Beberapa saat yang lalu...Dimitri melakukan mobilnya ke daerah pinggiran, dimana area yang ia lewati adalah area hutan lindung yang dihuni berbagai binatang liar. Pria itu pergi menuju area tanah milik putranya, tepatnya di area pembangunan rumah baru milik Reynard yang berada di pinggiran hutan.Dimitri merasa disana adalah tempat yang tepat untuk berbicara. Selain tenang, pembicaraan mereka juga tidak akan terganggu oleh siapapun.Sampai disana ternyata Erick sudah duduk dan berbicara dengan salah satu penjaga Jayde's. "Kau sudah lama menunggu?" tanya Dimitri setelah penjaga itu pamit pergi meninggalkan mereka."Kenapa kau selalu memilih tempat bertemu seperti ini? Tidak bisakah kau pilih tempat yang mudah dijangkau?" kesal Erick karna saat datang ia sempat tak disambut baik dengan para penjaga di tempat ini. Beruntung salah satu penjaga mengenalnya sebagai keluarga calon istri atasan mereka. Penjaga itu pernah ditugaskan untuk mengawasi kediaman Wilson."Memang kenapa? Apa kau t
"Kau sudah pulang? Ingin aku buatkan kopi?" tanya Serra pada Reynard yang baru saja datang. Dia baru saja selesai menyiapkan dirinya karena sebentar lagi pergi ke kediaman Wilson, rumahnya.Tapi sepertinya calon suaminya itu sedang menghadapi masalah besar, wajah Reynard seperti tegang dan tanpa ekspresi. Mungkin saja Reynard kerepotan mengurus perusahaan karena sebagai sekretaris utama perusahaan dia bahkan tak pernah mengerjakan tugasnya. Tak mungkin jika selalu mengandalkan Bryan.Serra menarik lembut tangan Reynard agar duduk di tepi ranjang, sepertinya mulai hari ini dia harus terbiasa menghadapi hal seperti ini. Beruang es disampingnya mempunyai mood yang mudah turun naik."Ada apa? Apa ada masalah dengan perusahaan? Mulai sekarang kita harus terbiasa berbagi.""Tidak, jika pun ada maka aku pasti bisa mengatasinya. Aku hanya tak sabar bertemu dengan ibumu!" sahut Reynard tanpa menatap lawan bicaranya. Ada rasa sakit ketika melihat wajah wanita disampingnya. Walau begitu tak bis
"Apa pekerjaanmu masih lama? Aku harus pulang sekarang, aku rindu kakakku!" sungut Naina yang melihat Bryan masih mengenakan piyamanya. Pria itu sedang duduk di ruang tengah dengan laptop yang menyala didepannya. Sudah berada di rumah pun pria itu masih saja disibukkan dengan pekerjaannya. Sepertinya dunia Bryan hanya berporos pada pekerjaan saja.Serra sempat mengirim pesan jika keluarga Alexander akan datang ke kediaman Wilson untuk melamarnya secara resmi. Sebagai anggota keluarga tentu saja Naina ingin hadir ditengah tengah acara itu.Karena tak mendapat jawaban Naina segera meraih kruk-nya, dengan tertatih berjalan mendekat dan duduk disisi Bryan."Apa Uncle tidak mendengar ku? Aku ingin pulang kerumah sebentar, semua keluarga sedang berkumpul disana," cicit Naina sedikit memohon, pria disisinya memang terlalu menyebalkan jika sedang bekerja seperti ini. Apapun yang terjadi mata pria itu takkan teralih dari layar laptopnya."Apa aku bisa pergi sendiri? Aku bisa naik taksi, tapi
"Ya saya memang tergila gila pada putri anda Nyonya Jane, Calon istri saya dan anda sangat sempurna! Jika kalian masih sama sama muda mungkin Daddy bisa saja tergila gila pada anda!" "Rey!" ujar Dimitri dengan penuh penekanan, ditatapnya tajam putranya yang melontarkan kata kata yang menurutnya tidak pantas di dengar."Tapi aku benar kan Mom, Nyonya Jane adalah wanita yang sangat cantik!""Tentu saja sayang, putraku memang suka bercanda Jane. Bisakah aku memanggilmu dengan nama saja? Itu terdengar lebih akrab," ujar Mia dengan raut bersalah, Reynard sudah membuat suasana yang seharusnya hangat ini menjadi kaku. "Tak masalah Nyonya Alexander...maksudku Mia, mari duduk dulu!" Serra duduk disisi ibunya, sedang keluarga Alexander duduk di sofa yang ada di depannya. Dia bisa melihat jika sesekali Reynard menatap penuh kebencian ke arah ibunya. Entah apa yang terjadi pada Reynard, tapi sikap pria itu berubah setelah pergi tadi."Kedatangan kami kesini adalah untuk melamar atau meminta pu
"Apa ada masalah yang tidak aku tahu? Jangan begini, jika ada masalah besar berbagilah denganku! Kita selesaikan sama sama," ujar Serra yang sekarang sudah berada di kamar Reynard yang ada di mansion Alexander.Tadi dia harus menutupi kepergian calon suaminya itu dengan alasan urusan kantor, beruntung ibunya tidak berprasangka buruk pada keadaan itu.Niat awal sebenarnya ia ingin kembali ke kediamannya sendiri, tapi karena peristiwa yang sedikit tidak mengenakkan tadi Serra akhirnya memutuskan untuk kembali ke mansion Alexander. Dia ingin tahu sebenarnya apa masalah yang sedang dihadapi calon suaminya hingga Reynard mampu bersikap seperti itu."Kau bertanya padaku? Apa aku tidak salah dengar? Kalian yang sudah membuat masalah dan sekarang kudu bertanya padaku? Itu lucu sekali!""Aku tahu hubungan kita di awali dengan hal yang salah, tapi aku tidak pernah mengemis untuk dikasihani...untuk dicintai! Semua berjalan tanpa paksaan bukan?"Reynard tak menanggapi kata kata Serra karena bebe
"Hei Kak, setidaknya biarkan dia makan terlebih dahulu!" seru Gio yang melihat kakaknya menarik kasar tangan Serra. Ada rasa bersalah karena lagi lagi menimbulkan masalah untuk hubungan mereka. Seharusnya dia tak menghampiri Serra karena ia tahu benar watak kakaknya yang pencemburu. Giorgio sudah belajar merelakan, tak mungkin dia berseteru terus menerus dengan Reynard. Apalagi ini menyangkut kebahagiaan mommy-nya, Mia akan bersedih jika harus menyaksikan pertengkarannya dengan kakaknya.Walau rasanya sangat sakit, tapi ia akan bahagia jika melihat Serra bahagia."Jangan campuri urusanku!""Tidak, aku tidak akan mencampuri urusan kalian. Tapi jangan seperti ini! Kalian bisa bicara baik baik!" ujar Gio yang sudah menghadang jalan dua orang di depannya.Tapi tubuhnya di hempas ke samping dan Reynard kembali menarik Serra ke lantai atas. Giorgio menghembuskan nafasnya dalam dalam, tak mungkin ia menyusul ke atas walau ia sangat menginginkannya. Sungguh, dia ingin melepaskan cekalan t
Pagi harinya Bryan membuka matanya karena bau harum yang menggelitik indera penciumannya. Sejak Naina menginap di apartemennya dia sengaja tidur diruang televisi untuk menghindari hal yang tidak di inginkan. Karena penasaran akhirnya ia beranjak menuju dapur, ternyata Naina sedang berada di dapur. Sepertinya gadis itu sedang sibuk membuat sesuatu. Semalam tak hentinya gadis itu berterimakasih setelah selamat dari perampokan, dan setelah ia membawanya keluar untuk makan semua makanan kesukaan gadis itu."Selamat pagi Uncle, pagi ini aku buatkan banyak makanan untukmu! Aku ingin berterimakasih karena kau sudah menyelamatkan nyawaku. Siang nanti Uncle Erick menjemputku, aku dan ibu akan pindah sementara ke kediamannya. Ibu bilang dia dan Uncle Erick sedang ada bisnis bersama, jadi akan lebih mudah jika kami tinggal dirumahnya dulu."Berpisah, sepertinya baru sebentar ia menikmati kebersamaannya dengan gadis itu. Naina sengaja membuatkan banyak makanan karena sore nanti saat pulang kerja
Besok adalah hari pernikahannya dan Serra sudah kembali ke pulau untuk membantu Mia menyiapkan segala sesuatunya. Area teras depan sudah dihias, Mia sengaja mengambil tema gardening agar kontras dengan taman bunga Lily miliknya."Sayang ini menu yang akan disajikan, coba kau lihat siapa tahu ada yang kurang. Mungkin baru nanti malam Reynard pulang dari Jepang. Dan Daddy pulang dari Rusia besok pagi pagi sekali. Persiapan sudah sembilan puluh sembilan persen selesai, jadi kita bisa tenang!" ujar Mia sambil menyodorkan sebuah buku menu yang sudah dia siapkan untuk acara pernikahan nanti. Dia dan Serra mengatur sendiri semua menu yang tersaji nantinya. Sengaja Mia mendatangkan beberapa chef terbaik dunia yang akan melayani para tamu undangan. Walau mereka tidak mengundang banyak tamu tapi tetap saja melakukan yang terbaik."Untuk menu sepertinya sudah sempurna Mom, mungkin kita harus lebih memperhatikan mobil pengantar tamu....""Untuk transportasi dari hanggar pesawat ke mansion sudah