Serra segera ke lantai atas untuk tahu pekerjaan apa yang akan di berikan Bryan padanya. Sampai di lantai atas dia terkejut karena mejanya yang berada tepat disamping meja sekretaris utama telah menghilang."Selamat pagi Nona Serra, mari bicara di ruangan saya," ujar Bryan yang paham dengan raut tanya wanita di depannya.Serra menurut dengan mengikuti langkah Bryan, sudut matanya melirik ruangan presdir yang tampaknya sangat sepi. Apa mungkin Reynard sedang pergi bersama sekretaris Cindy, karena tadi ia juga tidak mengalami Cindy di mejanya."Silahkan duduk Nona, saya ingin berbicara tentang apa yang tadi anda lihat di ruang depan. Maaf, saya sudah membuang meja anda karena memang tidak diperlukan lagi.""Apa saya dipecat? Apa salah saya pada perusahaan ini?" tanya Serra tanpa penekanan, dia tahu Bryan melakukan semua hal dengan alasan yang tepat."Tuan Reynard mengangkat anda menjadi sekretaris utama perusahaan ini. Dan beliau melakukan itu bukan tanpa alasan. Kinerja anda saat divis
Serra sedikit ragu untuk turun dari mobilnya, saat ini dia sudah berada di halaman depan kediaman Alexander. Sebenarnya ia ingin segera pulang dan menikmati kebahagiaan bersama keluarga atas kembalinya ingatan Naina. Tapi jika ia tidak segera melakukan tugasnya maka dia akan semakin lama berada disini. Serra segera turun dari mobil ketika seorang penjaga datang menghampirinya. Pria itu pasti ingin memarkirkan mobilnya."Anda Nona Serra? Tuan Bryan ingin anda segera masuk dan menemui Tuan Reynard. Dan untuk mobil ini biar saya yang akan mengurusnya," ujar pria bertubuh tambun itu sopan.Tanpa berkata apa apa lagi Serra segera menyerahkan kunci mobilnya dan masuk ke dalam mansion. Seorang maid sudah menunggunya untuk mengantarnya ke lantai atas. Sepertinya Bryan benar benar telah 'menyiapkan' kedatangannya.Sampai di depan kamar Serra langsung mengetuk pintunya, karena tidak ada sahutan maka dia langsung membukanya. Dan ternyata pintu kamar Reynard tidak terkunci. Maid yang tadi meng
"Ckk ini sudah sore saya....emmpptthhhh!" sebelum bisa menyelesaikan kata katanya bibir Serra sudah dibungkam dengan sebuah ciuman."Kau sudah berjanji tak akan berbicara formal lagi padaku!" ujar Reynard mengeratkan pelukannya pada wanita yang berbaring dalam rengkuhannya. "Say....maksudnya aku harus pulang, ibu pasti mencariku karena aku berjanji pulang siang tadi. Dan aku butuh waktu untuk beradaptasi denganmu," ujar Serra yang kesal karena tak juga bisa melepas rengkuhan tangan Reynard. Tangan pria itu bagai besi yang tak bergeming walau sekuat apapun ia ingin memindahnya. Dua kali permainan di ranjang dan terakhir di dalam kamar mandi, tepatnya ketika ia ingin membersihkan tubuhnya di bawah shower. Seperti tak ada bosannya Reynard menyentuhnya. Alhasil tubuhnya serasa remuk redam, bagian inti tubuhnya juga masih terasa perih.Serra menyerahkan dirinya karena sebenarnya ia sudah mulai mencintai iblis disampingnya. Reynard sering kali membuat dunianya jungkir balik. Kadang ia san
"Jadi selama ini dia mengawasi kami? Jadi tidak ada gunanya aku sembunyi darinya?Kenapa kau lakukan ini padaku? Kenapa kalian lakukan ini padaku?""Mana Naina!" tanya Erick membiarkan wanita yang pura pura sibuk membuat kue itu untuk menyembunyikan air matanya. Akhirnya apa yang ia takutkan terjadi juga, Dimitri tidak bisa menahan diri dan muncul di hadapan Jane."Jangan alihkan pembicaraan! Selama ini aku percaya padamu, bahkan aku percayakan hidup keluargaku padamu!""Tidak ada yang sedang mengalihkan perhatian, aku bertanya dimana Naina karena tak ingin dia mendengar semua ini. Apa kau ingin dia mengetahui semua yang terjadi di masa lalu ibunya?"Jane menundukkan wajahnya karena air mata yang sedari ia tahan sudah tumpah membasahi pipi tanpa ijin darinya. Serra dan Naina adalah hidupnya, ia tak ingin lembaran masa lalunya akan menyakiti mereka."Waktu itu aku melihatmu diam diam menangis, kau ingat bukan jika waktu itu aku pernah memaksamu untuk meninggalkan negeri ini agar aku bis
"Apa dia sudah menyakitimu?"Serra dan Reynard reflek menoleh ke arah suara, Giorgio datang dengan masih menenteng tas kerjanya, pria itu sedang berjalan mendekat ke arah Serra yang masih mengenakan apron yang duduk tepat disamping kakaknya.Sesaat Giorgio memperhatikan keadaan Serra, matanya menyipit ketika banyak menemukan ruam merah di beberapa titik di leher, tengkuk bahkan dada atas wanita di depannya."Jaga pandanganmu Gio!" seru Reynard yang melihat Serra yang tidak nyaman dengan pandangan Gio. Dia tahu jika Gio pasti sedang melihat hasil maha karyanya ditubuh Serra."Apa dia sudah memaksamu? Katakan padaku," tanya Gio dengan penuh penekanan, dan itu malah membuat Serra semakin gugup."T-tidak, tentu saja tidak! Kami..."Dari apa yang ia lihat Gio tahu jika ada sesuatu yang terjadi pada dua orang dewasa di depannya. Apalagi wajah gugup Serra seperti sedang menyembunyikan sesuatu."Kami akan menikah." Akhirnya Reynard membuka suara, cepat atau lambat adiknya harus tahu tentang h
Jane dan Erick hanya bisa saling menatap ketika melihat kepulangan Serra bersama seorang pria yang berjalan disampingnya. Mereka melihat satu tangan pria itu yang terus melingkar di pinggang Serra."Selamat malam Nyonya Jane...Tuan Erick, kebetulan kalian berdua sedang berkumpul disini. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kalian!" ujar Reynard setelah memeluk sekilas dua parubaya di depannya."Anda bisa membicarakan apapun pada kami, tapi nanti setelah makan malam. Saya sudah memasak banyak malam ini, kami sedang merayakan kesembuhan Naina. Dan anda adalah bagian dari kebahagiaan kami," ujar Jane yang kemudian menggandeng tangan Serra untuk segera pergi ke ruang makan untuk menyiapkan makan malamnya.Sedang Erick mempersilahkan Reynard duduk untuk menunggu para wanita menyiapkan semuanya."Sepertinya anda sedang bahagia anak muda, tapi entah kenapa saya juga bisa melihat kesedihan di salah satu sudut hati anda.""Apa anda seorang peramal? Saya rasa bukan, Jenderal Erick. Sebuah kehor
"Sesuai dengan apa yang saya katakan tadi, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan kepada anda selaku ibu dari wanita yang saya cintai..."Serra menggenggam tangan ibunya yang menatapnya penuh tanya ketika Reynard sudah ingin mengatakan niatnya. Malam ini mereka makan malam bersama, kecuali Naina yang sudah terlebih dulu beristirahat. Serra merasa malam ini akan menjadi malam yang panjang untuknya.Tak sekalipun ia terlihat dekat dengan putra sulung Alexander, jadi wajar jika apa yang akan dikatakan Reynard nanti akan mengejutkan keluarganya terutama sang ibu."Saya tidak tahu sejak kapan jatuh cinta pada putri ibu, dan hubungan kami juga di awali dengan sesuatu yang tidak menyenangkan. Tapi semakin lama saya semakin terikat dengannya. Saya ingin menikahi Serra secepatnya, ijinkan saya menjaganya untuk seumur hidup. Ijinkan saya menjadi bagian dari keluarga ini, menjadi putra anda...dan kakak untuk Naina!" ujar Reynard dengan suara sedikit bergetar. Entah kenapa ia merasa gugup ketika
Serra terlihat fokus dengan pekerjaannya, ternyata menjadi sekretaris utama sangat melelahkan. Apalagi ini adalah pengalaman pertamanya menjadi seorang sekretaris. Beruntung Bryan selalu mengawasi dan ikut membantunya jika mengalami kesulitan.Sudah tiga hari dia tidak bertemu dengan Reynard sejak malam lamaran itu. Pria itu terbang keluar negeri untuk urusan pekerjaan. Reynard pernah mengirim pesan jika ia harus menyelesaikan urusan perusahaan sebelum mereka pergi menemui daddy dan mommy-nya.Ya, pria yang menyebut diri calon suaminya itu hanya pernah sekali mengirim pesan. Tak pernah Reynard berbasa basi untuk sekedar menanyakan keadaan atau bahkan menyatakan cinta. Dan itu sangat menyebalkan, Reynard membuat otaknya tak bisa berhenti memikirkannya."Nona sudah membuat file poin poin kerjasama yang tadi saya minta?""Sudah, semua file sudah saya siapkan di map itu," jawab Serra ketika Bryan tiba tiba sudah berdiri di depan meja kerjanya.Malaikat maut kedua dari Jayde's itu kini sem