Sesuai janjinya Elle datang pada pagi harinya, dokter cantik itu sudah duduk di sisi calon suaminya untuk sarapan bersama keluarga. Hari ini dia bersama Mia dan Serra berencana untuk pergi ke spa dan berbelanja pernak pernik pernikahannya. Walau diadakan secara sederhana dan tertutup tapi tetap saja wanita wanita itu ingin semuanya berjalan sempurna."Tidak bisakah aku ikut Mom?" tanya Giorgio yang juga ingin menghabiskan waktu dengan Elle. Dia juga khawatir para wanita akan kalap dan lupa waktu, kemudian lupa pada kondisi dua menantu Alexander yang saat ini sedang mengandung."Tidak, kau dan kakakmu harus mencari banyak uang karena hari ini mungkin kami akan menguras dompet kalian," sahut Mia tersenyum karena dua putranya bersamaan mengeluarkan dompet dan masing masing menyerahkan kartu hitam pada wanitanya.Gabrielle tampak menggelengkan kepalanya, bagaimanapun ia belum berhak meminta nafkah dari Gio."Terima saja sayang, anggap itu uang saku dari calon suamimu. Tidak baik menolak
Selesai spa ke empat wanita Alexander itu pergi ke sebuah super mall yang ada di tengah kota. Ada beberapa barang yang harus mereka beli berkenaan dengan hari pernikahan Gio dan Gabrielle yang dilaksanakan minggu depan."Kita akan memilih rumah butik disalah satu tempat ini. Mommy punya kenalan desainer terkenal disini. Kita akan undang dia ke rumah khusus untuk fitting baju pengantin karena aku yakin Giorgio tak punya waktu banyak hal seperti ini.""Ehhmm tapi Mom, aku hanya ingin model sederhana saja," ujar Elle yang berpikir pasti akan merogoh kantong sangat dalam jika baju pernikahannya di pesan dari desainer ternama."Sebentar lagi kau akan menjadi istri seorang Alexander, kadang kita butuh sesuatu yang sedikit 'luar biasa' untuk menjaga nama baik suami suami kita. Kalian mengerti maksud Mommy bukan?""Kami mengerti Mom," sahut Serra dan Elle hampir bersamaan.Mia menatap Serra dengan sebuah gerak isyarat yang menunjuk ke arah Naina. Dari awal berangkat gadis itu tak seramai bias
Naina sangat gugup karena harus menghadapi keramahan Rheina Blade, ibu dari Dokter Andreas. Dia tak menyangka jika mereka akan bertemu ditempat ini, di sebuah butik mewah yang ternyata adalah milik dari wanita didepannya."Kau sedang berbelanja disini sayang? Ada yang bisa aku bantu? Kenapa kau tidak mengajaknya berkeliling butik Ndre?""Tidak Nyonya...ehh maksudnya saya hanya mengantar mommy dan dua saudari saya. Salah satu saudari saya ingin menikah," sahut Naina salah tingkah karena Rheina terus saja menatapnya.Andreas juga tak pernah melepas pandangan darinya, tapi Naina tak peduli. Dia hanya menganggap Andreas hanyalah pria yang tak sengaja muncul dalam hidupnya. Jika bukan karena kakaknya maka dapat dipastikan mereka tidak akan pernah bertemu."Oohh jadi kakakmu akan menikah? Sebentar lagi aku juga punya janji temu dengan seseorang. Beliau bilang hari ini dia akan membawa tiga putrinya ke tempat ini.""Silahkan Nyonya, jangan sampai saya mengganggu waktu kerja anda!" sahut Nain
Satu minggu kemudian...Suasana mansion tampak begitu sibuk, hari ini adalah hari pernikahan Gio dan Gabrielle. Hanya akan ada keluarga dan beberapa klien terdekat keluarga yang akan menyaksikan pengucapan acara sakral itu."Hei jangan tegang, nanti kau hanya akan berkata 'aku bersedia'. Dan semua selesai..." ujar Serra yang melihat kegugupan Elle. Dokter cantik itu mengenakan dress putih sebatas lutut dengan model yang simpel. Jepit rambut warna senada yang terbuat dari berlian menambah keanggunannya. Begitupun dengan semua wanita Alexander yang hari ini mengenakan dress putih sebagai dress code-nya."Apa dulu kau tidak merasakan apa yang aku rasakan? Aku seperti sedang menghadapi sidang skripsiku. Ya Tuhan jantungku! Dan jangan tertawa gadis kecil karena sebentar lagi kau akan mengalaminya," ujar Elle pada Naina yang duduk disampingnya. "Aku belum kuliah Kak, mana aku tahu bagaimana rasanya sidang skripsi!" sahut Naina yang langsung mendapat hadiah cubitan gemas oleh dua kakak per
Elle berdiri di depan sebuah kaca besar melihat pantulan dirinya. Mulai saat ini kamar ini akan menjadi saksi alur hidupnya, karena dia sudah menjadi bagian dari rumah ini..keluarga Alexander. Kamar bernuansa putih dengan aroma citrus yang menenangkan ini menggambarkan watak pemiliknya.CEKLEKK...Gio membuka pintu kamar dan tersenyum ketika melihat istrinya sudah ada disana. Tadi dia sempat mengantar Elle ke kamar tapi ia kembali ke bawah karena masih ada tamu yang harus ia temui."Belum ganti baju sayang? Atau kau memang sedang menungguku untuk membantu membukanya?" ujar Gio sengaja memecah kekakuan. Dia tahu jika Elle sedang sangat gugup saat ini. Malam ini adalah malam pertama pernikahannya, dan malam kedua setelah kejadian malam itu. Ya, setelah malam itu mereka tak pernah lagi bersentuhan. "Ehmm koperku masih ada di bawah, aku lupa membawanya. Baju gantiku ada disana semua," cicit Elle membuang pandangannya ketika dengan tenangnya Gio melepas jas dan kemejanya. Sekilas ia bis
"Perasaan aku yang jadi pengantin baru, tapi kenapa jadi kalian yang telat turun?" gerutu Giorgio karena acara makan malam tertunda hanya karena menanti sang putra sulung Alexander. "Bukan salahku, kenapa kau tidak menikmati waktumu lebih lama dariku! Kau harus belajar banyak dariku.""Kapan kapan jika perlu kita akan membawa timer, baru kita akan tahu durasi siapa yang lebih lama!" tantang Gio pada sang kakak."Ya Tuhan...bicara apa kalian, ada Naina disini!" kata Mia tak habis pikir dengan kelakuan kedua putranya.Serra menundukkan wajahnya, jika ada yang ingin dia lakukan adalah segera menghilang dari tempat ini. Semua sorot mata anggota keluarga sedang tertuju padanya.Mereka semua pasti sedang memandang aneh dirinya, saat ini dia memakai baju dengan kerah turtleneck yang pasti tidak cocok di kenakan saat musim panas seperti sekarang."Apa kakak sedang sakit? Kak Gabrielle juga mengenakan baju seperti itu. Kenapa kalian memakai baju hangat di musim panas seperti ini?" tanya Naina
Serra melirik sinis suaminya yang saat ini duduk bersandar di atas ranjang dengan netra yang terus memandangnya. Dia tahu benar apa arti pandangan itu! "Mommy bilang malam ini kita harus tidur...hanya tidur, jadi jangan macam macam!" gumam Serra yang masih bisa didengar suaminya. Seperti tak ada habisnya pria itu membuatnya kesal dengan selalu memancing hasratnya.Kadang dia bingung dengan dirinya sendiri yang sangat bersemangat dan menikmati ketika Reynard menyentuhnya. Padahal menurut sebuah artikel yang dibacanya di media sosial menyebutkan bahwa wanita hamil di semester pertama sepertinya biasanya kurang bergairah untuk urusan ranjangSeperti tadi ketika dia ada di walk in closet untuk berganti baju, Reynard mengangkat tubuhnya diatas etalase koleksi jam tangan mewahnya. Pria itu membuatnya gila dengan memanjakan pusat tubuhnya. Dan ketika dirinya hampir mencapai puncak hasratnya tiba tiba pria itu menyudahi kegiatan mereka dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.R
Balai pertemuan tempat diadakan acara makan malam mulai ramai. Beberapa pengusaha besar, artis bahkan pejabat terlihat menjadi tamu undangan di acara tersebut. Dua putra Alexander berdiri disamping pasangan masing masing, mereka dikelilingi tamu yang ingin melobi perusahaan mereka. Reynard dan Giorgio terlihat tak pernah melepaskan tangan dari pinggang istri mereka.Sebagai pria mereka tahu kecantikan istri mereka sedang menjadi magnet kuat bagi para kaum adam di ruangan ini."Sayang jika kau lelah kau bisa duduk bersama ibu dan mommy disana," ujar Reynard menunjuk sebuah tempat di sudut ruangan yang khusus digunakan keluarga untuk sekedar duduk beristirahat."Apa tidak apa apa jika kau sendirian disini?" tanya Serra karena dari tadi ia mendengar Reynard dan ayah mertuanya mengenalkan dia sebagai menantu pertama di keluarga Alexander. "Tidak apa apa sayang, sekitar setengah jam lagi acara di mulai. Dan jangan tiba tiba pergi tanpa pengawalan, kau mengerti?""Bisakah aku minta tolong