“Biarkan seperti ini sebentar saja, aku mohon ... .”Kalimat itu sudah beberapa menit yang lalu keluar dari mulut Arjuna, Kejora menurut.Diam saja, tidak bergerak meski bulu kuduknya meremang karena wajah Arjuna berada tepat di lehernya.Bukan hanya hembusan napas pria itu namun bibir Arjuna juga sesekali mengecup lehernya dalam dengan bibir bergetar.Kejora tidak ingin menanyakan apa yang terjadi dengan pria itu, ia sedang berusaha untuk tidak peduli.Meskipun benaknya menggaungkan banyak pertanyaan.Kenapa Arjuna bisa ada di rumahnya?Arjuna memang mengetahui pascode pintu depan tapi untuk apa pria itu mengunjungi rumahnya?Apa bermaksud untuk meminta kembali jaket yang sempat Kejora pinjam?Lalu kemana Elma? Jika Arjuna menginap di rumahnya, wanita itu pasti ada tapi beberapa menit Kejora berada di atas pangkuan Arjuna—batang hidung Elma tak jua muncul menandakan jika Arjuna tidak bersama Elma.Apa mereka sedang bertengkar lantas Arjuna akan membatalkan pernikahannya?Katakan saj
Kalila mendongak dari banyak berkas di atas meja ketika mendengar suara pintu dibuka dari luar.Lantas tersenyum mendapati sang suami tampan masuk ke dalam ruangannya.Kalila mengembuskan napas pelan, seketika membuka blazer yang kemudian ia sampirkan di tangan kursi.Matanya menatap laptop diikuti telunjuk yang menekan mouse untuk menyimpan pekerjaannya yang belum selesai.Langkah King kian mendekat, Kalila memutar setengah bagian meja karena pria itu sudah melewati sofa.Kalila mulai melepas satu persatu kancing kemejanya, pasrah dan bersikap kooperatif sebagai seorang istri.Kalila mengira jika kedatangan King ke kantornya untuk mendapatkan pelepasan dari hasrat sang suami yang tidak pernah padam.Ia pun menaikan bokongnya ke atas meja setelah membuka setengah kancing pada kemejanya lalu meregangkan paha lebar-lebar.King melipat bibir ke dalam, memejamkan mata menahan tawa yang muncul akibat melihat tindakan Kalila tersebut.“Apa yang lucu?” tanya Kalila mengerutkan kening.“Kamu
“Jadi, apa yang belum?” tanya Kalila sambil mengecek notes di ponselnya.Notes itu berisi apa saja yang sudah dan belum disiapkan untuk pesta pernikahan Kejora.Ia tampak repot mempersiapkan pernikahan Kejora sementara yang bersangkutan malah asyik bermain game pada ponsel sambil merebahkan kepalanya di pangkuan Marvin yang sedang bermain play station bersama King.Mereka berempat menghabiskan akhir minggu di rumah King.“Udah semua, tinggal dateng aja nanti ke resort,” balas Kejora ringan.“Lo yakin, Ra? Coba cek lagi! Lo nikah seminggu lagi tau, malah nyantai-nyantai aja ... kemaren-kemaren lo juga enggak dateng pas milih kue sama catering,” tegur sang Kakak, gemas melihat Kejora yang begitu tenang menghadapi pesta pernikahannya.Kalila saja merasa resah dan khawatir ada kekurangan pada pesta adiknya nanti.Kejora bangkit dari pangkuan Marvin tapi sang tunangan menarik kepalanya kembali agar berbaring di atas paha lelaki itu.Akhirnya Kejora memiringkan tubuhnya untuk bisa menatap K
Arjuna menatap nanar tangannya yang digenggam Elma.Sang tunangan tertidur pulas setelah mendapat penanganan pada luka di perut.Ya, dia selamat. Tusukan pisau di perut Elma tidak dalam, tidak sampai merenggut nyawanya dan karena itu Arjuna habis dimarahi oleh Psikiater Elma.Arjuna merasa jika ini adalah kesalahannya, ia memojokan Elma—menghinanya.Ia juga membongkar perselingkuhan Elma ia juga memberi tau sang tunangan jika bukan hanya dirinya yang mengetahui pengkhianatan tersebut tapi juga Robby dan sudah dipastikan semua sahabatnya tau.Elma tidak bisa menanggung beban itu, ia sangat malu karena dengan begitu terbongkar lah sifat asli yang sebenarnya.Dan kenyataan tentang Elma yang diketahui para sahabatnya pasti akan membuat mereka beranggapan buruk kepada wanita itu.Tapi ada satu hal yang paling Elma khawatirkan yaitu Arjuna akan meninggalkannya.Ia tidak bisa kehilangan Arjuna yang selalu ada untuknya dan mengikuti segala keinginannya.Jadi percobaan bunuh diri adalah jalan
Hari bersejarah dalam hidup Kejora sudah di depan mata.Marvin menjemput Kejora ke Villa yang disewa keluarga Gunadhya, rencananya hari ini mereka akan mengecek dan memastikan keseluruhan persiapan untuk acara besok.Biasanya perjalanan berkendara akan diiringi derai tawa atau celotehan Kejora.Tapi kali ini perjalanan antara Villa dengan resort yang memakan waktu lima belas menit dilingkupi keheningan.Hanya deru knalpot super car Marvin yang membahana di tengah hutan yang mereka lewati.“Kamu gugup?” suara Marvin pun keluar setelah memarkirkan mobilnya di pelataran parkir resort.“Tidak!” Kejora menggelengkan kepala tapi raut wajahnya pias.“Masih ada satu hari lagi, semangatlah ... .” Marvin mengepalkan tangan ke udara membuat Kejora tergelak.“Ayo turun, selesaikan semua ini lalu kita spa,” ajak Kejora sambil turun dari mobil.Resort ini memiliki fasilitas spa untuk calon mempelai pengantin yang masuk dalam paket pernikahan.Dibanding mengecek persiapan pesta—Kejora lebih tertarik
Tok ...Tok ...“Aku akan membukanya,” kata Marvin, bergegas melangkah menuju pintu.Keningnya berkerut saat mendapati perempuan yang tidak ia kenali di balik pintu kamar Kejora.Sama dengan Allen yang menatap bingung ke arah Marvin, keduanya memang tidak saling mengenal tapi Allen berani bertaruh jika lelaki tampan yang berdiri di depannya adalah calon suami Kejora.“Siapa, Marv?” Kejora bertanya dari dalam.“Kamu siapa?” Marvin akhirnya mencetuskan pertanyaan tersebut.“Aku ... .” Lidah Allen kelu, khawatir kalau calon suami Kejora curiga dengan apa yang akan dilakukannya.Terdengar suara langkah kaki mendekat dari dalam kamar, akhirnya Allen bisa memutus tatapan tajam yang dilayangkan Marvin.“Allen ... masuk, ada apa?” sapa Kejora ramah. Itu yang Allen dan setiap orang sukai dari Kejora.Meski hanya mengenal sekilas, Kejora pasti akan menyapa dengan keramahan khas negaranya.“Aku ... .” Allen terbata, tentu saja ia gugup apalagi Marvin menunjukan raut wajah penuh kecurigaan.“Alle
Marvin tersenyum setelah memutuskan sambungan teleponnya dengan Kejora.Tadi malam ia tidak begitu saja melepaskan Kejora, masih memantaunya dari jauh karena curiga dengan kedatangan Allen ke kamar Kejora.Apalagi Kejora mengatakan jika gadis itu adalah sahabat Arjuna, padahal baru beberapa menit lalu mereka berdiskusi untuk menyamakan persepsi mengenai alasan pembatalan pernikahan yang akan dikatakan besok. Marvin bersembunyi di balik dinding dan melihat sendiri Arjuna yang membekap mulut Kejora dengan sapu tangan lalu menggendongnya ke dalam mobil.Beruntung sebelumnya ia telah memasukan ponselnya ke dalam jaket yang sempat ia balutkan ke tubuh Kejora. Jadi ia biaa menghubungi Kejora dan menanyakan keadaannya.Hatinya lega, selega-leganya. Akhirnya rencana yang telah ia buat dengan King dan Kejora berhasil meski didetik-detik terakhir.Marvin yakin jika Arjuna masih mencintai Kejora, pria itu hanya butuh dorongan dan ia berhasil melakukannya.Tidak perlu ditanya bagaimana Kejora,
Marvin keluar dari kamar, pria itu sudah membersihkan diri dan wangi. Menggunakan pakaian casual yang menunjang ketampanannya.Tampak tenang tidak seperti calon mempelai pengantin pria yang kehilangan calon mempelai pengantin wanitanya.“Marvin, kamu tau di mana Kejora? Kejora tidak ada!” Salah satu keluarganya berseru tampak panik sama seperti Kalila tadi.Marvin mengangkat tangan memberi kode agar semua tenang.Kehadirannya di area tempat acara inti akan berlangsung dimana di sana tengah berkumpul baik orangtua dan beberapa keluarga menjadikan Marvin sebagai pusat perhatian.Mereka semua bingung kenapa Marvin berpakaian santai sementara seharusnya ia memakai tuxedo.Dan ekspresi berbinar bahagia di wajah anak bungsunya membuat Ayah dan Ibu dari Marvin menjadi curiga.“Boleh aku pinjam itu?” Marvin bertanya kepada petugas yang menyiapkan soundsystem sambil menunjuk microphone yang ada di tangan pria tersebut.“Ya, silahkan!” Pria itu menyerahkannya kepada Marvin.“Selamat pagi keluar
“Morning my handsome Daddy,” sambut Angel yang sudah duduk di meja makan.“Selamat pagi Putri Daddy yang paling cantik,” balas King menggunakan bahasa Indonesia agar anak-anaknya tidak melupakan tanah kelahiran sang MommyKing mengecup kepala Angel yang berumur empat tahun lalu mengusap kepala El dan Ev secara bergantian. Ia pun duduk di singgasananya, kursi yang berada di ujung meja.“Siap untuk ke sekolah?” King bertanya kepada tiga anaknya. Mereka sangat lucu memakai pakaian sekolah dengan jas dan dasi untuk anak laki-laki sementara anak perempuan menggunakan blazer dan syal.Kalila yang selalu cantik meski di rumah saja datang menghampiri diikuti para pelayan yang membawa menu sarapan pagi.“Hari ini Daddy yang akan mengantar kalian,” ujar Kalila sambil membenarkan dasi yang melingkar di leher King.“Oke Mom,” balas El dan Ev kompak.Kalila mengisi piring kosong ketiga anaknya dengan menu sarapan pagi yang telah ia buat, tidak lupa ia juga melayani sang suami tercinta lengkap den
Saat ini perusahaan yang dibangun Arjuna dengan kerja kerasnya sedang berada di puncak kejayaan.Pria itu juga menikah dengan gadis yang sangat dicintainya. Sudah dikaruniai seorang Putri cantik yang empat bulan lalu lahir dengan cara normal.Arjuna menyaksikan sendiri buah cintanya bersama Kejora lahir ke dunia.Semua itu menjadikan Arjuna sebagai pria paling berbahagia, hidupnya terasa sempurna.Lelah akibat seharian bekerja, sirna seketika saat melihat Kejora sedang bermain bersama Princes di atas ranjang mereka.“Papa pulang!” Kejora berseru bahagia membuat Princess menoleh.Senyum Arjuna melebar, akhirnya ia bisa melihat Princes secara langsung setelah seharian bekerja dan hanya mendapat kabar dari sang istri yang mengirimkan banyak foto sang Princes.Kini galeri hingga walpaper di alat komunikasi canggih itu penuh berisikan foto-foto Princes.“Papa ganti baju dulu ya.” Arjuna harus membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum memeluk Princes.Jarang-jarang Arjuna mandi di ma
Kebahagiaan karena kelahiran anggota keluarga baru hanya bertahan sementara karena saat ini di ruang tunggu rumah sakit sudah berkumpul kembali orang-orang yang menyayangi Kalila termasuk kedua mertuanya.Mereka semua berharap banyak dan tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Kalila dan sang janin.King tidak sempat membawa Kalila ke Hamburg, kondisi Kalila yang lemah karena pendarahan hebat membuatnya memasrahkan keselamatan sang istri beserta calon anaknya pada Dokter terbaik di rumah sakit itu.Tadi Dokter mengatakan jika janin yang baru menginjak tiga puluh minggu itu harus dikeluarkan.Tubuh King melemas setelah mendengarnya terlebih ia merasa tidak berguna duduk di sini sementara sang istri sedang bertaruh nyawa di atas meja operasi.“Kalila dan bayimu akan selamat,” ujar Arjuna menenangkan.“Kembalilah ke kamar dan temani Kejora, dia lebih membutuhkanmu.” King merasa tidak enak hati karena Arjuna harus menemaninya, sahabatnya itu meninggalkan Kejora di kamar rawat.“Betu
Satu yang ingin Elma lakukan setelah keluar dari rumah sakit jiwa yaitu menghancurkan hidup Arjuna.Ia telah mendengar dari para sahabatnya jika Arjuna telah menikah dengan Kejora dan hidup bahagia.Dengan sengaja Arjuna menyingkirkannya, memasukan dirinya ke rumah sakit jiwa hanya untuk bersama Kejora.Dendamnya bertahun-tahun ia pendam dan harus segera terbalaskan, hidupnya tidak akan tenang sebelum melihat Arjuna dan Kejora menderita.Kebetulan sekali saat Elma keluar dari rumah sakit jiwa, ia mendengar bila Kejora sedang hamil besar dan tidak lama lagi akan melakukan persalinan.Elma menahan dirinya untuk melampiaskan dendam hingga hari itu tiba.Ia telah mengatur sebuah rencana untuk membalaskan dendamnya dan di sini lah ia sekarang.Di rumah sakit dimana Kejora melakukan persalinan, langkah Elma begitu mantap menuju ruang bayi.“Permisi, boleh saya tau yang mana bayi dari Tuan Folke?” Elma bertanya pada salah satu suster penjaga.Ekspresi wajah sang suster berubah antisipasi. “S
“Sayang?” Arjuna sontak menegakan tubuhnya, pria itu terkejut karena tidak menemukan sang istri di atas ranjang mereka.“Kejora? Sayaaang?” Arjuna melompat dari atas ranjang menuju kamar mandi namun sang istri tercinta yang beberapa minggu ini sedang merajuk, tidak ia temukan juga.Arjuna mengusap wajahnya kasar, khawatir Kejora minggat karena masalah Elma belum juga usai meski segala kalimat janji untuk tidak meninggalkan Kejora telah Arjuna lontarkan.Salah siapa pernah meninggalkan Kejora dan memilih Elma? Kejora jadi tidak mempercayai ucapan Arjuna lagi meski terkadang jika mood Kejora sedang baik—perempuan itu akan bersikap manis terutama ketika jadwal mereka bercinta.Tidak sengaja Arjuna menoleh ke jendela dan mendapati sang istri berada di halamanan depan sedang melakukan peragangan menggunakan stelan olah raga untuk Ibu hamil lengkap dengan sepatu.“Sayaaaang?” panggil Arjuna setelah membuka jendela dengan tergesa-gesa.Kejora mendongak, menghalau pandangannya dari sinar mat
“Gadismu sudah tidur ... dia menyenangkan,” ujar Celena saat keluar kamar.Ditutupnya pintu dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Kejora yang baru saja terlelap setelah menangis dan mencurahkan kembali isi hati kepada Celana setibanya mereka di Griya Tawang karena Marvin harus kembali ke kantor.“Dia menyukaimu,” balas Marvin, berdiri tepat di depan Celena dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana.Pakaiannya sudah lusuh selusuh raut wajahnya yang tampak lelah.Sebelum kembali ke kantor, Marvin membawa Kejora dan Celeneake Griya Tawang lalu meninggalkan mereka berdua di sana.Ia tidak mengira jika Celena mau menemani Kejora hingga dirinya pulang bekerja.“Aku pulang,” kata Celena dengan senyum manis.Langkahnya tertahan saat hendak melewati Marvin, pria itu mencengkram tangannya.“Terimakasih Celena,” ucap Marvin sambil menatap dalam bola mata hazel milik Celena.“Kamu ingat namaku?” Celena tampak terkejut.“Tentu ... baru siang tadi kamu memuaskanku.” Ekspresi menyebalk
“Kamu kenapa sih sayang? Cemberut terus, hem?” Arjuna bertanya kepada istrinya yang sedang mengatur sarapan pagi.Di peluknya tubuh jenjang yang kini sedikit melebar itu karena sedang mengandung.Lantas ia kecup pipi bulat Kejora cukup dalam hingga kepala sang istri miring beberapa derajat ke samping.Semua perlakuan romantis itu tidak juga membuat Kejora tersentuh karena akhirnya perhari ini ia bisa menunjukan kekeselannya kepada Arjuna. Beberapa hari ia menahan diri, menghormati mertuanya yang sedang mengunjungi mereka dan selagi mereka meninjau bisnisnya ke kota lain—Kejora bisa melampiaskan kekesalannya kepada Arjuna.“Diem ah ... lepasin! Ngeselin!” Kejora berseru pelan.“Sayaaaang.” Arjuna membalikan tubuh Kejora hingga perut mereka bersentuhan namun tidak dengan dada mereka.“Abang salah apa lagi kali ini?” Arjuna bertanya lembut. Tidak lupa ia mengecup sekilas bibir sang istri yang mengerucut.“Kenapa Bang Juna enggak bilang kalau masih suka nengokin Elma ke rumah sakit jiwa
“Sakit sayang?” Arjuna bertanya saat menghentak Kejora dari atas, ia menahan tubuhnya dengan sikut dan lutut agar tidak menekan perut Kejora yang sudah membesar.Sang istri menggelengkan kepala namun matanya terpejam erat seperti sedang merasakan sakit atau ngilu.Padahal itu hanya prasangka Arjuna saja yang merasa khawatir dengan apa yang dirasakan Kejora dan janin yang ada di dalam rahim.Pada kenyataannya Kejora menikmati setiap kali kegiatan bercinta mereka bahkan gairah dan hasratnya meningkat dua kali lipat semenjak mengandung.Mungkin pengaruh dari hormon kehamilan yang sekarang sedang menguasainya karena setiap kali mereka bercinta, Kejora selalu sampai lebih dulu bahkan ia bisa merasakan pelepasan hingga dua kali dalam satu ronde.“Sakit sayang?” Arjuna bertanya lagi setelah merubah posisinya.Kini pria itu menyendok dari belakang Kejora. “Abang ... jangan nanya terus donk, Kejora enggak bisa konsentrasi nih,” protes sang istri.“Abang khawatir kamu sama bayi kita sakit sayan
Meski Kalila sudah tidak memimpin perusahaannya lagi tapi sebagai sekutu pasif yang memiliki saham besar di perusahaan tersebut membuat pendapatnya masih dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan besar.Baru saja ia dan para pemimpin diperusahaan itu termasuk Andreas—penggantinya, selesai melakukan rapat.Jam menunjukan pukul delapan waktu Berlin dan sudah satu jam berlalu dari saat King pulang ke rumah hanya menyapanya sebentar memberikan pelukan disertai kecupan lalu meninggalkan Kalila di perpustakaan untuk melakukan meeting online.Kalila menutup laptop lalu merapihkan berkas menjadi satu di atas meja.Ia hanya menggunakan dress rumahan dengan blazer yang biasa dipakai ke kantor.Rindu rasanya berkutat dengan tumpukan berkas, tanda tangan, menganalisis laporan dan membuat target untuk dicapai selama satu tahun.Bertemu klien, memakai stelan kerja yang rapih dan heels.Kalila menggelengkan kepala, menghempaskan pikiran tersebut dan berusaha move on dari kenangan akan masa lalunya