang masih sangat asri dan dingin. Sepanjang jalan mendekati Villa tak ayal mereka melewati pohon yang besar-besar, hutan, bahkan jurang. Namun, pemandangan ketika mereka sampai di Villa memang sangat indah. Villa yang berkonsep
Setelah mengakhiri perbincangan secara sepihak, Luna memutuskan untuk menyusul Louis ke taman belakang Villa. Dan pemandangan yang ia lihat membuat emosi yang sebelumnya berkobar perlahan mencair. Bibirnya tersenyum melihat tawa Louis dan Briel yang asik bermain bersama. “Mereka terlihat sangat akrab, bukan?” Suara Reno yang tiba-tiba membuat Luna sedikit tersentak. Namun, dia tak menghiraukan dan tetap berdiri menatap kearah anak-anak. “Briel dan Louis pernah bertemu sebelumnya. Di playground Mall. Briel bercerita padaku, saat itu Louis menolongnya yang terjatuh di jembatan bermain. Louis memberikan permen coklat agar Briel berhenti menangis. Dia bilang, Mama-nya mengatakan padanya bahwa memakan coklat bisa meredakan rasa sakit.” Reno tersenyum menatap wajah Luna dari samping. “Kau berhasil mendidik Louis dengan sangat baik, Luna. Kau adalah wanita terhebat yang aku kenal.”Luna menoleh. Ia tahu Louis sempat melihat Reno di playground dari Flora, tapi dia tak tahu bahwa Louis bahk
“T-tidak mungkin, kau bercanda, kan?!”Seluruh tubuh Luna rasanya lemas seketika begitu mendengar kabar buruk dari Brian bahwa gudang penyimpanan lukisan di galerinya yang berada di LA mengalami kebakaran. “B-bagaimana bisa ini terjadi?” [“Aku masih menyelidikinya. Masih sangat keos di sini. Beruntung api cepat padam dan belum menyebar ke ruangan lain. Tapi, kau sepertinya harus pulang dan mengecek sendiri lukisan-lukisan yang terbakar, aku tidak bisa menghandle semuanya di sini.”]Luna menghela napas berat. Dia masih berusaha mencerna apa yang tengah terjadi. Ini benar-benar bencana besar untuknya. Tidak bisa ia bayangkan berapa kerugian yang harus ia tanggung. “Ya, aku akan segera memesan tiket kalau begitu.”[“Aku sudah memesan tiket pesawat besok siang untukmu dan Louis. Agar kau memiliki cukup waktu dan tidak terlalu buru-buru, tenanglah, ya. Aku akan berusaha menangani semuanya sebelum kau tiba. Dan maaf aku harus menyampaikan kabar buruk ini di hari ulang tahun Louis. Tolong
Luna tak kuasa menahan emosi saat Reno memberinya dua pilihan. Untuk pergi dan meninggalkan Louis di Villa atau tidak pergi ke mana-mana. Luna rasa Reno semakin besar kepala setelah dia berikan kesempatan yang sama untuk membesarkan Louis. “Kau gila?! Tidak, Louis ikut denganku!” sentak Luna yang membuat semua orang terkejut karena masih ada Louis di tengah-tengah mereka. “Luna, kurasa Reno ada benarnya. Kau akan menyelesaikan banyak masalah di sana, bukankah kau akan lebih fokus jika Louis di sini? Kasihan Louis, dia masih ingin bermain bersama Briel di sini. Aku berjanji akan menjaganya dengan baik. Aku akan memberimu kabar setiap dua jam sekali jika kau mau,” ujar Lucas dengan hati-hati. Reno mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Dan itu semakin membuat Luna kesal. Dia tidak pernah berpisah dengan Louis selama berhari-hari, dan Luna yakin jika dia meninggalkan Louis di sini, dia tidak akan tenang di LA dan akan terus mengkhawatirkan Louis sepanjang waktu. Selain itu, dia
Reno membuka mata saat merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Sejenak ia tak tahu apa yang terjadi padanya hingga ia merasakan sesak di dada dan terbatuk dengan keras. Dia meringis ketika kepalanya terasa sangat sakit. Reno menatap kesekililing dan saat dia melihat keadaan mobil, ingatannya kembali dengan jelas. Dia mengalami kecelakaan. Matanya sontak tertuju pada Luna yang duduk di sebelahnya dengan mata tertutup. “Astaga ... L-luna …”Untuk sesaat Reno dipenuhi rasa takut. Takut pada kemungkinan Luna sudah tidak bernyawa di sebelahnya. “Sssttt … shit! Sakit sekali!” Reno kembali meringis saat ia berusaha bergerak mendekati Luna. Dia perlu memeriksa keadaan Luna dan memastikan wanita itu baik-baik saja. Reno membuka sabuk pengamannya, lalu mencondongkan tubuh ke arah Luna yang wajahnya memiliki banyak memar dan ada beberapa goresan di wajah cantiknya. “Luna …” Reno memanggil dengan lembut, namun tidak adanya respon dari Luna membuat Reno ketakutan. Akhirnya deng
Tidak ada yang tahu kapan datangnya musibah. Begitu pun dengan kecelakaan yang baru mereka lewati berdua. Reno terus berusaha menguatkan diri. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan Luna, atau wanita itu akan jauh lebih lemah darinya dan tidak punya tempat bersandar. Namun, gerakan cepat saat Luna mencabut pecahan kaca di pipinya membuat Reno seketika mengerang kesakitan. “ARGHHH …” Erangan Reno membuat Luna refleks mendekatkan wajah dan meniup pipi Reno yang terluka. Dan detik itu juga erangan Reno berhenti. Wajah yang hanya berjarak beberapa centi dan tiupan hangat Luna di pipinya membuat Reno seketika terdiam. Beberapa detik mata mereka bertatapan. Sama-sama merasakan getaran lain di hati. Getaran yang dulu selalu mereka ciptakan dalam momen-momen indah yang mereka lalui berdua. “M-maafkan aku, Reno.” Luna memutus tatapan mereka dan menjauhkan wajahnya. Lalu kembali mengeluarkan beberapa pecahan kaca kecil yang dia temukan di sekitar pipi bagian kanan Reno.“Emm … sekarang ak
“Sshhttt … aw …”Luna tidak berhenti meringis sejak tadi. Akibat gengsinya yang terlalu tinggi dan tak mau menerima uluran tangan Reno, kaki Luna tidak sengaja terkilir saat berjalan. Jalan hutan yang curam membuat langkahnya tidak seimbang dan akhirnya kaki sebelah kiri Luna yang menjadi korbannya. “Apa kau bisa berdiri?” tanya Reno dengan khawatir. “Kakiku sakit sekali.” Luna mengeluh kesakitan dan Reno tak punya pilihan selain menggendong tubuh Luna. “Ayo, naik ke punggungku,” ucap Reno sambil berjongkok memunggungi Luna. “T-tapi lenganmu?”Reno menghela napas kasar. “Cepatlah naik, lebih baik kita kembali ke mobil sebelum hari mulai gelap.”Tak memiliki pilihan lain membuat Luna menerima tawaran Reno dan kini ia berada di atas punggung pria itu. “Kenapa kita kembali?” tanya Luna ketika Reno berbalik arah. Tidak menuju ujung tebing lagi. “Kita tidak bisa memanjat tebing dalam keadaan seperti ini, Luna. Kakimu terkilir, dan kondisiku juga tidak sefit itu untuk memanjat tebing