Selena duduk di sofa dengan begitu resah. Sudah tiga kali dia menghubungi Samuel tapi tak ada jawaban dari pria itu. Selena hanya ingin tahu apa yang Samuel lakukan. Sungguh, Selena tak berani melihat berita yang beredar. Pun Selena telah menonaktifkan akun sosial medianya untuk sementara waktu. Selena tak menampik, begitu banyak fans Iris yang menyerang bahkan mencaci maki dirinya sebagai wanita murahan dan wanita penggoda. Hal itu yang mendorong Selena memilih untuk menonaktifkan sosial medianya. Berita tadi pagi memang sangat heboh. Bahkan Oliver pun kini dijaga begitu ketat. Oliver tidak diperbolehkan keluar rumah semua guna menghindari paparazzi yang kerap mengincar Oliver. Kepala Selena sedikit pusing akibat terlalu banyak memkirkan masalah. Lantas wanita itu memilih membaringkan tubuhnya di sofa kamar seraya memeluk ponselnya. Hari ini Samuel berjanji akan datang. Dan Selena memilih untuk menunggu. Pasalnya sejak tadi hati Selena tak tenang. Wanita itu ingin tahu tentang sem
*Berita kali ini datang dari Miracle De Luca—istri pengusaha ternama Mateo De Luca sekaligus putri sang billionaire William Geovan diduga melakukan penyerangan pada Iris Halburt. Dari CCTV yang beredar terlihat jelas Miracle De Luca yang lebih dulu menyerang Iris Halburt. Menurut kabar Miracle De Luca membela saudara kembarnya yang dihina oleh Iris Halburt. Hingga detik ini pihak Miracle De Luca masih belun angkat bicara mengenai penyerangan tersebut.* Selena memijat pelipisnya kala melihat berita yang ditunjukan oleh Jenia. Ya, kini Selena tengah berada di kamarnya. Wanita itu meminta Jenia datang ke rumahnya karena ada pekerjaan yang ingin Selena periksa. Namun, alih-alih memeriksa pekerjaan malah Selena disodorkan berita viral yang sedang beradar. Sungguh, Selena tak menyangka pemberitaan tentang Miracle secepat ini. Tentu saja Selena merasa bersalah. Nama Miracle buruk di hadapan publik karena membelanya. Andai saja Miracle tak ikut campur maka tidak akan seperti ini. “Apa berit
“Tuan Samuel, saya telah mendapatkan informasi tentang Nona Iris Halburt.”Raut wajah Samuel berubah mendengar ucapan Vian. Sepasang iris mata cokelat Samuel menajam menyorot Vian penuh tuntutan agar segera menjawabnya. Tampak Mateo dan Rava pun tak lepas menatap Vian. Mereka begitu tak sabar mendengar informasi yang didapatkan oleh Vian. “Cepat beritahu aku, informasi apa yang kau dapatkan?” cerca Samuel seraya menatap dingin pada asistennya itu. Wajah Samuel menunjukan bahwa pria itu tak bisa sabar. Vian mendekat pada Samuel. Lantas dia menyerahkan iPad yang ada di tangannya pada Samuel. Pun tanpa banyak bicara Samuel menerima iPad pemberian Vian itu. “Tuan, itu adalah rekaman CCTV Nona Iris Halburt. Setiap kali Nona Iris berlibur, dia selalu mengunjungi klub malam. Di rekaman CCTV itu terlihat jelas kalau Nona Iris Halburt sering berkencan dengan pria asing. Mungkin lebih lengkapnya Anda bisa melihat sendiri rekaman CCTV itu, Tuan,” ujar Vian yang sontak membuat sorot mata Samue
“Dad, kenapa kau melarangku untuk turun tangan? Masalah ini akan semakin berlarut, Dad.” Sean berseru memprotes pada ayahnya. Tampak sorot mata Sean menatap dingin dan emosi tertahan. Sudah sejak tadi Sean ingin turun tangan membereskan berita yang terus menghina kedua adik perempuannya. Namun, ayahnya itu menahan dirinya. Itu yang membuat Sean tak bisa melangkah jauh. “Aku memiliki alasan sendiri kenapa tidak langsung membiarkanmu turun tangan.” William menyesap whisky di tangannya. Pria paruh baya itu menatap lurus ke depan. Raut wajah dingin dan tegas begitu terlihat. William sudah tahu tentang banyaknya pemberitaan miring tentang kedua putrinya. Awalnya William emosi melihat berita-berita miring yang tersebar luas. Namun, William memilih menyikapi itu dengan tenang. Karena ada alasan kuat yang membuat dirinya tak langsung turun tangan dalam masalah ini. Sean mendecakan lidahnya. Tatapannya terlihat kesal pada ayahnya. “Dad, mau sampai kapan kita menunggu? Aku memang bisa menga
Selena mengerjapkan matanya beberapa kali ketika wanita itu merasakan sinar matahari menyentuh wajahnya. Latas, Selena menyeka matanya menggunakan punggung tangannya. Selena menggeliat seraya merentangkan kedua tangan. Senyuman hangat di wajahnya terlukis pagi telah menyapa. Selena merasa tidurnya tadi malam begitu nyenyak. Detik selanjutnya, Selena menoleh ke samping melihat ranjangnya telah kosong. Napas Selena mendesah panjang. Padahal dia mengingat tadi malam Samuel tidur di sampingnya. Namun, kali ini Selena harus menelan kekecewaan karena Samuel tidak ada. Andai saja dia terbangun dalam keadaan berada di pelukan Samuel pasti dirinya akan sangat senang. Mungkin Samuel sudah berangkat bekerja. Itu yang ada di dalam benak Selena. Tentu Selena tahu banyak hal yang harus diselesaikan Samuel. Terutama masalah yang menghadapi mereka begitu banyak. Jika mengingat masalah, membuat Selena sungguh merasa bersalah pada semua orang. Bagaimanapun karena masalah ini, banyak orang yang tak be
“Dad, kenapa kau malah seolah merestui hubungan Selena dan pria sialan itu?” Suara Sean berseru seraya menatap tajam ayahnya yang duduk di hadapannya. Tampak emosi Sean memuncak. Rahang Sean mengetat. Sorot matanya tajam menuntut sang ayah menjelaskan. Pasalnya sejak tadi ayahnya itu selalu melarang dirinya menghajar Samuel. Sungguh, Sean tak mengerti dengan cara jalan ayahnya itu berpikir. “Aku bukan merestui. Aku diam karena aku ingin tahu apa tindakan yang dilakukan Samuel Maxton. Paling tidak aku menunggu sampai Samuel membuktikan dirinya.” William menjawab ucapan putra sulungnya dengan tegas dan penuh penekanan serta tersirat tak suka dibantah. Dia memang tak pernah mengatakan merestui hubungan Samuel dan Selena. Hingga detik ini William memang menunggu apa saja yang Samuel lakukan sebagai bukti pantas bersanding dengan putrinya. Jika menuruti emosi maka William sudah menghabisi Samuel dengan tangannya sendiri. Namun, banyak hal yang membuat William harus berpikir bijak sebel
*Selena, hari ini aku harus ke kantor. Ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan. Sampaikan maafku untuk Oliver yang tidak bisa sarapan bersama dengannya. Sore nanti aku akan mengajak Oliver bermain—Samuel.M*Selena mendesah pelan membaca pesan masuk dari Samuel. Pagi ini, Selena memang terbangun tanpa ada Samuel di sisinya. Awalnya Selena pikir Samuel ada di luar sedang bersama dengan Oliver. Tapi ternyata Samuel sudah berangkat ke kantor. “Lebih baik aku menemui Oliver sekarang,” gumam Selena pelan. Lantas dia segera melangkah keluar kamar—menuju kamar Oliver. Hingga detik ini memang Oliver masih belum diperbolehkan untuk berangkat sekolah. Alasannya tentu menghindari paparazzi yang selalu mengincar Oliver. Namun, meski tak berangkat sekolah; Oliver tentu wajib belajar. Baik Samuel ataupun William sudah memanggil guru terbaik untuk Oliver. Saat Selena tiba di kamar Oliver, tatapan Selena menatap hangat Oliver sedang bermain robot-robotan bersama dengan Marsha—ibunya. Kini Se
“Tuan Samuel, apa Anda ingin pergi?” Vian baru saja masuk ke dalam ruang kerja Samuel, namun langkah Vian harus terhenti kala melihat Samuel hendak keluar. “Ada apa kau ke sini?” tanya Samuel dingin dengan raut wajah tanpa ekpresi. Pria itu menghentikan langkahnya kala Vian tiba di hadapannya. “Tuan, saya mendengar dari salah satu orang kepercayaan Nyonya Besar Jillian kalau beliau bersama dengan Tuan Besar Kelton sedang menuju London, Tuan. Kedua orang tua Anda tidak bisa menunggu lagi. Mereka ingin segera menuntut penjelasan dari Anda, Tuan. Ditambah berita tersebar semakin luas. Mereka ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Vian melaporkan pada Samuel. Samuel mengembuskan napas berat. Pria itu memejamkan mata singkat kala mendengar apa yang dilaporkan oleh Vian. Samuel sudah menduga hal ini pasti akan terjadi. Pasalnya memang kedua orang tua Samuel sudah menunggu sejak lama. Namun, Samuel belum bisa memberikan penjelasan lengkap karena dirinya harus menemui keluarga Se
Beberapa bulan kemudian … Zurich, Swiss. Langit begitu biru dan indah membaur dengan perkebunan buah anggur yang ada di Swiss. Cuaca pagi di musim semi sangatlah indah. Angin yang berembus ke kulit begitu menyejukan. Tampak tatapan Selena sedari tadi menatap Oliver yang tengah bersama dengan Javier memetik buah anggur di perkebunan. Meski ada empat pengawal yang menemani Oliver dan Javier tetap saja Selena tak bisa melepaskan tatapannya dari kedua anak laki-lakinya itu. “Sayang, Oliver bisa menjaga Javier dengan baik. Kau tenang saja.” Samuel membelai pipi Selena dengan lembut. Selena menghela napas dalam. Tatapan Selena mulai teralih ke dua bayi perempuan kembarnya yang tertidur lelap di stroller. Senyuman di wajah Selena pun terlukis hangat melihat Stacy dan Sierra tertidur pulas. Sekarang usia Stacy dan Sierra sudah 7 bulan. Tubuh kedua bayi perempuannya sangat gemuk dan sehat. Stacy yang lahir lebih dulu memiliki rambut berwarna cokelat tebal dan mata biru. Sedangkan Sierra—s
Miller International School, London. “Aw.” Seorang gadis kecil cantik terjatuh akibat bermain lari-larian dengan teman-temannya. Tampak lutut gadis kecil itu terluka dan mengeluarkan darah. Dengan pelan, gadis kecil itu berusaha untuk bangun tapi tubuhnya malah tak seimbang dan nyaris jatuh. Tepat dikala tubuh gadis kecil itu nyaris terjatuh, sosok bocah laki-laki yang memiliki postur tubuh tinggi menangkap gadis kecil itu. “Terima kasih,” ucap gadis kecil itu melangkah menjauh dari laki-laki yang membantunya. Namun, tiba-tiba manik mata gadis kecil itu melebar terkejut kala menatap sosok laki-laki yang telah membantunya itu. “Oliver? Kau di sini?” Mata Nicole mengerjap beberapa kali menatap Oliver. Oliver menarik tangan Nicole, mendudukan tubuh Nicole di kursi, lalu bocah laki-laki itu mengambil kotak obat yang letaknya berada di ruang kesehatan. Beruntung ruang kesehatan tidak terlalu jauh dari posisi di mana Oliver dan Nicole berada. Saat kotak obat sudah ada di tangan Oliver,
“Bye, Sayang. Jaga diri kalian. Jangan membuat Grandpa William dan Grandma Marsha kerepotan. Ingat kalian harus patuh pada Grandpa dan Grandma.” Selena berseru pada Oliver dan Javier yang masuk ke dalam mobil. Terlihat Oliver dan Javier kompak mengangguk patuh merespon ucapan ibu mereka. Ya, hari ini Oliver dan Javier harus pergi ke rumah William dan Marsha. Menjelang Selena melahirkan, William dan Marsha memang berada di London. Sedangkan kakak dan adik Selena lain akan tiba di London dalam waktu beberapa hari lagi. Mengingat kakak dan adik Selena tak tinggal di negara yang sama, membuat Selena tak terlalu sering bertemu dengan kakak dan adiknya. Meski demikian, komunikasi selalu terjalin dengan sangat erat. “Bye, Papa, Mama.” Oliver dan Javier melambaikan tangan mereka kompak pada Selena dan Samuel. Pun Selena dan Samuel membalas lambaian tangan anak-anak mereka. Dan ketika mobil yang membawa Oliver dan Javier sudah pergi, Selena segera masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan pada S
“Oh, My God! Raven, Rosalie, kenapa kalian merusak make up Mommy? Astaga! Ini make up kesayangan Mommy, Sayang.” Juliet rasanya ingin menjerit melihat semua perlengkapan make up miliknya hancur berantakan. Mulai dari koleksi lipstick, eyeshadow, foundation, dan masih banyak lainnya. Semua sudah berantakan di lantai kamar. Baru beberapa detik Juliet ke kamar mandi karena mengambil ponselnya yang tertinggal di wastafel, tapi dalam hitungan detik juga kamar sudah seperti kapal pecah. Memang kedua anaknya itu sudah sangat aktif. Sore ini, Juliet sengaja tak meminta pengasuh untuk masuk ke dalam kamarnya, pasalnya Juliet ingin mengajak kedua anaknya itu bermain sambil menunggu sang suami pulang dari kantor. Tapi alih-alih niatnya terealisasi malah kekacauan sudah lebih dulu tiba menghampiri dirinya. Sungguh, Juliet bisa-bisanya lupa kalau kedua anaknya sangatlah aktif. Alhasil koleksi make up miliknya hancur lebur. Bedak saja sudah berceceran di lantai. Terutama lipstick yang tak lagi ber
“Mommy, aku pulang.” Joice melangkah masuk ke dalam rumah dengan raut wajah yang muram. Gadis kecil cantik itu nampak lesu seperti tengah memikirkan hal yang mengusik pikirannya. Joice meletakan tas sekolah ke sofa, dan duduk di sofa itu. Jika biasanya Joice selalu riang gembira, kali ini gadis kecil itu tak seceria biasanya. “Sayang? Kau kenapa?” Brianna yang baru saja selesai menyiram tanaman, dikejutkan dengan putri kecilnya yang pulang dari sekolah dalam keadaan wajah yang muram. Padahal setiap hari, Joice selalu pulang sekolah dalam keadaan wajah yang riang gembira. “Tidak apa-apa, Mom. Aku hanya lelah saja,” jawab Joice pelan. Brianna menghela napas dalam. Brianna yakin pasti ada yang tidak beres dengan putri kecinya itu. “Katakan pada Mommy ada apa, Nak?” tanyanya seraya duduk di samping Joice. “Mommy aku ingin bertanya padamu.” “Kau ingin tanya apa, Sayang?” “Hm, apa aku ini tidak cantik, Mom?” Joice menyandarkan kepalanya di lengan Brianna. Bibir Joice mengerut, menunj
Tiga tahun berlalu … Miller International School, London. “Oliver Maxton! Pulang sekarang! Tidak ada main basket!” Selena berkacak pinggang mengomel pada putra sulungnya yang berusia 8 tahun. Tampak mata Selena menatap dingin dan tegas putranya itu. Aura kemarahan begitu terlihat jelas di paras cantik wanita itu. Dengan keadaan perut yang membuncit, Selena mengomeli putranya di tengah jalan. Ya, saat ini Selena tengah mengandung untuk ketiga kalinya. Ulah Samuel membuat Selena hamil lagi. Hanya saja kali ini berbeda. Kehamilan ketiga ini, Selena hamil bayi kembar. Sungguh, Selena berjanji setelah ini dia akan steril tak ingin lagi memiliki anak. Tubuhnya baru saja langsing tapi sudah harus bengkak lagi. Padahal niat Selena adalah memiliki dua anak. Tapi ternyata malah kecolongan. “Ck! Ma, guru sudah menghukumku time out. Mama kenapa menghukumku juga? Nanti aku akan menghubungi Grandpa William. Aku akan meminta Grandpa William memecat guru yang sudah berani menghukumku,” tukas Oli
Beberapa bulan kemudian … Fistral Beach, Newquay, UK. Deburan ombak menyapu kaki telanjang Juliet. Angin berembus menerpa kulit Juliet membuatnya Juliet memejamkan matanya sebentar, menikmati keindahan musim panas. Tampak Rava begitu setia mengikuti langkah kaki Juliet. Sesekali Juliet menatap banyak anak muda yang siap-siap untuk berselancar. Fistral Beach memang salah satu pantai di Inggris yang menjadi tempat favorite untuk berselancar. Kandungan Juliet kini telah memasuki minggu ke dua puluh tiga. Perut Juliet sudah membuncit. Tubuhnya pun mulai mengalami kenaikan berat badan, namun tak terlalu parah. Pasalnya selama hamil, Juliet tak terlalu nafsu makan. Meski sudah dipaksa oleh Rava, tapi tetap saja Juliet menolak. Trimester pertama, Juliet mengalami mual hebat sampai tak bisa makan apa pun. Rava sampai harus meminta dokter mengontrol Juliet setiap hari karena Juliet tak bisa makan. Dan beruntung sekarang kondisi Juliet sudah jauh lebih baik. Ngomong-ngomong, anak yang ad
Seoul, South Korea. Angin berembus di kota Seoul begitu menyejukan. Musim semi adalah salah satu musim terbaik di Seoul. Bunga Sakura banyak tumbuh dengan indah. Salah satu kota di Benua Asia yang menyajikan keindahan dan budaya setempat yang kental. Kota ini adalah kota yang dipilih oleh Dean dan Brianna menikmati bulan madu indah mereka. Selama di Seoul, Dean dan Brianna selalu mengabadikan moment-moment indah mereka. Moment di mana tak akan pernah mereka lupakan. Dua insan itu akhirnya telah menjadi satu setelah banyaknya rintangan. Meski tak mudah, tapi Dean dan Brianna membuktikan mereka mampu bersatu. “Sayang, ayo bangun. Kenapa jam segini kau belum bangun juga?” Brianna menggoyangkan bahu Dean, meminta suaminya itu untuk bangun. Waktu menunjukan pukul 10 pagi. Brianna ingin segera jalan-jalan menikmati indahnya kota Seoul. Meski lelah karena selalu olahraga malam, tapi Brianna tak mau menyia-nyiakan moment bulan madunya dengan sang suami tercinta. Dean menggeliat mendengar
Sebuah hotel mewah di London telah dipadati oleh wartawan yang lebih dulu hadir. Dekorasi ballroom hotel itu tampak memukau. Hiasan mawar dipadukan bunga lily dan batu Swarovski begitu indah menawan. Red carpet yang terpasang di lantai seakan memberikan sentuhan mewah. Ballroom hotel megah ini telah disulap layaknya tempat di mana pangeran dan putri akan menikah. Nuansa tema kental kerajaan melekat di ballroom hotel megah itu. Ya, hari ini adalah hari yang telah dinanti-nantikan oleh Dean dan Brianna. Hari di mana mereka akan segera melangsungkan pernikahan. Setelah banyaknya rintangan yang mereka hadapi akhirnya Dean dan Brianna dapat melewati badai masalah yang hadir. Takdir memang memiliki caranya sendiri menunjukan siapa belahan jiwa kita yang sebenarnya. Harusnya Dean menikah dengan Juliet, tapi ternyata takdir Dean adalah Brianna. Sedangkan Juliet menikah dengan Rava. Pun dulu Samuel tak menyetujui hubungan Dean dan Brianna. Samuel adalah satu-satunya orang yang menentang hubu