“Oh maaf, tidak ada apa-apa. Aku pikir yang berada di dalam kabin ini sekertaris dari Tuan Presdir,” kata Natasya. Wanita itu sempat malu karena yang keluar dari bilik toilet tersebut adalah karyawan yang lain. Bukan yang ia cari.“Saya lumayan lama, Nyonya. Di dalam sini. Tapi ... saya tidak melihat Sekertaris Tuan Presdir,” jawab Karyawan itu. Natasya tersenyum canggung. “Ah… baiklah, terima kasih.” wanita itu pun bergegas keluar dari toilet. Ketika melangkah menuju ke ruangan Jonathan, pikirannya hanya tertuju dengan bau parfum yang masih membekas. ‘Parfum yang dipakai Jonathan tentu eksklusif. Tidak mungkin ada yang menyamakan bau parfumnya.’ pikir Natasya.Natasya kemudian memasuki ruangan Jonathan, dengan wajah sembab dan mata yang sedikit merah. Jonathan yang sedang duduk di belakang meja kerja kekuasaannya menatap Natasya dengan tatapan khawatir."Nyonya Collins, kamu baik-baik saja?" tanya Jonathan dengan nada suara yang penuh kekhawatiran."Oh, aku baik-baik saja, Tuan Pa
“Natasya?! Oh, Dear. Kamu akhirnya tiba!” Nyonya Catarina menyambut kedatangan Natasya saat calon menantunya itu tiba di kediaman Parker.Natasya dengan senyum yang ramah pun memeluk Ibunda Jonathan. “Halo, Bibi, apakah Anda sehat?” tanya Natasya ramah.“Tentu, sayang. Ayo, kita minum teh. Aku ingin mendengar bagaimana kehidupanmu,” ajak Nyonya besar Parker.Dua wanita muda dan sepuh itu melangkah, merangkul satu sama lain. Sementara Jonathan sudah terbiasa dengan pemandangan tersebut karena Natasya di keluarganya, memang diperlakukan layaknya seorang ratu.“Tuan, Tuan Hubert dari Visionary Innovations, Inc. Sudah menunggu Anda di gazebo taman belakang, Tuan,” lapor Jose, sang kepala pelayan.Tanpa menjawab, Jonathan melepaskan jubah jas yang ia kenakan. Jose dengan cepat meraih jubah tersebut. Jonathan melangkah ke arah gazebo hanya dengan menggunakan kemeja putih beserta rompi dan dasi hitam. Dia tampak begitu gagah dan elegan.Sementara itu, Natasya dan Nyonya Catarina sudah duduk d
"Hazel! Oh, Sayang!" sang ibu berteriak, Amy merangkak cepat melihat tubuh Hazel akan jatuh menghantam lantai. Hazel merasa seolah dunia berputar saat botol minuman keras itu pecah di sisi kepalanya. Hazel merasa cairan merah yang terasa hangat itu mulai mengalir turun ke wajahnya.Bram, ayah tirinya, berdiri menatap Hazel dengan senyum mengerikan di wajah pria itu. "Itulah yang kau dapatkan jika berani melawanku, anak sialan!" Bram berteriak dengan suara keras, seolah mengejek Hazel yang terbaring lemah di lantai yang sudah bersimbah darah.Amy menatap Bram dengan mata memerah, tangan wanita itu memegangi kepala Hazel. "Bajingan kau, Bram! Demi Tuhan, jika aku tahu kau pria seperti ini, aku tidak akan sudi menikah denganmu! Pergi kau dari sini! Jangan pernah menampakkan wajahmu lagi!" sembur Amy, dia murka dan marah.Bram hanya tertawa mengejek. "Ini peringatan untuk kalian! Jangan pernah berani melawanku lagi, paham?!" Bram berteriak sebelum akhirnya, pria bengis itu melangkah kelua
“Pesta musim semi, kita akan pergi dan merayakan karnaval di pusat kota, Hazel. Kamu bisa melihat warna-warni lampu yang berkelap-kelip, menari mengikuti irama musik yang memenuhi udara. Aroma kue dan permen kapas bercampur dengan tawa riang pengunjung yang berpakaian cerah. Kamu akan menyukainya," kata ayah Hazel. Mata Hazel berbinar, bibir tipis merah muda itu tersenyum lebar. “Wah, benarkah, Ayah? Apakah aku dapat menari?” tanya Hazel antusias. Ayah Hazel mengangguk dengan senyum penuh kasih. “Tentu. Kamu akan terlihat seperti bintang kecil yang bersinar di tengah keramaian," jawab ayahnya, sambil mengelus lembut kepala Hazel dengan penuh kasih. "Kamu akan menjadi pusat perhatian dengan langkah kakimu yang lincah."Hazel melompat kegirangan, membayangkan dirinya berputar dan meliuk-liuk di antara kerumunan orang, lampu-lampu berwarna yang berpendar di sekelilingnya, musik yang mengalun membuat kakinya seolah-olah tidak bisa berhenti menari. "Aku akan menari sampai pagi, Ayah!" se
"Apakah Hazel hari ini tidak masuk kantor?" Mike sudah berdiri di pantry perusahaan sejak 20 menit yang lalu, pria itu terus melirik jam di pergelangan tangannya dengan gelisah menunggu kehadiran Hazel. Biasanya, wanita berkacamata itu akan datang membuat kopi. Namun, sampai jam makan siang berakhir, Mike tidak melihat keberadaan Hazel. "Apa mungkin dia sakit? Tadi malam, wajahnya terlihat pucat," pikir Mike. "Oh... Sampai-sampai, pak presdir juga mencari keberadaannya. Pasti terjadi sesuatu dengan Hazel," sambung Mike bergumam. Setelah pria itu mengambil kopi di mesin otomatis pembuat kopi, Mike pun meraih ponselnya, mencoba menghubungi Hazel. Dia melangkah dengan satu tangan memegang cup minum, dan satunya lagi menempelkan ponsel di telinganya. "Mike..." seorang wanita berbadan sintal, dia adalah Miya, berlari menghampiri Mike. "Kau pasti mencari Hazel? Sepertinya, kau menyukai wanita itu," kata Miya langsung tanpa basa-basi. "Puft..." Mike tersendat, hampir saja ia menyemburka
"Tidak! Sa-saya bukan boneka maupun pelacur, Tuan! Kenapa Tuan memperlakukan saya seperti saya ini bukan manusia? Saya ini makhluk hidup, saya punya perasaan dan juga hati! Saya tidak mau melayani Tuan!" pekik Hazel dengan tegas.Bukannya berhenti, Jonathan yang melihat penolakan dari Hazel membuat dirinya tertantang untuk terus mempermainkan tubuh sekretarisnya itu dengan sesuka hati. "Kau tidak bisa menolakku, Hazel . Aku memerlukanmu dan aku akan mendapatkan apa yang kuinginkan. Seharusnya kau berpikir, tanda tangan artinya menerima," ucap Jonathan dengan suara parau.Seperti seekor kupu-kupu yang terperangkap dalam jaring laba-laba, Hazel merasa terjebak dalam hubungan terlarang dengan sang atasan. Obsesi Jonathan yang penuh gairah membuat Hazel terbelenggu dan terjerat dalam gairah tanpa pengampunan.Jonathan kembali merangkul tubuh Hazel. Namun Hazel mencoba mengelak, mendorong tubuh Jonathan. "Tuan... Lepas, saya tidak bisa, Tuan! Tolong, kepala saya masih sangat sakit. Ahhh …
“Ini kompensasi untukmu. Simpan kartu ini baik-baik. Dan belilah beberapa pakaian untuk dirimu sendiri. Aku tidak ingin memiliki sekertaris kucel seperti dirimu,” kata Jonathan memberikan sebuah card kepada Hazel. Hazel mencengkram seprei di atas bed pasien itu. Merasa begitu terhina ketika dirinya dianggap seperti seorang pelacur. “Tuan, tolong simpan saja. Aku tidak ingin menerimanya. Aku bukan pelacur —”Tok, tok, tok! Lagi-lagi suara ketukan pintu itu terdengar. Membuat kepala Hazel menegang, wanita itu dengan cepat meraih pakaiannya lalu mengenakannya dengan tergesa-gesa.“Jika kau berpikir begitu, ya terserah. Aku hanya ingin berbaik hati. Jika kamu menolak, ya sudah!” Jonathan merapikan penampilannya saat dirinya baru selesai bercocok tanam. Ingin sekali Hazel memukul wajah angkuh atasannya dengan tiang infus saat Jonathan menyamakan dirinya sama seperti wanita-wanita penjaja tubuh.Namun, dia tidak punya keberanian. Hazel hanya membuang napasnya berulang kali mengusir rasa
“Tuan Parker, anda dari mana saja? Aku menunggumu cukup lama!” sambut Natasya.Jonathan dengan wajah yang lelah melewati tubuh calon istrinya dengan begitu saja. Setelah dari rumah sakit, dia harus mengurus beberapa masalah perusahaan.“Natasya, aku sedang lelah. Jika kau ingin menjemput orang tuamu, maka aku akan meminta supir untuk mengantarkanmu,” ucap Jonathan acuh tak acuh.Wajah Natasya merenggut mendengar jawaban calon suaminya itu. “Tuan Parker, apa kau anggap ibuku tidak berharga? Seharusnya, kau sebagai calon suamiku—”“Shut up!” Jonathan memotong dengan bentakan. Membuat wanita yang berjalan di sampingnya itu seketika terdiam.Tanpa sepatah kata, Jonathan berjalan melewati tubuh Natasya. Jonathan paling tidak suka jika dirinya sedang lelah, harus mendapatkan semprotan dari orang lain. Itu membuat kepalanya semakin berdenyut.Natasya melihat punggung Jonathan yang sudah berlalu itu, kedua tangannya terkepal kuat. “Kenapa dia menjadi berubah seperti ini? Saat dia menjemputku,