Naina sangat gugup karena harus menghadapi keramahan Rheina Blade, ibu dari Dokter Andreas. Dia tak menyangka jika mereka akan bertemu ditempat ini, di sebuah butik mewah yang ternyata adalah milik dari wanita didepannya."Kau sedang berbelanja disini sayang? Ada yang bisa aku bantu? Kenapa kau tidak mengajaknya berkeliling butik Ndre?""Tidak Nyonya...ehh maksudnya saya hanya mengantar mommy dan dua saudari saya. Salah satu saudari saya ingin menikah," sahut Naina salah tingkah karena Rheina terus saja menatapnya.Andreas juga tak pernah melepas pandangan darinya, tapi Naina tak peduli. Dia hanya menganggap Andreas hanyalah pria yang tak sengaja muncul dalam hidupnya. Jika bukan karena kakaknya maka dapat dipastikan mereka tidak akan pernah bertemu."Oohh jadi kakakmu akan menikah? Sebentar lagi aku juga punya janji temu dengan seseorang. Beliau bilang hari ini dia akan membawa tiga putrinya ke tempat ini.""Silahkan Nyonya, jangan sampai saya mengganggu waktu kerja anda!" sahut Nain
Satu minggu kemudian...Suasana mansion tampak begitu sibuk, hari ini adalah hari pernikahan Gio dan Gabrielle. Hanya akan ada keluarga dan beberapa klien terdekat keluarga yang akan menyaksikan pengucapan acara sakral itu."Hei jangan tegang, nanti kau hanya akan berkata 'aku bersedia'. Dan semua selesai..." ujar Serra yang melihat kegugupan Elle. Dokter cantik itu mengenakan dress putih sebatas lutut dengan model yang simpel. Jepit rambut warna senada yang terbuat dari berlian menambah keanggunannya. Begitupun dengan semua wanita Alexander yang hari ini mengenakan dress putih sebagai dress code-nya."Apa dulu kau tidak merasakan apa yang aku rasakan? Aku seperti sedang menghadapi sidang skripsiku. Ya Tuhan jantungku! Dan jangan tertawa gadis kecil karena sebentar lagi kau akan mengalaminya," ujar Elle pada Naina yang duduk disampingnya. "Aku belum kuliah Kak, mana aku tahu bagaimana rasanya sidang skripsi!" sahut Naina yang langsung mendapat hadiah cubitan gemas oleh dua kakak per
Elle berdiri di depan sebuah kaca besar melihat pantulan dirinya. Mulai saat ini kamar ini akan menjadi saksi alur hidupnya, karena dia sudah menjadi bagian dari rumah ini..keluarga Alexander. Kamar bernuansa putih dengan aroma citrus yang menenangkan ini menggambarkan watak pemiliknya.CEKLEKK...Gio membuka pintu kamar dan tersenyum ketika melihat istrinya sudah ada disana. Tadi dia sempat mengantar Elle ke kamar tapi ia kembali ke bawah karena masih ada tamu yang harus ia temui."Belum ganti baju sayang? Atau kau memang sedang menungguku untuk membantu membukanya?" ujar Gio sengaja memecah kekakuan. Dia tahu jika Elle sedang sangat gugup saat ini. Malam ini adalah malam pertama pernikahannya, dan malam kedua setelah kejadian malam itu. Ya, setelah malam itu mereka tak pernah lagi bersentuhan. "Ehmm koperku masih ada di bawah, aku lupa membawanya. Baju gantiku ada disana semua," cicit Elle membuang pandangannya ketika dengan tenangnya Gio melepas jas dan kemejanya. Sekilas ia bis
"Perasaan aku yang jadi pengantin baru, tapi kenapa jadi kalian yang telat turun?" gerutu Giorgio karena acara makan malam tertunda hanya karena menanti sang putra sulung Alexander. "Bukan salahku, kenapa kau tidak menikmati waktumu lebih lama dariku! Kau harus belajar banyak dariku.""Kapan kapan jika perlu kita akan membawa timer, baru kita akan tahu durasi siapa yang lebih lama!" tantang Gio pada sang kakak."Ya Tuhan...bicara apa kalian, ada Naina disini!" kata Mia tak habis pikir dengan kelakuan kedua putranya.Serra menundukkan wajahnya, jika ada yang ingin dia lakukan adalah segera menghilang dari tempat ini. Semua sorot mata anggota keluarga sedang tertuju padanya.Mereka semua pasti sedang memandang aneh dirinya, saat ini dia memakai baju dengan kerah turtleneck yang pasti tidak cocok di kenakan saat musim panas seperti sekarang."Apa kakak sedang sakit? Kak Gabrielle juga mengenakan baju seperti itu. Kenapa kalian memakai baju hangat di musim panas seperti ini?" tanya Naina
Serra melirik sinis suaminya yang saat ini duduk bersandar di atas ranjang dengan netra yang terus memandangnya. Dia tahu benar apa arti pandangan itu! "Mommy bilang malam ini kita harus tidur...hanya tidur, jadi jangan macam macam!" gumam Serra yang masih bisa didengar suaminya. Seperti tak ada habisnya pria itu membuatnya kesal dengan selalu memancing hasratnya.Kadang dia bingung dengan dirinya sendiri yang sangat bersemangat dan menikmati ketika Reynard menyentuhnya. Padahal menurut sebuah artikel yang dibacanya di media sosial menyebutkan bahwa wanita hamil di semester pertama sepertinya biasanya kurang bergairah untuk urusan ranjangSeperti tadi ketika dia ada di walk in closet untuk berganti baju, Reynard mengangkat tubuhnya diatas etalase koleksi jam tangan mewahnya. Pria itu membuatnya gila dengan memanjakan pusat tubuhnya. Dan ketika dirinya hampir mencapai puncak hasratnya tiba tiba pria itu menyudahi kegiatan mereka dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.R
Balai pertemuan tempat diadakan acara makan malam mulai ramai. Beberapa pengusaha besar, artis bahkan pejabat terlihat menjadi tamu undangan di acara tersebut. Dua putra Alexander berdiri disamping pasangan masing masing, mereka dikelilingi tamu yang ingin melobi perusahaan mereka. Reynard dan Giorgio terlihat tak pernah melepaskan tangan dari pinggang istri mereka.Sebagai pria mereka tahu kecantikan istri mereka sedang menjadi magnet kuat bagi para kaum adam di ruangan ini."Sayang jika kau lelah kau bisa duduk bersama ibu dan mommy disana," ujar Reynard menunjuk sebuah tempat di sudut ruangan yang khusus digunakan keluarga untuk sekedar duduk beristirahat."Apa tidak apa apa jika kau sendirian disini?" tanya Serra karena dari tadi ia mendengar Reynard dan ayah mertuanya mengenalkan dia sebagai menantu pertama di keluarga Alexander. "Tidak apa apa sayang, sekitar setengah jam lagi acara di mulai. Dan jangan tiba tiba pergi tanpa pengawalan, kau mengerti?""Bisakah aku minta tolong
"K-kau? Adrian Mendoza..."Serra menatap pria yang baru saja hadir di belakangnya, pria yang mempunyai warna kulit dan mata yang sama dengannya. Pria yang mempunyai darah yang sama walau tak sekalipun mereka pernah bertemu."Hai senang akhirnya bisa bertemu denganmu Serra Wilson," sapa pria bernama Adrian itu ramah, Serra membalasnya dengan senyuman yang kaku."Saya tak menyangka jika kalian sudah saling mengenal. Ternyata Tuan Alexander mempunyai tamu tamu istimewa," ujar Ken dengan senyum sinis pada Adrian, dia tahu jika pemimpin klan Mendoza itu juga sedang mengincar Serra.Pimpinan klan kejam itu menatap Serra dengan penuh kelembutan, dan sialnya ia merasa kontur wajah, postur dan warna kulit mereka sekilas sama.Sebenarnya tak ada yang salah dengan itu, semua orang bebas menjatuhkan pilihan. Tapi Ken tidak akan membiarkan Serra mengenal Adrian lebih jauh mengingat reputasi kelam klan itu. Serra benar benar akan adai dalam bahaya jika jatuh ke tangan Mendoza. Klan yang dikenal ke
"Selamat malam Nyonya Alexander, selamat malam Nyonya Kylen. Senang bisa bertemu dengan wanita wanita hebat seperti anda," sapa Adrian pada Mia dan Jane yang masih duduk di sudut ruangan.Kemudian pandangan pria itu tertuju pada gadis muda berambut pendek yang juga sedang menatapnya. Serra mengangguk pelan ketika Adrian menatapnya sekilas, seolah mengatakan jika apa yang ada dipikiran pria itu benar. Gadis yang dilihat adalah bungsu mereka."Selamat malam juga Tuan Adrian Mendoza, kami juga senang akhirnya bisa bertemu dengan pemuda hebat seperti anda. Dan gadis muda disebelah kami adalah Naina Wilson," ujar Jane menanggapi sapaan dari Adrian."Hai aku Naina Wilson, apa kau kakak sepupuku?" Naina beranjak kemudian mendekat ke arah pria yang baru saja ia lihat. Pria itu terlihat tersenyum hangat padanya. Semalam ibunya mengatakan jika saudara sepupunya akan datang di acara ini secara khusus agar bisa menemuinya."Kenapa baru sekarang? Kenapa kau baru muncul sekarang? Kenapa kau tidak