Segera duduk di hadapan orang yang tengah melamun sambil memegang botol wiski yang isinya tersisa setengah. Dengan sengaja Xadera merebut wiski dalam genggaman pria itu, sampai membuatnya tersentak kaget hingga melayangkan tinjuan dan berhenti tepat beberapa senti sebelum benar-benar mengenai Xadera.
"Hollyshit Xadera!" hardik pria itu kesal.Sedangkan Dera hanya cengengesan tanpa rasa bersalah sambil menenggak wiski hasil rebutannya tadi."Sedang apa bos?" tanya Dera setelah menelan wiski yang memberikan sensasi terbakar di tenggorokannya."Melihat mobil lewat Der!" Pria itu berdecak sinis.Entah polos cenderung bodoh atau memang otak Dera yang kelewat rusak, pria itu langsung celingak-celinguk sebelum kembali menatap pria di hadapannya. "Tidak ada mobil Bos, ini kan di dalam club mana ada mobil," ucap Dera semakin membuat kesal pria di hadapannya."Otakmu itu tinggal se-perempat atau memang sudah habis Der? Menurutmu apa yang o"Mommy, are you okay?" Belum juga terbangun sepenuhnya, Valeri langsung bertanya pada Ressi perihal keadaannya.Terkekeh geli sambil mengusap wajah putrinya, Ressi gemas mendapati suara lirih Valeri yang menanyakan kabarnya padahal matanya masih setengah terpejam."Mommy okay Baby. Valeri mau tidur lagi?" tanya Ressi karena setelah bertanya gadis kecilnya itu bukannya bangun. Akan tetapi malah memejamkan matanya kembali sambil bergelung dalam pelukannya."Kenapa sepi Mom, di mana daddy?" Selagi bertanya, Valeri menarik nafas panjang sebelum menghembuskan perlahan sambil meregangkan badannya sebelum benar-benar terbangun.Bukannya mendapati daddy-nya, Valeri malah melihat Revan dan Ferrel yang tengah beralasan di sofa dalam ruang rawat mommy-nya.Perasaan kesal bergumul di dalam hati bocah tersebut. Dia bertanya-tanya, kenapa bahkan di saat mommy-nya sakit daddy-nya tidak ada di sampingnya?Apa seberharga itu pekerjaan sampai keluarga diabaik
"Selamat pagi!" Mendengar sapaan itu, membuat semua orang dalam ruangan langsung melongokan kepalanya ke arah pintu.Dua orang langsung berekspresi dengan membelalak, satu orang menatap datar meski dalam hatinya ingin sekali menjitak kepala orang tersebut. Empat orang sisanya memandang dengan raut penasaran pada salah satu orang yang baru datang.Valeri lebih dulu bersuara, "yang sama Oma siapa?" tanyanya dengan wajah yang membuat mereka gemas."Oh, ini tadi Oma ketemu waktu mau ke ruangan mommy, Sayang. Katanya dia teman mommy sewaktu kecil. Jadi, sekalian Oma ajak bareng."Dengan senang hati Rossy menjelaskan siapa yang datang bersamanya.Revan diam saja sambil mengamati, Ferrel seperti tengah mengingat-ingat sesuatu. Namun, dia menyerah karena lupa."Tuan, anda datang?" sapa Elma dengan senyum tipis pada Arga. Dengan tanpa malu, dia pun melambaikan tangan riang pada suster tersebut.Ressi menatap tajam pria
Ada setitik rasa bersalah di hati Ferrel. Namun, ketidak-sukaannya akan sikap Arcala yang plin-plan membuat pria itu menekan rasa bersalahnya dalam-dalam."Bagaimana caranya?" tanya Ferrel tertarik."Cukup berada di sisi Ressi dan Valeri. Tetaplah menjadi karyawan Arcala meski kamu bekerja padaku!" ujar Arga ringan.Ferrel ternganga mendengar jawaban Arga yang sangat ringan. Seolah yang mereka perbincangkan hanya mengenai cuaca saja."Jadi, saya akan menerima uang dari tuan Arcala dan Anda?" tanya Ferrel tidak percaya.Anggukan ringan menjadi jawaban untuk Ferrel. Pria itu sudah tidak mampu berkata-kata lagi. Yang dia lakukan hanya memelototi Arga yang mengawasi Valeri mengerjakan tugas.Ressi kembali tertidur setelah mendapat sarapan dan mendapat obat anti alergi.Maka dari itu Ferrel dan Arga leluasa untuk membahas mengenai pekerjaan meski ada Valeri. Nampaknya bocah itu tidak terlalu perduli.Revan?
Benar! Tidak menemukan pesan maupun panggilan tak terjawab dari orang tuanya bahkan bisa dikatakan Arcala sedikit berharap Ressi mengatakan kabar terkini mengenai dirinya.Namun, nampaknya harapan itu hanyalah harapan semata.Karena, tidak ada yang muncul selain pemberitahuan Xadera mengenai ditemukannya kamera pengintai di ruangannya. Yang meski geram tidak sampai membuat dirinya merasa harus duduk di bar mini milik Sissy lalu menghabiskan sebotol wiski.Ya! Setelah meminta Xadera menyelidiki siapa yang berani memasang kamera di ruangannya. Lalu mengantar Sissy menemui pihak manajemen brand yang ingin menggunakan jasanya di resto apartemen.Arcala memilih kembali ke unit kekasihnya dan membuka satu botol wiski untuk menemaninya menelaah perasaan apa yang tengah dia rasakan saat ini.Dari Xadera hanya pesan yang memang dia nantikan. Sedangkan Revan hanya panggilan tidak terjawab.Arcala benci bertanya-tanya, tapi dia malas menc
Setelah mendapat pesanannya, Arga segera bergabung dengan Bram, Rossy, dan Valeri. Sambil bercanda mereka ber-empat menikmati sarapan.Saat makanan mereka tersisa setengahnya, Arga mendapati Bram dan Rossy yang menggenggam sendok mereka kelewat erat.Posisinya yang menunggungi pintu ke luar, membuat dirinya tidak tahu apa yang terjadi. Tetap menahan diri untuk tidak menoleh ke belakang, Arga pura-pura tidak tahu dan melanjutkan makan.Syukurnya, Valeri tidak terusik oleh aura sekitarnya yang mulai berubah. Atau hanya pura-pura tidak tahu saja, sampai kecupan di puncak kepala gadis kecil itu membuatnya membeku.Sendok di tangan Valeri lepas begitu saja, menghasilkan bunyi nyaring setelah beradu dengan lantai. Jemarinya mengepal erat dengan netra yang kembali berkaca. Dengan sekuat tenaga Valeri menelan semua perasaan itu, lalu meraih sendok baru dan melanjutkan makan yang sudah terasa hambar."Halo, Baby. Kamu makan apa?" tanya Arcala tanp
"Kamu di sini, Ga?" tanya Linda saat mendapati Arcala yang menuju sofa entah dari mana.Pertanyaan itu lagi.Seolah keberadaannya di sini tidak pada tempatnya."Apa sebegitu anehnya keberadaanku di sini, Lin?" tanya Cala sambil mendesah lelah sebelum kembali merebahkan diri."Ya, begitulah.""Kentara sekali ya?" sekali lagi Cala bertanya ingin meyakinkan diri.Melihat sepupunya yang mengendikkan bahu, Arcala merasa semakin tidak layak untuk Ressi. Akan tetapi, kenapa dia mempertahankan sandiwara ini selama sembilan tahun.Ah ... iya dia tahu! Dengan sangat pengecut dan tidak tahu diri. Dia menggunakan pernikahannya dengan Ressi untuk menjadi tameng hubungannya dengan Sissylia yang sudah pasti akan sulit mendapat restu dari orang tuanya.Setelah memeriksa keadaan Ressi, Linda menyusul Arcala duduk di sampingnya. "Dari mana semalam, Ga?" tanya Linda iseng. Bukan tidak tahu, Linda sangat tahu jika sepupun
"Salahkah rasa cintaku padamu, Ga?" tanya Ressi pada dirinya sendiri."Benarkah kamu mencintaiku, Re?" tanya pria yang tiba-tiba mendekatkan wajah padanya."Ish, apa yang kamu katakan Arga?" Bukannya tersipu malu, Ressi malah kesal pada pria itu."Tadi kamu bilang 'salahkah rasa cintaku padamu,Ga'. Jadi benarkah kamu mencintaiku?" tanya Arga menuntut."Hai, bocah. Berapa umurmu sampai kepikiran untuk bertanya tentang cinta?" Dengan nada datar andalannya Ressi bertanya.Mau bagaimana lagi, wajah Arga yang baby face membuat pria itu terlihat lebih muda dari umurnya. Sejujurnya Ressi sedikit iri dengan hal itu, makanya dia suka sekali menggoda Arga."Hei! Umurku lebih tua satu tahun darimu , Re!" rajuk Arga pada Ressi."Baiklah bocah, ke mari dan peluk kakakmu ini!" perintah Ressi setelah mendudukkan diri."Tidak, aku tidak suka panggilan itu. Bisakah kamu memanggil namaku saja, yang kakak itu aku." Hal seperti ini
"Bos, aku mau ke minimarket sebentar," ujar Dera setelah berhenti di parkiran minimarket.Tidak peduli, Arcala hanya mengibaskan tangan tanda persetujuan. Dia hanya fokus pada tujuannya ke apartemen Sissylia. Dera yang mendapat ijin pun segera turun dari mobil. Berlari kecil menuju minimarket untuk membeli beberapa barang yang dia butuhkan.Setelah mendapat apa yang dia inginkan, segera dibawa menuju kasir."Mau tambah pulsanya sekalian, Kak?" tanya sang kasir.Xadera menggeleng."Total semuanya dua ratus lima puluh ribu, Kak!" ucap sang kasir dengan senyum formal.Mengambil lima lembar uang lima puluh ribuan untuk dia bayarkan, Xadera melenggang kembali ke mobil dengan membawa belanjaan tersebut."Kamu belanja itu mau apa, Der?" tanya Arcala heran."Mau masak-masak, Bos!" beritahu pria itu pada atasannya."Owh, segitu banyak kamu bisa habiskan?" tanyanya lagi sambil menyandarkan kepala di kur
Wajah Sissylia nampak berseri-seri ketika dia keluar dari kamar bersama Arcala, keduanya berbincang selama perjalanan menuju ruang makan."Bagaimana dengan pihak manajemen?" tanya Arcala perihal beberapa kontrak yang dibatalkan oleh pihak penyelenggara."Mereka sedikit keberatan, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.""Apa mereka meminta pinalti?""Beberapa, ya dan aku sudah membayar pinaltinya." Sissylia nampak tidak keberatan jika namanya tercemar, dia menganggap ini bayaran atas kesalahannya di masa lalu."Jika ada yang meminta ganti rugi, katakan saja padaku," ucap Arcala menenangkan istrinya."Tenanglah, aku masih memiliki cukup uang untuk mengurus semua itu.""Tidak, apa yang kamu alami. Aku ikut andil di dalamnya, jadi aku harus ikut bertanggung jawab. Lagipula sekarang kamu istriku By," jawab Arcala merasa kosong dengan status baru Sissylia. Lidahnya terbiasa dengan panggilan istri untuk Ressi.Keduanya duduk di ruang makan, menantikan hidangan makan siang sambil meliha
Sissylia berusaha melepas gaun pengantin yang rumit itu namun selalu gagal sampai membuatnya mendesah lelah."Loh, kamu belum ganti baju, By?" tanya Arcala yang sudah terlihat segar setelah keluar dari kamar mandi."Aku tidak bisa melepas gaunnya," keluh Sissy dengan kesal."Kamu sendiri loh yang memilih gaun itu," ujar Arcala menggoda namun juga mendekat untuk membantu istrinya."Jangan menggodaku, Cala!""Apa, aku tidak melakukan apa pun." Satu per satu tali temali gaun Sissylia terlepas, punggung mulusnya terlihat sedikit demi sedikit. Membuat Arcala tergiur untuk menyentuh punggung Sissylia menggunakan bibirnya.Mencium inchi demi inchi punggung istrinya tanpa terlewat, Arcala menuntun Sissylia agar berdiri sehingga gaun yang dikenakan olehnya melorot turun di bawah kakinya. "I love your body.""Just my body?" desah Sissylia tertahan ketika Arcala menangkup kedua dadanya dari belakang."Semuanya, aku menyukai semua yang ada pada dirimu." Remasan perlahan yang dia rasakan bahkan s
Tanpa tahu jika putrinya, tengah duduk termenung di dalam kamarnya menatap ke arah jendela.Menantikan daddy-nya yang sudah beberapa hari tidak pulang, kakek dan neneknya baru saja pulang setelah memastikan bahwa cucunya dalam keadaan baik-baik saja.Sama seperti Valeri yang sebenarnya enggan untuk tinggal di dalam rumah Ragananta. Begitu juga Bram dan Rossy yang tidak betah tinggal di sana.Jika saja dia bisa segera menyelesaikan urusannya dengan daddy-nya. Sudah pasti Valeri memilih angkat kaki dari dalam rumah yang kini dia tinggali.Merenung menatap jalanan depan rumah, Valeri menemukan satu mobil yang cukup aneh sebab ada karangan bunga di beberapa bagian.Valeri hanya memperhatikan saja, enggan untuk turun melihat siapa yang datang.Tak berselang lama, Ferrel muncul dari kursi pengemudi. Membuka pintu penumpang, Arcala turun terlebih dahulu menggandeng satu tangan dengan sarung tangan berwarna putih panjang.Saat orang yang digandeng Arcala ikut turun.Valeri berani bersumpah ji
Rintihan itu berubah menjadi erangan dan desahan halus sekaligus berubah dari wajah Ressi kembali ke wajah Sissylia yang nampak tak kuasa menyambut gerakan Arcala yang semakin menggila.Entah berapa kali klimaks yang didapat olehnya, sampai tubuhnya pasrah dengan gerakan Arcala yang tak kunjung sampai.Hingga akhirnya tubuh Arcala menegang dengan gerakannya yang tersendat-sendat. Arcala ambruk di samping tubuh Sissylia yang sudah penuh dengan peluh hasil percintaan mereka. Bahkan cairan miliknya dan milik Sissylia bercampur sampai meluber dari inti wanita di sampingnya."Kamu sudah melepas alat kontrasepsimu?" tanya Arcala berharap mereka akan memiliki anak kembali. Supaya bayangan Ressi hilang darinya ketika dia tengah bercinta dengan Sissylia."Aku tidak akan melepasnya sebelum kita menikah, Cala. Lagipula kasihan Valeri yang sama sekali tidak mendapat kasih sayang dariku."Mencium dahi Sissylia, Arcala membenarkan perkataan kekasihnya dalam diam. Hanya saja dirinya tidak habis fi
Pemberitaan mengenai perceraian Arcala Ressi dan masalah yang menjadi latar belakangnya begitu ramai diperbincangkan di hadapan publik.Bahkan beberapa stasiun televisi tidak sungkan membawa-bawa semua pakar mulai dari telematika sampai pakar astronomi. Bahkan sekelas dukun juga mereka datangkan hanya demi membahas perceraian antara Ragananta dan Fatmalodya.Berbagai foto yang memuat gambar Arcala dari berbagai sisi, dibahas dengan sangat detail. Beberapa kali Sissylia mendapat undangan untuk jadi narasumber atau pengisi acar. Dirinya begitu laris, stasiun televisi yang diambang gulung tikar rela memeras kering sana perusahaan untuk mengundang Sissylia.Benar saja, tak berapa lama setelah kemunculan Sissylia. Stasiun tivi tersebut banjir pujian dan investor.Pemberitaan tentang kandasnya pernikahan Arcala Ressi yang disebabkan oleh orang ketiga tersebar ke seluruh penjuru kota.Di dalam lama sebuah media sosial, baik itu akun milik Sissy maupun Arcala. Panen hujatan namun ada beberap
"Aku akan menikahi Sissy setelah percerainku dengan Ressi resmi.""Terserah padamu Raga, kamu laki-laki. Tidak butuh restu atau wali bukan" gumam Bram di ruang kerja dalam rumahnya.Rossy enggan menemui Cala sebab merasa malu kepada gadis sebaik Ressi. Dia seolah telah menjebak gadis itu untuk tenggelam dalam danau kedukaan selama hidup bersama putranya.Jelas ini sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Arcala meski hanya sedikit meleset.Dia pikir orang tuanya akan menentang niatnya habis-habisan. Nyatanya mereka membiarkan cenderung tidak perduli dengan apa pun yang hendak Arcala lakukan."Papa dan mama benar-benar tidak akan datang saat pernikahanku nanti?" tanya Arcala sekali lagi untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.Bram mengangguk tanpa bicara."Lalu apa yang akan kukatakan kepada orang tua Sissylia, Pa?""Kau bisa mencari alasan apa saja, mengurusi Valeri yang sedang ngambek misalnya." Ayah dari Arcala itu mengendikkan bahu tak acuh.Memang benar, beberapa hari terakhir
"Aku kurang tahu, semua terjadi ketika aku, papa dan mama pergi menemui Rivan," jawab Revan datar."Nah iya, apa Rivan kembali ke sini pada akhirnya?" tanya Arga teralihkan."Tidak, dia justru ingin pamit pergi lagi.""Kenapa, tidak kamu tidak Rivan sama menyebalkannya," gerutu Arga yang berjalan menuju parkiran."Kamu ingin mendengar perkara Ressi atau Rivan?!" geram Revan."Kalau bisa dua-duanya kenapa harus salah satu?" Kini dia sudah berada dalam mobil, menyetir sendirian ke arah rumah Ressi."Jangan katakan kamu langsung kemari?" tanya Revan tidak percaya."Apa masalahnya?" Arga mnegetuk-ngetukkan jemarinya pada roda kemudi ketika menunggu di lampu merah untuk menahan diri agar tidak menerobos lampu yang sialannya tidak ada mobil lain yang menanti lampu merah, banyak dari mereka yang lanjut karena belok kiri.Rasanya Arga ingin menekan pedal gas dalam-dalam supaya segera terbebas dari lampu merah itu. "Setidaknya mandilah dulu Arga," cela Revan."Aku akan numpang mandi di kamarm
Seperti yang diinginkan Ressi, sidang cerainya berjalan lancar dengan dia yang sengaja tidak muncul pada tiap sesi sidang bahkan saat mediasi sekalipun.Ketika sidang usai, banyak media yang menyerbu dan mengamati tiap detik jalannya sidang.Arcala memilih diam dan membiarkan pengacaranya yang berbicara tentang alasan perceraiannya dengan Ressi.Tidak pernah Arcala mengucapkan statemen yang sekiranya merugikan Ressi, namun juga dia tidak banyak bicara ketika awak media mulai menyinggung mengenai hubungannya dengan Sissylia.Semua dia serahkan kepada pengacaranya.Di sisi lain, Valeri termenung dan mengurung diri di dalam kamarnya. Dia gentar saat ingin ke luar dari rumah, takut jika sewaktu-waktu para pemburu berita itu mengerumuni dirinya. Belum lagi teman-temannya yang akan menanyakan ini itu padanya.Namun, yang paling menguasai hati gadis kecil itu hanyalah pertanyaan-pertanyaan yang berputar di dalam otak kecilnya.Bagaimana keadaan mommy-nya?Bagaimana perasaan mommy-nya?Apakah
"Kita tidak akan bertemu sampai kamu tahu apa yang kamu mau, Cala," pungkas Sissylia."Tidak tidak, jangan seperti ini aku mohon. Aku justru akan semakin kehilangan arah, tetaplah berada di sisiku," pinta Arcala menggenggam erat kedua telapak tangan kekasihnya.Benar apa yang dikatakan Arcala, jika dia meninggalkan pria itu di saat seperti ini. Bisa jadi lelaki itu justru semakin tersesat dan kehilangan arah lalu tidak akan kembali padanya, lalu untuk apa perjuangan yang dia lakukan selama ini sampai dia rela dipandang buruk oleh semua orang."Okay, aku akan tinggal tapi kamu juga harus menelaah perasaan kamu." Sissylia mencoba meyakinkan diri dengan cara memeluk kekasihnya, mencari pegangan untuk menguatkan perasaannya.Pada akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing.Berita perceraian Ressi dan Arcala menjadi berita yang sangat menggemparkan bagi seluruh media tanah air. Nama Sissylia juga dibawa-bawa dalam setiap berita, sedangkan Ressi tidak pernah sekalipun muncul untuk melak