"Kapan kau akan membawanya kesini?" tanya Mia pada putranya, mereka sedang duduk di balkon untuk menikmati suasana malam. Sayup mereka bisa mendengar ombak yang berdebur walau jarak mansion dari pantai lumayan jauh."Tiga hari lagi kau ulang tahun Mom, apa kau lupa? Saat itu aku akan membawanya. Dia wanita yang mandiri, keras kepala dan sangat ceroboh! Tapi hatinya sangat lembut," ujar Reynard dengan sebuah tawa kecil."Kenapa harus menunggu ulang tahunku? Tempat ini terbuka setiap waktu untuk menantuku." "Aku tahu Mom, tapi kami butuh waktu untuk menyiapkan semua."Reynard memejamkan mata ketika Mia menyandarkan kepalanya di pundaknya, seakan bisa merasakan semua lelah sang ibu."Uncle John tadi mengatakan jika akhir akhir ini Daddy sering pergi. Apa itu mengganggumu?"Mia menggeleng dengan cepat, ia menggosok lengan putranya sebagai tanda jika dia baik baik saja. Dari dulu putra sulungnya yang sangat mengerti tentang keadaan dirinya. Hanya Reynard yang berani menegur sang ayah jika
Pagi pagi sekali Reynard bangun, rencananya setelah sarapan ia akan segera pulang ke perusahaan. Dengan hanya mengenakan training panjang dan kaos singlet ia keluar mansion berniat untuk jogging mengitari pulau. Dia ingin melihat kemajuan pulau ini setelah sekian lama ia tidak berkunjung.Tapi langkahnya terhenti ketika melihat seorang pria dengan pakaian yang sama dengannya ada tepat selurusan dengannya. Pria itu sepertinya sedang menunggunya."Selamat pagi Dad, kau menungguku?""Kau pulang pagi ini?"Reynard berdecak ketika pertanyaannya di jawab dengan sebuah pertanyaan. Mereka berjalan menghampiri Mia yang terlihat baru saja kembali dengan sekeranjang penuh buah apel. Tidak jauh dari mansion terdapat kebun buah yang cukup luas, kebun itu di urus oleh para penjaga untuk sekedar mengisi waktu mereka."Kalian mau lari pagi? Kenapa tidak mengenakan jaket? Udara sangat dingin, kalian bisa sakit nanti," ujar Mia geleng geleng kepala melihat suami dan putranya mengenakan baju yang sama.
Jane hanya bisa geleng geleng kepala melihat putri sulungnya yang dari pagi seperti sedang tidak tenang. Berkali kali Serra melihat dan kemudian meletakkan ponsel ditangannya."Kak, kau baik baik saja? Jika kau memang ada janji maka kau bisa pergi, aku yang akan membantu ibu memasak," ujar Naina yang masih duduk di kursi rodanya. Sengaja Jane memberinya tugas untuk menyiapkan meja agar gadis itu merasa berguna. Dengan melarang Naina berbuat sesuatu maka akan memuat gadis itu merasa rendah diri. Besok bahkan dokter sudah mengijinkannya mengikuti kegiatan belajar di sekolah walau masih lewat online. Perlahan tapi pasti gadis itu akan kembali dengan aktivitas normal sebagai remaja pada umumnya."Kakakmu sedang sakit rindu, sayang!" ujar Jane dengan senyum ke arah Naina."Ckk calon suami seperti apa dia! Empat hari pergi tanpa kabar apapun, jangankan menanyakan kabar...mengucap selamat pagi pun dia tidak ingat!" gerutu Serra sambil menyiapkan masakan yang sudah selesai ia buat.Jane dan
Waktu sudah menunjukkan waktu pulang kantor, tapi Bryan tetap saja belum keluar dari ruang kantornya. Malam ini dia ada janji dengan ibu dan adiknya, dia berjanji akan menemani mereka makan malam di rumah makan yang dulu biasa mereka kunjungi.Sudah lama sejak Naina sakit mereka tidak datang ke tempat itu. Malam ini mereka ingin berbagi kebahagiaan ini dengan beberapa pegawai di toko roti milik Jane."Ckk bagaimana ini," cicit Serra ketika melihat ke arah jam tangannya, langit sudah semakin gelap.Dengan mengumpulkan keberaniannya wanita itu kemudian mengetuk pintu ruangan wakil presdir. Serra membuka pintu ketika Bryan sudah mempersilakan dia masuk."Ya Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya Bryan yang terlihat masih sibuk dengan tumpukan berkas di atas mejanya."Ehhmm bisakah saya pulang lebih awal? Maaf, tapi sebentar lagi saya ada acara keluarga," ujar Serra, jika sekarang ia diperbolehkan pulang maka ia akan punya waktu untuk bersiap siap. Kali ini ia akan pulang membawa mobil b
"Ckk gara gara kau pasti kita akan terlambat datang makan malam!" gerutu Serra yang saat ini sudah ada di apartemen milik Reynard. Dia harus membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum datang ke restoran, dan ini karena ulah pria itu.Ternyata sang Presdir dan wakilnya sudah bersekongkol untuk hal ini, Bryan menipunya dengan mengatakan jika supir sudah menunggunya di area parkir basement. Tapi ternyata Reynard yang sudah menunggunya.Tak pelak lagi, dia harus menyerah dalam gelombang kerinduan dan sentuhan panas Reynard. Ini gila, tapi ini pengalaman pertamanya bercinta di dalam mobil! Tidak leluasa bergerak, takut ketahuan, penasaran, bergelora dan rasa pegal membuat sensasi tersendiri yang belum pernah ia rasakan."Acaranya belum di mulai sayang, akan ada banyak acara lain sebelum acara intinya. Jadi tenang saja kita tidak akan terlambat! Satu permainan lagi sepertinya tak masalah," ujar Reynard kembali mendekat, dengan menyembunyikan senyumnya."Awas kau, jangan mendekat! Apa kau
Setelah mengantar Serra dan keluarganya pulang, Reynard dan Bryan terlihat berkendara di satu mobil karena memang sang wakil Presdir tidak membawa mobil pribadinya saat datang ke rumah makan. Malam ini mereka akan pergi ke rumah kayu yang kemarin sempat terbakar habis karena ulah Barry Joseph sang Presdir Ever Techno. Pria yang sakit hati karena Reynard telah menghajar putranya hingga jatuh koma di rumah sakit."Maaf jika tadi saya lancang mengirim rekaman percakapan saya dan Naina, tadi saya berpikir hanya Nona Serra yang berhak memutuskan boleh atau tidaknya gadis itu makan sesuatu. Saya tahu dokter sangat ketat mengatur pola makan Naina!"Ternyata tadi Bryan sengaja memberi tahu Reynard jika Naina sedang ingin makan sesuatu. Dia tidak tega melihat gadis itu sedih hanya karena tidak bisa makan sepotong burger."Aku rasa sikapmu padanya lebih membuatnya sedih. Memang apa susahnya mengajak dia jalan jalan ke taman dan membeli sepotong burger?"Bryan tidak menjawabnya karena merasa per
Paginya Jane sedang membantu putri sulungnya berkemas, hari ini Serra akan dibawa untuk bertemu dengan kedua orang tua Reynard yang tinggal di pulau. Ada rasa yang tak bisa ia ungkapkan, ia hanya takut masa lalunya akan berpengaruh pada kisah cinta putrinya. Masa lalu yang sudah ia anggap selesai."Jika saja Naina sudah bisa bepergian jauh pasti kita bisa pergi bersama sama Bu. Itu akan lebih menyenangkan!" ujar Serra sambil menutup kopernya, kemudian malah tidur dipangkuan ibunya. Sudah lama sekali ia tidak bermanja seperti ini."Sebentar lagi kau akan menikah, jika nanti kau jadi seprang istri maka prioritas utamamu adalah suamimu. Sesibuk apapun kau harus bisa mengurus suamimu dengan baik!""Tapi dia bilang akan membawa lbu dan Naina tinggal bersama kami. Kalian akan tetap menjadi keluarga kami," sahut Serra yang tak ingin 'kehilangan' keluarganya setelah menikah."Terimakasih sayang, tapi kami bisa menjaga diri kami sendiri. Ingat ini, walaupun nama belakangmu akan berubah menjadi
"Kau akan bertemu dengan manusia, bukan hantu. Kenapa tanganmu menjadi dingin sekali? Atau perlu kita hangatkan sebentar sayang? Jika tidak salah ada satu pos jaga di ujung sana!" goda Reynard yang tertawa kecil melihat wajah gugup Serra.Baru kali ini Serra akan bertemu secara formal dengan orang tua pria yang sudah melamarnya.Serra pernah mendengar jika Dimitri Alexander adalah pria yang disegani oleh semua kalangan di negeri ini. Walaupun sudah lama tidak muncul tapi tetap saja namanya terdengar sangat 'mengerikan'. Ada rasa takut jika dirinya tidak memenuhi kriteria Tuan dan Nyonya Besar Alexander sebagai seorang menantu.Walau gugup tapi Serra menikmati perjalanannya. Ternyata pulau tempat tinggal Tuan dan Nyonya Besar Alexander bukanlah pulau sepi dan menakutkan seperti yang ia bayangkan.Turun dari pesawat mereka di jemput beberapa penjaga, disepanjang perjalanan Serra bisa melihat pemandangan hijau yang sepertinya sudah tertata rapi. Banyak sekali pohon buah yang memanjakan m