"Jadi selama ini dia mengawasi kami? Jadi tidak ada gunanya aku sembunyi darinya?Kenapa kau lakukan ini padaku? Kenapa kalian lakukan ini padaku?""Mana Naina!" tanya Erick membiarkan wanita yang pura pura sibuk membuat kue itu untuk menyembunyikan air matanya. Akhirnya apa yang ia takutkan terjadi juga, Dimitri tidak bisa menahan diri dan muncul di hadapan Jane."Jangan alihkan pembicaraan! Selama ini aku percaya padamu, bahkan aku percayakan hidup keluargaku padamu!""Tidak ada yang sedang mengalihkan perhatian, aku bertanya dimana Naina karena tak ingin dia mendengar semua ini. Apa kau ingin dia mengetahui semua yang terjadi di masa lalu ibunya?"Jane menundukkan wajahnya karena air mata yang sedari ia tahan sudah tumpah membasahi pipi tanpa ijin darinya. Serra dan Naina adalah hidupnya, ia tak ingin lembaran masa lalunya akan menyakiti mereka."Waktu itu aku melihatmu diam diam menangis, kau ingat bukan jika waktu itu aku pernah memaksamu untuk meninggalkan negeri ini agar aku bis
"Apa dia sudah menyakitimu?"Serra dan Reynard reflek menoleh ke arah suara, Giorgio datang dengan masih menenteng tas kerjanya, pria itu sedang berjalan mendekat ke arah Serra yang masih mengenakan apron yang duduk tepat disamping kakaknya.Sesaat Giorgio memperhatikan keadaan Serra, matanya menyipit ketika banyak menemukan ruam merah di beberapa titik di leher, tengkuk bahkan dada atas wanita di depannya."Jaga pandanganmu Gio!" seru Reynard yang melihat Serra yang tidak nyaman dengan pandangan Gio. Dia tahu jika Gio pasti sedang melihat hasil maha karyanya ditubuh Serra."Apa dia sudah memaksamu? Katakan padaku," tanya Gio dengan penuh penekanan, dan itu malah membuat Serra semakin gugup."T-tidak, tentu saja tidak! Kami..."Dari apa yang ia lihat Gio tahu jika ada sesuatu yang terjadi pada dua orang dewasa di depannya. Apalagi wajah gugup Serra seperti sedang menyembunyikan sesuatu."Kami akan menikah." Akhirnya Reynard membuka suara, cepat atau lambat adiknya harus tahu tentang h
Jane dan Erick hanya bisa saling menatap ketika melihat kepulangan Serra bersama seorang pria yang berjalan disampingnya. Mereka melihat satu tangan pria itu yang terus melingkar di pinggang Serra."Selamat malam Nyonya Jane...Tuan Erick, kebetulan kalian berdua sedang berkumpul disini. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kalian!" ujar Reynard setelah memeluk sekilas dua parubaya di depannya."Anda bisa membicarakan apapun pada kami, tapi nanti setelah makan malam. Saya sudah memasak banyak malam ini, kami sedang merayakan kesembuhan Naina. Dan anda adalah bagian dari kebahagiaan kami," ujar Jane yang kemudian menggandeng tangan Serra untuk segera pergi ke ruang makan untuk menyiapkan makan malamnya.Sedang Erick mempersilahkan Reynard duduk untuk menunggu para wanita menyiapkan semuanya."Sepertinya anda sedang bahagia anak muda, tapi entah kenapa saya juga bisa melihat kesedihan di salah satu sudut hati anda.""Apa anda seorang peramal? Saya rasa bukan, Jenderal Erick. Sebuah kehor
"Sesuai dengan apa yang saya katakan tadi, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan kepada anda selaku ibu dari wanita yang saya cintai..."Serra menggenggam tangan ibunya yang menatapnya penuh tanya ketika Reynard sudah ingin mengatakan niatnya. Malam ini mereka makan malam bersama, kecuali Naina yang sudah terlebih dulu beristirahat. Serra merasa malam ini akan menjadi malam yang panjang untuknya.Tak sekalipun ia terlihat dekat dengan putra sulung Alexander, jadi wajar jika apa yang akan dikatakan Reynard nanti akan mengejutkan keluarganya terutama sang ibu."Saya tidak tahu sejak kapan jatuh cinta pada putri ibu, dan hubungan kami juga di awali dengan sesuatu yang tidak menyenangkan. Tapi semakin lama saya semakin terikat dengannya. Saya ingin menikahi Serra secepatnya, ijinkan saya menjaganya untuk seumur hidup. Ijinkan saya menjadi bagian dari keluarga ini, menjadi putra anda...dan kakak untuk Naina!" ujar Reynard dengan suara sedikit bergetar. Entah kenapa ia merasa gugup ketika
Serra terlihat fokus dengan pekerjaannya, ternyata menjadi sekretaris utama sangat melelahkan. Apalagi ini adalah pengalaman pertamanya menjadi seorang sekretaris. Beruntung Bryan selalu mengawasi dan ikut membantunya jika mengalami kesulitan.Sudah tiga hari dia tidak bertemu dengan Reynard sejak malam lamaran itu. Pria itu terbang keluar negeri untuk urusan pekerjaan. Reynard pernah mengirim pesan jika ia harus menyelesaikan urusan perusahaan sebelum mereka pergi menemui daddy dan mommy-nya.Ya, pria yang menyebut diri calon suaminya itu hanya pernah sekali mengirim pesan. Tak pernah Reynard berbasa basi untuk sekedar menanyakan keadaan atau bahkan menyatakan cinta. Dan itu sangat menyebalkan, Reynard membuat otaknya tak bisa berhenti memikirkannya."Nona sudah membuat file poin poin kerjasama yang tadi saya minta?""Sudah, semua file sudah saya siapkan di map itu," jawab Serra ketika Bryan tiba tiba sudah berdiri di depan meja kerjanya.Malaikat maut kedua dari Jayde's itu kini sem
Setelah tiga hari bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaannya Reynard tidak langsung pulang ke kediaman Alexander. Sengaja ia pergi ke pulau XX untuk mengunjungi kedua orang tuanya, berniat membicarakan tentang rencana pernikahannya.Pada awalnya dia memang ingin hal ini menjadi kejutan, tapi ia khawatir reaksi terkejut kedua orang tuanya akan membuat wanitanya tidak nyaman. Reynard ingin semuanya berjalan sempurna, tentu saja kecuali Giorgio.Dia harus berjuang lebih keras untuk membuat adiknya mengerti. Selama ini dia mampu mengorbankan segalanya untuk Gio, tapi tidak jika itu menyangkut Serra. Reynard yakin jika suatu saat adiknya akan mengerti, karena pada dasarnya Giorgio adalah pria yang berhati lembut.Turun dari pesawat pribadinya dia sudah di jemput oleh beberapa pria berbadan tegap. Salah satu dari mereka mendekat dan menyapanya dengan sopan."Selamat sore Tuan Reynard, selamat datang. Senang bisa kembali bertemu dengan anda!""Jangan terlalu formal padaku Uncle John, aku
"Kapan kau akan membawanya kesini?" tanya Mia pada putranya, mereka sedang duduk di balkon untuk menikmati suasana malam. Sayup mereka bisa mendengar ombak yang berdebur walau jarak mansion dari pantai lumayan jauh."Tiga hari lagi kau ulang tahun Mom, apa kau lupa? Saat itu aku akan membawanya. Dia wanita yang mandiri, keras kepala dan sangat ceroboh! Tapi hatinya sangat lembut," ujar Reynard dengan sebuah tawa kecil."Kenapa harus menunggu ulang tahunku? Tempat ini terbuka setiap waktu untuk menantuku." "Aku tahu Mom, tapi kami butuh waktu untuk menyiapkan semua."Reynard memejamkan mata ketika Mia menyandarkan kepalanya di pundaknya, seakan bisa merasakan semua lelah sang ibu."Uncle John tadi mengatakan jika akhir akhir ini Daddy sering pergi. Apa itu mengganggumu?"Mia menggeleng dengan cepat, ia menggosok lengan putranya sebagai tanda jika dia baik baik saja. Dari dulu putra sulungnya yang sangat mengerti tentang keadaan dirinya. Hanya Reynard yang berani menegur sang ayah jika
Pagi pagi sekali Reynard bangun, rencananya setelah sarapan ia akan segera pulang ke perusahaan. Dengan hanya mengenakan training panjang dan kaos singlet ia keluar mansion berniat untuk jogging mengitari pulau. Dia ingin melihat kemajuan pulau ini setelah sekian lama ia tidak berkunjung.Tapi langkahnya terhenti ketika melihat seorang pria dengan pakaian yang sama dengannya ada tepat selurusan dengannya. Pria itu sepertinya sedang menunggunya."Selamat pagi Dad, kau menungguku?""Kau pulang pagi ini?"Reynard berdecak ketika pertanyaannya di jawab dengan sebuah pertanyaan. Mereka berjalan menghampiri Mia yang terlihat baru saja kembali dengan sekeranjang penuh buah apel. Tidak jauh dari mansion terdapat kebun buah yang cukup luas, kebun itu di urus oleh para penjaga untuk sekedar mengisi waktu mereka."Kalian mau lari pagi? Kenapa tidak mengenakan jaket? Udara sangat dingin, kalian bisa sakit nanti," ujar Mia geleng geleng kepala melihat suami dan putranya mengenakan baju yang sama.