"Salahkah rasa cintaku padamu, Ga?" tanya Ressi pada dirinya sendiri.
"Benarkah kamu mencintaiku, Re?" tanya pria yang tiba-tiba mendekatkan wajah padanya."Ish, apa yang kamu katakan Arga?" Bukannya tersipu malu, Ressi malah kesal pada pria itu."Tadi kamu bilang 'salahkah rasa cintaku padamu,Ga'. Jadi benarkah kamu mencintaiku?" tanya Arga menuntut."Hai, bocah. Berapa umurmu sampai kepikiran untuk bertanya tentang cinta?" Dengan nada datar andalannya Ressi bertanya.Mau bagaimana lagi, wajah Arga yang baby face membuat pria itu terlihat lebih muda dari umurnya. Sejujurnya Ressi sedikit iri dengan hal itu, makanya dia suka sekali menggoda Arga."Hei! Umurku lebih tua satu tahun darimu , Re!" rajuk Arga pada Ressi."Baiklah bocah, ke mari dan peluk kakakmu ini!" perintah Ressi setelah mendudukkan diri."Tidak, aku tidak suka panggilan itu. Bisakah kamu memanggil namaku saja, yang kakak itu aku." Hal seperti ini"Bos, aku mau ke minimarket sebentar," ujar Dera setelah berhenti di parkiran minimarket.Tidak peduli, Arcala hanya mengibaskan tangan tanda persetujuan. Dia hanya fokus pada tujuannya ke apartemen Sissylia. Dera yang mendapat ijin pun segera turun dari mobil. Berlari kecil menuju minimarket untuk membeli beberapa barang yang dia butuhkan.Setelah mendapat apa yang dia inginkan, segera dibawa menuju kasir."Mau tambah pulsanya sekalian, Kak?" tanya sang kasir.Xadera menggeleng."Total semuanya dua ratus lima puluh ribu, Kak!" ucap sang kasir dengan senyum formal.Mengambil lima lembar uang lima puluh ribuan untuk dia bayarkan, Xadera melenggang kembali ke mobil dengan membawa belanjaan tersebut."Kamu belanja itu mau apa, Der?" tanya Arcala heran."Mau masak-masak, Bos!" beritahu pria itu pada atasannya."Owh, segitu banyak kamu bisa habiskan?" tanyanya lagi sambil menyandarkan kepala di kur
Valeri seharusnya menemukan mobil daddy-nya, namun sayang mobil warna hitam kesayangan pria itu tidak ada di belakang mobil yang dia tumpangi.Ingin bertanya pada mommy-nya tapi, sungkan.Akhirnya dia memilih berpura-pura tidur saja untuk memenangkan pikiran buruknya."Kak, mampir ke toko roti biasa, ya!" pinta Ressi ingin membeli beberapa roti untuk camilan.Tidak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di toko tersebut. Saat hendak turun, Revan sudah mendahului. Lagipula dia sudah hafal roti apa saja yang ingin dipesan oleh Ressi.Di tempat lain, tepatnya di apartemen Sissy.Arcala dan Xadera sudah berada di dalam lift setelah memarkirkan mobilnya di basement.Diam-diam Dera mengumpati atasannya karena tidak mau membantunya membawa bahan makanan."Kenapa, Der?" tanya Arcala sambil mengernyit merasa jika Xadera sedang berwajah masam padanya."Oh, tidak Bos. Tidak apa-apa," ucap Dera tersenyum manis.
Tiba di rumah Ragananta, Bram dan Rossy turun lebih dahulu. Disusul Valeri dan Ressi.Menanti, menantu dan cucunya di teras rumah. Rossy mendongak menatap suaminya dengan pandangan penuh arti. Membuat Bram mengusap lengan Rossy yang tengah dia peluk untuk menenangkan istrinya."Ayo Pa, Ma. Masuk," ajak Ressi sambil menggandeng Valeri yang masih berwajah sendu namun tetap tersenyum meski tidak sampai matanya.Menghela istrinya masuk, Bram menoleh ke belakang berharap putranya menyusul meski terlambat. Nyatanya sampai satpam menutup gerbang, tidak ada tanda-tanda kehadiran mobil yang ditumpangi putranya.Bahkan sampai madam Yeri menutup pintu utama rumah Ragananta setelah semuanya masuk. Arcala masih belum terlihat, perasaan geram memenuhi diri Bram.Namun berusaha dia telan dan menampilkan senyum jenaka seperti biasa. Hanya saja dia berjanji dalam hati, suatu saat jika apa yang dia pertaruhan dan pertahankan gagal. Dia tidak akan peduli de
Setelah menghabiskan minuman yang diracik oleh Xadera. Sissy dan Arcala langsung tidak sadarkan diri karena mabuk berat.Melihat dua orang di depannya sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri. Xadera mengamati keduanya dalam diam tatapannya seolah mengisyaratkan berbagai hal.Menyesap minuman yang entah mengapa bisa membuat orang tumbang hanya dalam sekali tegukan. Namun, tidak berpengaruh apa-apa padanya."Yang benar saja! kau meminum air mineral, bajingan." Xadera terkekeh sendiri setelah mengumpati dirinya.Kedua orang itu terlalu terpukau dengan caranya meracik minuman sampai tidak sadar jika pria itu menuang air mineral pada gelasnya sendiri."Kalian tahu. Terkadang seorang koki handal atau bartender ahli justru tidak menyukai apa yang dia buat. Meski persentasenya 99:1 hahahaha," Xadera tertawa selayaknya orang gila.Xadera beranjak mengelilingi apartemen milik kekasih atasannya. "Ck ck ck, mengagumkan. Apartemen y
Ressy terbangun pukul 01.00 pagi.Mana pernah dia terbangun sampai siang hari atau ketika matahari terbit malu-malu.Merasakan belitan pada pinggangnya, Ressy tidak terkejut saat menemukan Valeri tengah memeluk dirinya dalam tidur seolah takut kehilangannya.Melepaskan perlahan pelukan Valeri lalu menaikkan bedcover sampai ke bawah dagunya. Ressi beranjak menuju lemari kaca tempat dia menyimpan whisky, terlalu sering meminumnya membuat Ressi kebal akan efek dari minuman beralkohol tersebut.Atau bisa dikatakan whisky masih bisa ditoleransi oleh tubuhnya, tapi tidak jika itu vodka. Sekali meminum cairan laknat itu maka dia akan langsung kehilangan kendali atas isi pikirannya.Mengambil gelas pendek wanita itu membawa minumannya menuju mimbar yang dia buat di balik rak buku. Tempatnya menikmati rasa sesak dan sakit seorang diri.Menuang whisky dari botol ke dalam gelas. Ressi tergoda untuk menenggaknya langsung dari botol, tapi tid
Bukan seseorang melainkan dua orang yang tidak pernah Ressy harapkan kehadirannya disatu-satunya tempat yang dia anggap miliknya. Nyatanya dia juga salah perihal rumah yang diklaim sebagai satu-satunya tempat yang tidak akan diinjak oleh jalang sialan yang membayanginya selama ini.Bram dan Rossy membelalak ngeri dan juga merinding antara harus menggeram murka atau memberi aplaus kepada Arcala yang berani membawa musuh utama keluarga Ragananta masuk ke dalam kawanan yang siap menelannya mentah-mentah."Selamat pagi. Silahkan masuk kami akan sarapan. Mari ikut bergabung," tatapan dan suara Ressi memang ramah. Akan tetapi, mereka tidak buta akan muatan amarah yang terkandung pada wajah datar itu.Namun, sekali lagi. Jika, kamu berakting buta maka lakukan dengan total. Seperti yang dilakukan oleh Arcala dan Sissy yang tersenyum lembut menuju ruang makan."Valeri mau ikut Aunty?" tanya Sissy manis.Valeri yang mendengarnya hanya menggeleng de
"Untuk apa kalian ke mari?"Genderang perang sudah ditabuh. Bram yang menjadi garda paling depan untuk menghadapi para musuh bahkan jika itu anaknya sendiri.Bersusah payah menelan makanan yang terlanjur setengah jalan. Arcala mendorong makan itu dengan air satu gelas.Sepertinya Bram tidak rela membiarkan seorang Arcala bisa dengan tidak tahu malu makan dengan rakus sedangkan yang lain tidak mampu makan dengan benar."Ingin mengajak Valeri jalan-jalan," jawab Arcala tanpa rasa bersalah."Oh benarkah?" Kali ini Rossy yang bertanya diselubungi keceriaan yang dibuat-buat."Valeri sudah berangkat ke sekolah. Banyak kegiatan yang akan dia lakukan, mungkin dia akan pulang malam." Ressi menambah dengan ringan sambil berpura-pura menikmati makanannya."Mana mungkin dia sekolah sampai malam Re?" tanya Arcala tidak terima sekaligus mengerutkan dahi nampak mengingat-ingat. "Sepertinya jadwalnya tidak sepadat itu," tambahnya ragu.
Begitu sampai di ruang tertutup lain yang penuh dengan lukisan yang Arcala baru tahu keberadaannya. Mereka mulai perbincangan dalam tanda kutip menurut Ressi."Apa mau kalian?" suara Ressi lembut, tapi baik Arcala maupun Sissylia tahu jika nada yang wanita itu gunakan menandakan bahaya."Kembalikan apa yang kamu rebut dariku," tidak gentar Sissylia menjawab apa yang Ressi tanyakan.Tertawa penuh rasa jijik Ressi seolah bukan dirinya ketika menjawab,"apa yang aku rebut?""Semuanya. Kamu mengambil semuanya dariku," jawab Sissy lagi. Inilah perang para wanita yang sesungguhnya, Arcala terdiam dan mengamati belum memiliki kesempatan untuk mendapatkan celah."Bukankah kamu yang meninggalkan semuanya di belakangmu?" tanya Ressi mencemooh.Sissylia memucat. Benar, dia yang meninggalkan semuanya di belakangnya hanya demi apa yang menjadi tujuannya."Dia tidak meninggalkan apa pun!" desis Arcala membela kekasihnya. Membuat Sissy