Serra diam ketika tahu dirinya ada di dalam bahaya, tangannya terikat ke belakang dan dua matanya ditutup dengan kain. Saat ini dia sedang ada di dalam mobil, mereka sedang membawanya ke suatu tempat.Dan itu sepenuhnya adalah salahnya karena dengan mudahnya percaya pada orang yang baru dikenalnya. "Ibu, Naina...."Dua nama itu yang terus saja Serra sebut dalam hatinya, hanya dua nama itu yang membuatnya bisa bertahan dari semua badai yang terjadi dalam hidupnya, menghadapi ketakutannya."Oh God dia cantik sekali, kita akan berpesta malam ini teman teman!" Serra beringsut ketika merasakan satu ujung jari menyentuh bahunya yang terbuka. Dia berusaha keras untuk tetap tenang walau rasa panik dan takut sedang menguasai hatinya. Semakin memberontak maka pria pria itu akan semakin kurang ajar padanya.Serra meyakinkan dirinya sendiri jika sebentar lagi Giorgio pasti akan mencarinya. Cepat atau lambat pria itu pasti akan kehilangan dirinya. "Jangan sentuh dia! Kalian dibayar sangat mahal
SREKKHH...Reynard mencabut pisau yang ada di bahu Serra, dan merobek sebagian kemeja putih yang dia kenakan untuk membebat luka yang terus saja mengucurkan darah itu.Dua sniper yang tadi berjaga di luar tampak datang tergopoh, satu diantara mereka sudah mengarahkan senjatanya pada dua wanita yang tampak ketakutan didepan sana. Sedang satu lainnya duduk berjongkok untuk melihat keadaan tuannya."Anda tidak apa apa Tuan?" "Jaga matamu bangsat!" ujar Reynard penuh penekanan ketika salah satu snipernya sekilas melihat ke arah wanita dalam rengkuhannya. "M-maaf Tuan, saya hanya....""Kita bawa tiga mobil yang ada di luar dan segera tinggalkan tempat ini!" "Baik Tuan."Reynard membopong tubuh Serra dan segera pergi ke luar menuju mobilnya yang tadi sudah dibawa ke tempat ini. Tiga mobil milik Kath dan orang orang bayarannya di bawa oleh para penjaganya.Dua sniper itu tahu jika Reynard ingin menghukum dua wanita yang berani melukai Serra. Sudah menjadi prinsip Reynard untuk tidak membu
Saat ini Giorgio ada di kediamannya bersama seorang pengusaha bernama David. Sengaja dia mengundang pengusaha itu ke kediaman Alexander karena hilangnya Serra berkaitan dengan pria itu.Dia sudah melihat cctv gedung. Terakhir Serra ditemukan bersama istri David menuju area gedung belakang. Dan tanpa disangka, disana dua wanita itu sudah ditunggu oleh beberapa pria yang kemudian membekap dan membawa paksa Serra pergi dari gedung pertemuan.Berkali kali Giorgio menghubungi Reynard tapi ponsel pria itu tak juga aktif. Dia tahu jika kepergian Reynard pasti berhubungan dengan hilangnya Serra. Reynard mungkin sudah menemukan titik terang keberadaan Serra.Para penjaga Alexander sudah menyisir tempat yang diduga menjadi tempat penyekapan Serra. Tapi tak ada tanda tanda keberadaan seorang pun di sepanjang hutan pinus yang mereka sisir."Maafkan saya Tuan, saya benar benar tidak menyangka jika istri saya akan terlibat dalam hal ini," ujar pengusaha bernama David dengan penuh sesal."Apa anda y
"Euugghhh!"Serra mengerjabkan matanya, bibirnya berdesis ketika rasa nyeri yang hebat ia rasakan di bahu kanannya."Hei, kau sudah bangun? Dasar pemalas kenapa tidurmu seperti mayat? Jika terus terusan tidur siapa yang akan mengurusku hahh?" Serra sejenak seperti kehilangan ingatannya, matanya nanar mengamati ruangan luas tempatnya kini berada. Dan seketika matanya terbelalak ketika melihat Reynard berada disampingnya. Wajah pria itu bahkan begitu dekat dengan wajahnya.Tapi bibirnya kembali menjerit kesakitan ketika ingin bangkit dari tidurnya, tulang bahunya seakan patah. Dan Serra baru mengingat kejadian penyekapan di gudang ketika melihat lukanya yang sudah diperban rapi."Dasar bodoh! Kau sedang terluka, jadi jangan melakukan gerakan tiba tiba. Apa sakit sekali? Cihh...itu hanya luka ringan, jangan kau pikir akan terbebas dari tugasmu hanya karena luka kecil itu!" Serra menutup mata untuk menikmati sakit yang dia rasakan, sekaligus melafalkan sumpah serapah di dalam hatinya un
Jane terkejut ketika pagi ini seseorang mengetuk pintu kamar rawat Naina, ia bergegas membukanya karena mengira Serra-lah yang datang, seperti biasanya. Tapi betapa terkejutnya dia ketika melihat seorang pria yang tidak ia kenal berdiri didepannya.Seorang pria berbadan tinggi besar datang ke kamar rawat Naina. Pria berumur tiga puluh tahunan dengan setelan formal, berambut coklat gelap dengan tatapan setajam elang. Aura dingin dan pembawaan yang tenang menunjukkan bahwa pria itu bukanlah pria biasa."Selamat pagi Nyonya Jane, maaf jika kedatangan saya pagi ini sedikit mengejutkan anda," ujar Bryan yang tahu jika wanita didepannya pasti sedang bertanya tanya siapa dirinya."Saya Bryan O'Brien, rekan kerja Nona Serra di Jayde Corp."Jane tersenyum ramah dan menyambut uluran tangan pria di depannya. Walau terkesan dingin tapi nyatanya pria didepannya bersikap sangat sopan padanya.Jane keluar dari kamar dan melanjutkan pembicaraan di luar karena tak ingin suara mereka mengganggu istira
"T-tuan Reynard...." Reynard tak membalas sapaan dari pria yang sudah duduk di depannya. Saat ini dia sudah berada di markas besar yang ia buat untuk tempat beristirahat para penjaganya.Semalam ia meminta Bryan untuk membawa biang keladi dari peristiwa penculikan Serra ke tempat ini. "Kau tahu benar kenapa kau bisa berada di tempat ini!" Reynard duduk di sofa single yang ada di depan Dex, dan membiarkan Dex tetap berdiri di tempatnya."Selama ini aku diam hanya karena Giorgio, tapi bajingan sepertimu tak akan pernah tahu rasa terimakasih. Kau tidak pantas dikasihani!" "Saya tidak pernah merasa berbuat kesalahan kepada anda...."BRAAKKKK!Reynard menggebrak meja kayu didepannya, pria itu sudah berdiri dengan dua tangan terkepal dan mata nanar menatap Dexter yang sudah menundukkan kepalanya. "Jangan kau pikir aku terlalu bodoh untuk mengetahui semua rencanamu bangsat! Aku diam hanya karena ingin tahu sejauh apa kau bisa berbuat!""Saya tidak melakukan apapun," ujar Dex masih menco
Dengan sedikit ragu Bryan melangkah mendekat ke ranjang dimana seorang gadis berwajah pucat sedang menatapnya. Sekarang ia bisa leluasa memandang wajah gadis itu karena dokter sudah melepas selang yang digunakan untuk alat bantu pernafasan. Telapak tangan gadis itu terangkat seakan meminta Bryan untuk menggenggamnya."Ayah, kenapa melihatku seperti itu?" Bryan tak menjawab pertanyaan Naina karena pria itu masih canggung dengan situasinya. Gadis itu terlihat begitu rapuh. Tak bisa ia bayangkan jika ia akan menjadi seorang ayah dari seorang gadis berumur tujuh belas tahun.Tapi Bryan memberikan tangannya agar gadis itu bisa menggenggamnya.Tangan mungil itu sangat halus dan terasa begitu dingin."Aku pasti terlihat sangat aneh, aku tidak punya rambut!""Kau cantik Nona ( menjeda kata katanya karena tahu jika sedang salah berucap)...ehhmm maksudku kau masih butuh banyak istirahat. Jangan berpikir macam macam. Kau adalah gadis tercantik yang pernah aku lihat!" gugup Bryan, berharap kata
Serra mencoba menggerakkan lengan kanannya walau masih sangat sakit. Dokter Elle berkata jika ia harus banyak belajar menggerakkan lengannya agar bahunya tidak lagi kaku. Dia juga tak sabar bisa pergi ke rumah sakit melihat keadaan adiknya.Tidak mungkin ia pergi ke rumah sakit dengan selalu mendesis kesakitan. Akan ada banyak pertanyaan dari ibunya, atau bisa saja Jane melarangnya bekerja dan memintanya kembali mengolah toko roti yang mereka miliki.Mau tidak mau dalam satu dua hari ini dia harus bisa belajar mengatasi rasa sakitnya. Obat dari Dokter Elle sebenarnya juga sangat membantunya. Tapi obat penahan rasa sakit yang diberikan hanya bisa menyamarkan rasa sakitnya untuk dua atau tiga jam setelah meminumnya.Ingin sekali ia menelpon ibunya untuk bertanya perkembangan kesehatan adiknya. Tapi setelah kejadian penculikan dirinya semalam ia bahkan melupakan tentang ponselnya. Jika ia tidak salah tas yang ia pakai semalam terjatuh di mobil yang digunakan untuk membawanya. Dan kemung