"Sayang, semua pesananmu sudah datang. Apa perlu aku suapi?" Serra menatap sinis suaminya, beberapa maid membawa troli makanan berisi semua makanan yang ia pesan. Sepertinya semua sudah disiapkan di piring piring saji.Padahal bukan ini yang dia inginkan, awalnya dia hanya ingin menguji bagaimana usaha suaminya untuk mendapatkan semua makanan itu untuk dirinya. Tapi dengan mudahnya Reynard malah mengerahkan semua orangnya untuk memudahkan tugasnya."Hei kenapa kau marah? Tak ada satupun dari pesanan yang terlupa!"Mendengarkan suaminya bicara malah membuatnya bertambah kesal. Tapi terlalu kekanakan jika dia marah hanya karena hal ini. Dari awal dia sadar jika suaminya bukanlah pria romantis bahkan kurang peka! Hidup Reynard sudah terbiasa memberi perintah. Manajemen waktu yang sangat teratur dan terkondisi untuk kehidupan sehari harinya. Mungkin pria itu berpikir mencari begitu banyak makanan hanya akan membuang waktunya."Tadi aku sudah makan roti isi tuna buatan Mommy, sekarang ak
"Uncle apa tidak sebaiknya kita ke rumah sakit? Lukanya terus mengeluarkan darah," cicit Naina hampir putus asa karena sedari tadi tak bisa membujuk Bryan pergi ke rumah sakit.Sebenarnya Naina masih sangat shock dengan serangan yang terjadi dirumahnya. Kekacauan hebat yang sangat tenang karena masing masing kubu menggunakan peredam pada senjata yang digunakan. Mungkin karena masing masing tak ingin menarik perhatian warga lain, ada beberapa rumah yang letaknya tak jauh dari kediaman Wilson.Naina yakin jika saja Bryan tak melindunginya maka pria itu tak akan tertembak seperti ini. Dia tak tahu apa saja yang terjadi karena ia terus memejamkan mata, tapi telinganya masih bisa mendengar keributan yang terjadi diluar.Bryan membawanya ke sebuah tempat yang baru kali ini ia datangi. Sebuah tempat cukup luas dengan pagar beton yang tinggi, dan ada beberapa bangunan di dalamnya. Dan saat ini mereka ada didalam bangunan terkecil, lebih mirip sebuah rumah walau sangat minimalis."Ini hanya l
Sesuai janjinya Elle datang pada pagi harinya, dokter cantik itu sudah duduk di sisi calon suaminya untuk sarapan bersama keluarga. Hari ini dia bersama Mia dan Serra berencana untuk pergi ke spa dan berbelanja pernak pernik pernikahannya. Walau diadakan secara sederhana dan tertutup tapi tetap saja wanita wanita itu ingin semuanya berjalan sempurna."Tidak bisakah aku ikut Mom?" tanya Giorgio yang juga ingin menghabiskan waktu dengan Elle. Dia juga khawatir para wanita akan kalap dan lupa waktu, kemudian lupa pada kondisi dua menantu Alexander yang saat ini sedang mengandung."Tidak, kau dan kakakmu harus mencari banyak uang karena hari ini mungkin kami akan menguras dompet kalian," sahut Mia tersenyum karena dua putranya bersamaan mengeluarkan dompet dan masing masing menyerahkan kartu hitam pada wanitanya.Gabrielle tampak menggelengkan kepalanya, bagaimanapun ia belum berhak meminta nafkah dari Gio."Terima saja sayang, anggap itu uang saku dari calon suamimu. Tidak baik menolak
Selesai spa ke empat wanita Alexander itu pergi ke sebuah super mall yang ada di tengah kota. Ada beberapa barang yang harus mereka beli berkenaan dengan hari pernikahan Gio dan Gabrielle yang dilaksanakan minggu depan."Kita akan memilih rumah butik disalah satu tempat ini. Mommy punya kenalan desainer terkenal disini. Kita akan undang dia ke rumah khusus untuk fitting baju pengantin karena aku yakin Giorgio tak punya waktu banyak hal seperti ini.""Ehhmm tapi Mom, aku hanya ingin model sederhana saja," ujar Elle yang berpikir pasti akan merogoh kantong sangat dalam jika baju pernikahannya di pesan dari desainer ternama."Sebentar lagi kau akan menjadi istri seorang Alexander, kadang kita butuh sesuatu yang sedikit 'luar biasa' untuk menjaga nama baik suami suami kita. Kalian mengerti maksud Mommy bukan?""Kami mengerti Mom," sahut Serra dan Elle hampir bersamaan.Mia menatap Serra dengan sebuah gerak isyarat yang menunjuk ke arah Naina. Dari awal berangkat gadis itu tak seramai bias
Naina sangat gugup karena harus menghadapi keramahan Rheina Blade, ibu dari Dokter Andreas. Dia tak menyangka jika mereka akan bertemu ditempat ini, di sebuah butik mewah yang ternyata adalah milik dari wanita didepannya."Kau sedang berbelanja disini sayang? Ada yang bisa aku bantu? Kenapa kau tidak mengajaknya berkeliling butik Ndre?""Tidak Nyonya...ehh maksudnya saya hanya mengantar mommy dan dua saudari saya. Salah satu saudari saya ingin menikah," sahut Naina salah tingkah karena Rheina terus saja menatapnya.Andreas juga tak pernah melepas pandangan darinya, tapi Naina tak peduli. Dia hanya menganggap Andreas hanyalah pria yang tak sengaja muncul dalam hidupnya. Jika bukan karena kakaknya maka dapat dipastikan mereka tidak akan pernah bertemu."Oohh jadi kakakmu akan menikah? Sebentar lagi aku juga punya janji temu dengan seseorang. Beliau bilang hari ini dia akan membawa tiga putrinya ke tempat ini.""Silahkan Nyonya, jangan sampai saya mengganggu waktu kerja anda!" sahut Nain
Satu minggu kemudian...Suasana mansion tampak begitu sibuk, hari ini adalah hari pernikahan Gio dan Gabrielle. Hanya akan ada keluarga dan beberapa klien terdekat keluarga yang akan menyaksikan pengucapan acara sakral itu."Hei jangan tegang, nanti kau hanya akan berkata 'aku bersedia'. Dan semua selesai..." ujar Serra yang melihat kegugupan Elle. Dokter cantik itu mengenakan dress putih sebatas lutut dengan model yang simpel. Jepit rambut warna senada yang terbuat dari berlian menambah keanggunannya. Begitupun dengan semua wanita Alexander yang hari ini mengenakan dress putih sebagai dress code-nya."Apa dulu kau tidak merasakan apa yang aku rasakan? Aku seperti sedang menghadapi sidang skripsiku. Ya Tuhan jantungku! Dan jangan tertawa gadis kecil karena sebentar lagi kau akan mengalaminya," ujar Elle pada Naina yang duduk disampingnya. "Aku belum kuliah Kak, mana aku tahu bagaimana rasanya sidang skripsi!" sahut Naina yang langsung mendapat hadiah cubitan gemas oleh dua kakak per
Elle berdiri di depan sebuah kaca besar melihat pantulan dirinya. Mulai saat ini kamar ini akan menjadi saksi alur hidupnya, karena dia sudah menjadi bagian dari rumah ini..keluarga Alexander. Kamar bernuansa putih dengan aroma citrus yang menenangkan ini menggambarkan watak pemiliknya.CEKLEKK...Gio membuka pintu kamar dan tersenyum ketika melihat istrinya sudah ada disana. Tadi dia sempat mengantar Elle ke kamar tapi ia kembali ke bawah karena masih ada tamu yang harus ia temui."Belum ganti baju sayang? Atau kau memang sedang menungguku untuk membantu membukanya?" ujar Gio sengaja memecah kekakuan. Dia tahu jika Elle sedang sangat gugup saat ini. Malam ini adalah malam pertama pernikahannya, dan malam kedua setelah kejadian malam itu. Ya, setelah malam itu mereka tak pernah lagi bersentuhan. "Ehmm koperku masih ada di bawah, aku lupa membawanya. Baju gantiku ada disana semua," cicit Elle membuang pandangannya ketika dengan tenangnya Gio melepas jas dan kemejanya. Sekilas ia bis
"Perasaan aku yang jadi pengantin baru, tapi kenapa jadi kalian yang telat turun?" gerutu Giorgio karena acara makan malam tertunda hanya karena menanti sang putra sulung Alexander. "Bukan salahku, kenapa kau tidak menikmati waktumu lebih lama dariku! Kau harus belajar banyak dariku.""Kapan kapan jika perlu kita akan membawa timer, baru kita akan tahu durasi siapa yang lebih lama!" tantang Gio pada sang kakak."Ya Tuhan...bicara apa kalian, ada Naina disini!" kata Mia tak habis pikir dengan kelakuan kedua putranya.Serra menundukkan wajahnya, jika ada yang ingin dia lakukan adalah segera menghilang dari tempat ini. Semua sorot mata anggota keluarga sedang tertuju padanya.Mereka semua pasti sedang memandang aneh dirinya, saat ini dia memakai baju dengan kerah turtleneck yang pasti tidak cocok di kenakan saat musim panas seperti sekarang."Apa kakak sedang sakit? Kak Gabrielle juga mengenakan baju seperti itu. Kenapa kalian memakai baju hangat di musim panas seperti ini?" tanya Naina