Jane dan Erick hanya bisa saling menatap ketika melihat kepulangan Serra bersama seorang pria yang berjalan disampingnya. Mereka melihat satu tangan pria itu yang terus melingkar di pinggang Serra."Selamat malam Nyonya Jane...Tuan Erick, kebetulan kalian berdua sedang berkumpul disini. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kalian!" ujar Reynard setelah memeluk sekilas dua parubaya di depannya."Anda bisa membicarakan apapun pada kami, tapi nanti setelah makan malam. Saya sudah memasak banyak malam ini, kami sedang merayakan kesembuhan Naina. Dan anda adalah bagian dari kebahagiaan kami," ujar Jane yang kemudian menggandeng tangan Serra untuk segera pergi ke ruang makan untuk menyiapkan makan malamnya.Sedang Erick mempersilahkan Reynard duduk untuk menunggu para wanita menyiapkan semuanya."Sepertinya anda sedang bahagia anak muda, tapi entah kenapa saya juga bisa melihat kesedihan di salah satu sudut hati anda.""Apa anda seorang peramal? Saya rasa bukan, Jenderal Erick. Sebuah kehor
"Sesuai dengan apa yang saya katakan tadi, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan kepada anda selaku ibu dari wanita yang saya cintai..."Serra menggenggam tangan ibunya yang menatapnya penuh tanya ketika Reynard sudah ingin mengatakan niatnya. Malam ini mereka makan malam bersama, kecuali Naina yang sudah terlebih dulu beristirahat. Serra merasa malam ini akan menjadi malam yang panjang untuknya.Tak sekalipun ia terlihat dekat dengan putra sulung Alexander, jadi wajar jika apa yang akan dikatakan Reynard nanti akan mengejutkan keluarganya terutama sang ibu."Saya tidak tahu sejak kapan jatuh cinta pada putri ibu, dan hubungan kami juga di awali dengan sesuatu yang tidak menyenangkan. Tapi semakin lama saya semakin terikat dengannya. Saya ingin menikahi Serra secepatnya, ijinkan saya menjaganya untuk seumur hidup. Ijinkan saya menjadi bagian dari keluarga ini, menjadi putra anda...dan kakak untuk Naina!" ujar Reynard dengan suara sedikit bergetar. Entah kenapa ia merasa gugup ketika
Serra terlihat fokus dengan pekerjaannya, ternyata menjadi sekretaris utama sangat melelahkan. Apalagi ini adalah pengalaman pertamanya menjadi seorang sekretaris. Beruntung Bryan selalu mengawasi dan ikut membantunya jika mengalami kesulitan.Sudah tiga hari dia tidak bertemu dengan Reynard sejak malam lamaran itu. Pria itu terbang keluar negeri untuk urusan pekerjaan. Reynard pernah mengirim pesan jika ia harus menyelesaikan urusan perusahaan sebelum mereka pergi menemui daddy dan mommy-nya.Ya, pria yang menyebut diri calon suaminya itu hanya pernah sekali mengirim pesan. Tak pernah Reynard berbasa basi untuk sekedar menanyakan keadaan atau bahkan menyatakan cinta. Dan itu sangat menyebalkan, Reynard membuat otaknya tak bisa berhenti memikirkannya."Nona sudah membuat file poin poin kerjasama yang tadi saya minta?""Sudah, semua file sudah saya siapkan di map itu," jawab Serra ketika Bryan tiba tiba sudah berdiri di depan meja kerjanya.Malaikat maut kedua dari Jayde's itu kini sem
Setelah tiga hari bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaannya Reynard tidak langsung pulang ke kediaman Alexander. Sengaja ia pergi ke pulau XX untuk mengunjungi kedua orang tuanya, berniat membicarakan tentang rencana pernikahannya.Pada awalnya dia memang ingin hal ini menjadi kejutan, tapi ia khawatir reaksi terkejut kedua orang tuanya akan membuat wanitanya tidak nyaman. Reynard ingin semuanya berjalan sempurna, tentu saja kecuali Giorgio.Dia harus berjuang lebih keras untuk membuat adiknya mengerti. Selama ini dia mampu mengorbankan segalanya untuk Gio, tapi tidak jika itu menyangkut Serra. Reynard yakin jika suatu saat adiknya akan mengerti, karena pada dasarnya Giorgio adalah pria yang berhati lembut.Turun dari pesawat pribadinya dia sudah di jemput oleh beberapa pria berbadan tegap. Salah satu dari mereka mendekat dan menyapanya dengan sopan."Selamat sore Tuan Reynard, selamat datang. Senang bisa kembali bertemu dengan anda!""Jangan terlalu formal padaku Uncle John, aku
"Kapan kau akan membawanya kesini?" tanya Mia pada putranya, mereka sedang duduk di balkon untuk menikmati suasana malam. Sayup mereka bisa mendengar ombak yang berdebur walau jarak mansion dari pantai lumayan jauh."Tiga hari lagi kau ulang tahun Mom, apa kau lupa? Saat itu aku akan membawanya. Dia wanita yang mandiri, keras kepala dan sangat ceroboh! Tapi hatinya sangat lembut," ujar Reynard dengan sebuah tawa kecil."Kenapa harus menunggu ulang tahunku? Tempat ini terbuka setiap waktu untuk menantuku." "Aku tahu Mom, tapi kami butuh waktu untuk menyiapkan semua."Reynard memejamkan mata ketika Mia menyandarkan kepalanya di pundaknya, seakan bisa merasakan semua lelah sang ibu."Uncle John tadi mengatakan jika akhir akhir ini Daddy sering pergi. Apa itu mengganggumu?"Mia menggeleng dengan cepat, ia menggosok lengan putranya sebagai tanda jika dia baik baik saja. Dari dulu putra sulungnya yang sangat mengerti tentang keadaan dirinya. Hanya Reynard yang berani menegur sang ayah jika
Pagi pagi sekali Reynard bangun, rencananya setelah sarapan ia akan segera pulang ke perusahaan. Dengan hanya mengenakan training panjang dan kaos singlet ia keluar mansion berniat untuk jogging mengitari pulau. Dia ingin melihat kemajuan pulau ini setelah sekian lama ia tidak berkunjung.Tapi langkahnya terhenti ketika melihat seorang pria dengan pakaian yang sama dengannya ada tepat selurusan dengannya. Pria itu sepertinya sedang menunggunya."Selamat pagi Dad, kau menungguku?""Kau pulang pagi ini?"Reynard berdecak ketika pertanyaannya di jawab dengan sebuah pertanyaan. Mereka berjalan menghampiri Mia yang terlihat baru saja kembali dengan sekeranjang penuh buah apel. Tidak jauh dari mansion terdapat kebun buah yang cukup luas, kebun itu di urus oleh para penjaga untuk sekedar mengisi waktu mereka."Kalian mau lari pagi? Kenapa tidak mengenakan jaket? Udara sangat dingin, kalian bisa sakit nanti," ujar Mia geleng geleng kepala melihat suami dan putranya mengenakan baju yang sama.
Jane hanya bisa geleng geleng kepala melihat putri sulungnya yang dari pagi seperti sedang tidak tenang. Berkali kali Serra melihat dan kemudian meletakkan ponsel ditangannya."Kak, kau baik baik saja? Jika kau memang ada janji maka kau bisa pergi, aku yang akan membantu ibu memasak," ujar Naina yang masih duduk di kursi rodanya. Sengaja Jane memberinya tugas untuk menyiapkan meja agar gadis itu merasa berguna. Dengan melarang Naina berbuat sesuatu maka akan memuat gadis itu merasa rendah diri. Besok bahkan dokter sudah mengijinkannya mengikuti kegiatan belajar di sekolah walau masih lewat online. Perlahan tapi pasti gadis itu akan kembali dengan aktivitas normal sebagai remaja pada umumnya."Kakakmu sedang sakit rindu, sayang!" ujar Jane dengan senyum ke arah Naina."Ckk calon suami seperti apa dia! Empat hari pergi tanpa kabar apapun, jangankan menanyakan kabar...mengucap selamat pagi pun dia tidak ingat!" gerutu Serra sambil menyiapkan masakan yang sudah selesai ia buat.Jane dan
Waktu sudah menunjukkan waktu pulang kantor, tapi Bryan tetap saja belum keluar dari ruang kantornya. Malam ini dia ada janji dengan ibu dan adiknya, dia berjanji akan menemani mereka makan malam di rumah makan yang dulu biasa mereka kunjungi.Sudah lama sejak Naina sakit mereka tidak datang ke tempat itu. Malam ini mereka ingin berbagi kebahagiaan ini dengan beberapa pegawai di toko roti milik Jane."Ckk bagaimana ini," cicit Serra ketika melihat ke arah jam tangannya, langit sudah semakin gelap.Dengan mengumpulkan keberaniannya wanita itu kemudian mengetuk pintu ruangan wakil presdir. Serra membuka pintu ketika Bryan sudah mempersilakan dia masuk."Ya Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya Bryan yang terlihat masih sibuk dengan tumpukan berkas di atas mejanya."Ehhmm bisakah saya pulang lebih awal? Maaf, tapi sebentar lagi saya ada acara keluarga," ujar Serra, jika sekarang ia diperbolehkan pulang maka ia akan punya waktu untuk bersiap siap. Kali ini ia akan pulang membawa mobil b