“Anda ...”
Rissa tak sanggup berkata-kata. Melvin tersenyum kembali padanya.
“Terima kasih,” katanya.
“Anda sudah membalas perasaan saya. Apakah saya benar?”
Rissa merasakan wajahnya memanas, jika saja dia adalah manusia. Tapi dia merasakan wajahnya terasa semakin dingin dan dia menunduk.
Melvin memegang dagu Rissa dengan lembut, lalu mengangkat wajahnya. Rissa merasakan perasaan yang tidak dapat dijelaskannya. Senang, tentu saja. Bingung, tentu saja!
Dia tidak tahu bahwa tanpa sadar dia sudah menaruh perasaan pada Melvin Wirawan. Sudah sejak kapan? Kembali dia tidak tahu.
“Saya bahagia sekali, Miss Rissa,” kata Melvin dengan lembut.
Dia lalu kembali mencium Rissa, dan Rissa merasakan perasaannya menjadi jelas sekarang. Dia jatuh cinta pada Melvin!
Mungkin awalnya adalah tindakan baik cowok itu padanya saat memberikan sapu tangan waktu dia sedang menangis. Mungkin juga sete
“APA?”“KAU SERIUS?”“Maksud saya ... Anda serius? Anda sudah memastikan informasi itu?”Suara Mr. Jona menggelegar di dalam kantornya. Dia merasa jantungnya akan keluar dari dadanya.Miss Marissa mengangguk dalam diam. Ya, dialah yang membawa berita soal Mr. Johann pada bosnya itu. Dia selama ini memasang telinga di banyak tempat. Jadi tidak heran bahwa dia tahu informasi itu.“Mr. Johann benar-benar sudah meninggal? Melvin membunuhnya?” tanyanya sekali lagi.“Iya, Pak,” kata Miss Marissa dengan yakin.Mr. Jona terperangah lalu menepukkan tangannya dengan ekspresi sangat puas.“INI BERITA YANG SANGAT BAGUS!” serunya, merasa sangat gembira luar biasa.“Anda tahu apa artinya ini, Miss?” tanyanya pada Miss Marissa.Miss Marissa mengerutkan keningnya.“Bahwa dia tak akan kembali lagi dan berkuasa?” tan
“Baiklah. Sekarang kita pikirkan bagaimana membalas Huang Company,” kata Mr. Jona sambil menyeringai di dalam kantornya sendiri siang itu.Suasana di dalam kantornya hening, tak menjawab pertanyaan itu. Mr. Jona memandang kekosongan di depannya, masih merenungi apa yang harus dilakukannya sekarang.“Apa aku harus membalas mereka sekaligus? Atau pelan-pelan saja?”Ya, dia masih memikirkan bagaimana caranya membalas keluarga Huang. Sekarang karena Mr. Johann sudah tidak ada untuk membantunya lagi, dia butuh rencana baru untuk melaksanakan ambisinya. Dia harus bekerja sendiri sekarang. Dia tak punya atasan lagi untuk dimintai bantuan.Dia masih tidak bisa menerima bahwa Aidan akhirnya bersatu dengan Gianna. Dia belum mendengar kabar satupun soal anak pertamanya itu. Tapi dia yakin Aidan sekarang sedang bahagia bersama dengan Gianna dan dia sangat membenci fakta itu. Dia tak ingin Aidan bahagia dengan Gianna! Dia harus me
“Kamu serius, Sayang?”“Nggak lagi bercanda, kan?” tanya Aidan sekali lagi.Gianna menggeleng lalu tertawa kecil. Di tangannya ada test pack.“Mana mungkin aku bercanda soal itu?”“Aku positif hamil!”Aidan lalu tersenyum semringah. Dia bahagia sekali!Sudah dua bulan sejak pernikahannya dan kabar itu seolah menjadi angin kebahagiaan baginya. Dia dan Gianna akan memiliki anak!Aidan lalu memeluk Gianna dan memutar-mutar tubuh wanita yang dicintainya itu.“Aku bahagia sekali, Sayang! Aku juga sangat bersyukur!” serunya di tengah putaran.Gianna tertawa lagi.“Sayang, turunin aku dong! Pusing ini!”Aidan lalu menurunkan Gianna dengan segera. Gianna lalu buru-buru pergi ke wastafel dan muntah.“Astaga, maaf sayang aku lupa!” seru Aidan segera dan memegang punggung istrinya.“Kamu nggak apa-apa? Sara
“Sayang! Ini ciloknya udah dateng!”Suara Aidan bergema di seluruh ruangan ketika dia membuka pintu depan dengan gembira.Dia lalu menutup pintu, sambil membayangkan betapa senangnya istrinya jika sudah ada jajanan yang digemarinya ini.Istrinya memang suka jajanan rakyat nan sederhana, juga jajanan pasar. Kata istrinya, makanan khas Indonesia haruslah dilestarikan oleh orang Indonesia sendiri!Aidan sendiri tak begitu menggemari cilok. Tapi dia suka sekali baso aci. Dalam seminggu bisa setiap Sabtu dia menikmati jajanan kesukaannya itu. Juga seblak! Dia dan istrinya pencinta berat seblak! Waktu mereka pacaran dulu mereka biasa membeli jajanan itu saat sedang kencan. Bahkan saat mereka jalan-jalan ke mall, mereka tetap membeli makanan dan jajanan yang sederhana namun sangat lezat itu.“Sayang?” Dia memanggil istrinya sekali lagi, karena tidak ada jawaban.“Apa mungkin Gianna ketiduran?” pikirnya saat kemba
“Lepaskan aku!”“Anda benar-benar jahat!”“Aku tak mengira bahwa Anda-lah dalang di balik semua ini!”Gianna menjerit pada Mr. Jona, yang menyeringai padanya. Dia duduk di kursi di depan Gianna, sambil memandangi wanita itu dengan rasa tertarik dan kepuasan yang begitu besar.Dia sudah berhasil menculik Gianna! Sekarang tinggal selangkah lagi dirinya bisa menguasai Aidan! Rencananya sepertinya berhasil dengan baik sekali ...Dia bisa membayangkan betapa gusar dan sedihnya Aidan saat ini. Saat ini, Aidan pastilah sangat rentan. Dia akan bisa dengan mudah membuat anaknya bertekuk lutut di depannya!“Kau lah yang jahat! Karena kau telah merebut Aidan!” serunya.Mata Gianna membelalak.“Astaga! Jadi ini masih soal Aidan?! Anda ayahnya! Harusnya Anda merestui pilihannya dan membiarkan dia mendapatkan kebahagiaannya sendiri!” Dia berseru, menatap Mr. Jona seola
“APA?!!”“KALIAN DIKALAHKAN OLEH MEREKA?!”“DAN MEREKA MEREBUT KEMBALI GIANNA DAN ANAKNYA?!”Orang-orang Mr. Jona menunduk dan mengerut ketakutan. Mereka tak mampu menatap mata bosnya dan sebetulnya sudah bisa menduga reaksinya akan seperti ini. Hanya saja mereka tetap kaget dan ketakutan ketika menerimanya.Mr. Jona menggebrak meja.“KALIAN BODOH! BODOH!!!” dampratnya.“KENAPA KALIAN BISA DIKALAHKAN OLEH MEREKA?!!”“Kami ... kami hanya dua orang dan ... dan mereka tiga orang, Pak,” kata salah satu pesuruhnya, yaitu Aldo.Mr. Jona segera mendekatinya dengan berang.“EIII!!!” Aldo segera mundur dengan ketakutan dan menaruh tangannya di depannya, seolah menamengi dirinya.“HANYA BEDA 1 ORANG! KALIAN HARUSNYA BISA MENANGANI MEREKA!!!”Orang satu lagi, Hendra, makin mengerut ketakutan, tapi dia berusaha membela diri.
“Kamu sungguh bersedia?”Mata Melvin langsung berkaca-kaca. Semua orang di dekat mereka bisa melihat bahwa dia tampak begitu terharu. Dia memandang Rissa dengan tatapan penuh cinta dan penuh pengharapan.Rissa langsung mengangguk.“Tentu, Melvin! Tentu saja!” katanya berulang-ulang. Ya, dia tentu saja tak akan menolak! Bagaimana mungkin dia menolak lamaran dari pria yang dicintainya?Melvin lalu memeluk Rissa.“Syukurlah, syukurlah!”Keduanya lalu berpelukan erat. Melvin lalu menggendong Rissa dan memutarnya.“Sayang, udah dong, malu dilihat orang!” seru Rissa di sela putaran. Dia tergelak kecil, berusaha menahan geli sekaligus rasa malu yang datang bersamaan. Dia segeramenoleh ke sekelilingnya, orang-orang di restoran sedang memandangi dia dan Melvin sambil tersenyum lebar.Melvin tertawa tergelak.“Aku nggak peduli! Aku sedang sangat bahagia sekarang!”
“Aku tidak akan memaafkan mereka semua!”“AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN MEREKA LOLOS!”“Mereka tidak tahu apa yang akan menanti mereka ...”Augustus Johann telah kembali ke rumahnya. Para pelayannya langsung ketakutan dan bagai melihat hantu ketika dia muncul di halaman depan.Apalagi penampilannya saat itu sangatlah menakutkan. Karena lama terbenam dalam air laut, kulitnya menjadi agak berlendir. Mata hitamnya seolah tertutupi oleh selaput bening, dan tangannya juga berlendir. Bahkan setelah dia mandi pun, lendir dan selaput itu tak mau hilang. Semua itu lalu memberikan efek penampilannya menjadi dua kali lebih mengerikan.Belum lagi pakaiannya yang basah. Dia tidak melepaskan pakaiannya ketika keluar dari air, dan air laut membasahi setiap langkahnya ketika dia berjalan menuju rumahnya, meninggalkan jejak-jejak maut dan peringatan bahwa dia belum mati.Ketika dia membuka pintu rumah, Anton segera be
It's a beautiful night, we're looking for something dumb to doHey baby, I think I wanna marry youIs it the look in your eyes or is it this dancing juice?Who cares, baby, I think I wanna marry youWell, I know this little chapel on the boulevard we can goNo one will know, oh, come on girlWho cares if we're trashed, got a pocket full of cash we can blowShots of patron and it's on, girlDon't say no, no, no, no, noJust say yeah, yeah, yeah, yeah, yeahAnd we'll go, go, go, go, goIf you're ready, like I'm readySuara band mulai berkumandang di pesta pernikahan antara Daniela dan Trevis. Lagu-lagu yang dimainkan mereka rupanya adalah semua lagu-lagu pilihan Daniela dan Trevis! Semua tamu sangat menikmati lagu-lagu itu. Bahkan beberapa bergoyang sambil tertawa-tawa. Suasana pesta yang sangat meriah!Di atas panggung tampak Daniela dan Trevis duduk menghadap pa
Tiga hari sebelumnyaRissa tampak tidak tenang. Dia sudah mendengar bahwa anaknya telah selamat. Bahwa salah satu pelayan Mr. Johann telah membawa bayinya kembali ke Indonesia, jauh dari Angeline Johann yang telah menculiknya. Pelayan itu membawa anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja. Ethan tidak kekurangan apa-apa satupun juga.Jika itu benar, maka itu adalah hal yang paling ditunggunya! Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya! Hatinya sangat sakit menahan kerinduan pada Ethan! Sudah berapa hari dan malam dilaluinya tanpa bersama Ethan ... Sudah berapa hari dilaluinya tanpa bisa mencium bayinya ... Dia sangat merindukan semua momen bersama bayinya!Maka siang itu ketika Mr. Jona kembali dari kantor, dia membawa pula Amelia yang sedang menggendong Ethan.“Rissa, Rissa! Lihat, ini Ethan!”Dia mendengar suara Mrs. Claudia memanggilnya. Dan hatinya langsung terasa terloncat dar
“Hai, Trevis!” Melvin memanggil sahabatnya yang baru keluar dari kantor ayahnya. Dia sendiri memang sedang berencana untuk menemui ayahnya saat dia bertemu Trevis. “Habis dari kantor ayah?” tanyanya. Dia melihat bahwa Trevis tampak habis melalukan pembicaraan yang cukup serius, dilihat dari raut wajahnya. Trevis mengangguk. “Yoi. Aku ke sini buat kasih abu si Angeline,” jelasnya. Melvin bersiul. “Ah! Ayah bilang kalo abunya bakal dilarung atau dibuang ke langit. Ide yang bagus,” katanya. Trevis mengangguk. Dia lalu bergidik membayangkan akan menemui abu Angeline yang jatuh dari langit. Dia bahkan tidak akan mau memegang abu Angeline. Itu seperti membayangkan dia masih ada, hanya saja dalam genggaman tangannya. “Semoga saja ayahmu tidak menyimpan abu itu. Hiiiy itu akan terlalu menakutkan.” Dia lalu memeluk dirinya sendiri, merasa ngeri. Melvin tergelak. “Bahkan dalam kematian pun dia masih bisa
CTASSS!!!Kapak itu berhasil mengenai leher Angeline! Melvin berhasil membunuh Angeline!Melvin memperhatikan dengan jantung seolah akan keluar dari dadanya ketika serangannya berhasil mengenai leher Angeline. Dan kali ini Angeline tidak berhasil lolos kembali dari serangannya!“Akhirnyaaa!!!” seru Trevis dengan lega. Dia lalu bangkit dari tubuh Angeline yang sudah tidak bergerak. Dia lalu terkapar di lantai, seperti kelelahan. Padahal yang letih adalah batinnya. Dia sudah muak bertarung tiada henti dengan Angeline yang sangat sulit untuk dikalahkan. Dia sudah sudah kesal dengan wanita itu yang tidak hentinya menyerang, berteriak, dan memaki.“Kau hebat, Melvin,” katanya.Melvin menggeleng, dia lalu ikut terduduk di sebelah Trevis.“Kita yang hebat,” katanya.“Dia bener-bener ... ampun deh nggak tahu lagi gimana ngomongnya,” kata Trevis sambil menggelengkan kepalanya. Dia membay
DUAKKK!!!“Aaaargh!!!” seru Melvin segera. Dia memegangi kedua kakinya dengan ekspresi sangat kesakitan. Angeline baru saja memukul area di antara dua kakinya tepat saat dia sedang mengayunkan kapak padanya. Kapak itu lalu terjatuh berkelontang di lantai.“HA HA HA!!!” seru Angeline puas. Dia menatap Melvin dengan pandangan yang membara.“KAU PIKIR KAU AKAN BISA MEMBUNUHKU?!”“Mimpi saja kau!!!”“Tak akan aku biarkan aku mati semudah itu!!!”Trevis segera menghampiri Melvin. Tapi sebelumnya dia menampar Angeline.PLAKKK!!!Tawa Angeline langsung berhenti. Dia menatap Trevis dengan pandangan marah bukan main.“DIAM KAU!!!” seru Trevis hilang kesabaran.Angeline menggerung.“BERANINYA KAU MENAMPARKU!”Trevis meledak marah. Dia sudah tidak sabar lagi dengan pertarungan yang seakan tidak ada habisnya ini
“Mr. Jona! Kami menemukan keberadaan Angeline Johann!” seru salah satu bawahan Mr. Jona.Ada dua orang yang sedang berdiri di hadapan Mr. Jona sekarang. Dua orang itu sedang memberikan laporan pada bos mereka itu.Mr. Jona langsung berdiri. Ekspresi wajahnya tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah?! Di mana?” tanyanya segera.“Di Volkshotel Amsterdam, Pak!” jawab bawahannya segera.“Kami tahu ini dari Frida Gustav! Dia adalah bawahan dari Mr. Johann dan Angeline Johann!” lanjut mereka dengan segera.Ya, sambil menunggu kepulangan Melvin dan Trevis, Mr. Jona telah mengutus para bawahannya untuk mencari keberadaan Angeline. Mereka akhirnya mendapatkan informasi dari Frida, yang memberi informasi kepada mereka dengan senang hati. Ya, Frida telah memutuskan untuk berkhianat dari Angeline! Dia sudah muak menuruti segala perintah dari Angeline.Dia selalu berkomunikasi secara
“Apa!?”“Anda bercanda kan, Dokter?” Mrs. Claudia langsung histeris. Dia segera memandang Rissa yang masih tertidur dengan nyenyaknya. Dia tidak tahu bahwa semua orang sedang membicarakannya.Dokter Andreas menggeleng. Dia memandang Mrs. Claudia, lalu memandang Rissa, dan balik memandang Mrs. Claudia sekali lagi.“Sayangnya saya tidak sedang bercanda dan tidak mungkin saya bercanda soal ini. Miss Rissa kemungkinan besar akan mati jika keadaan dia seperti ini terus. Energi hidupnya sudah habis. Dia tak mungkin bertahan jika seperti ini keadaannya. Dia perlu asupan energi untuk bertahan hidup.”“Dan saya tak mungkin terus-menerus memberikan darah padanya lewat infus. Dia harus makan dan minum,” lanjutnya.Memang, untuk sementara waktu Dokter Andreas memasang infus pada Rissa dengan isi darah. Hal itu cukup menopang hidup Rissa untuk sementara waktu.Wajah Daniela memucat.&ld
“Lama sekali!!”Angeline menggerutu sambil melihat ke arah jam tangannya. Di sebelahnya, Amelia dengan gugup terus melihat dirinya dan sekelilingnya sambil menggendong Ethan yang terus menangis.Angeline menggeram.“Tidak bisakah kau membuat dia berhenti menangis?” tanyanya dengan kesal.Amelia langsung terlihat gugup.“Sa ... saya tidak tahu apa yang membuat dia menangis!” katanya terbata-bata.Orang-orang mulai melihat ke arah mereka. Untung saat itu Angeline memilih untuk menggunakan kacamata hitam sehingga tidak ada yang tahu keanehan matanya.Angeline menggeram. Pastilah saat itu mereka terlihat seperti ibu dan baby sitternya yang sedang ribut di bandara! Dia sama sekali tidak ingin menarik perhatian saat itu. Tapi Ethan justru sudah menarik perhatian pada mereka sekarang! Betapa kesalnya Angeline saat itu!“Jangan terlalu menarik perhatian, Amelia!” serunya kembali,
“Ethan? Ethan?! Di mana kamu, Nak?”Rissa memanggil anaknya berulang kali. Dia merasa gelisah sekali. Dan entah kenapa, ketakutan. Dia ingat bahwa dia tak pernah setakut ini dalam hidupnya. Seolah kejadian buruk sedang terjadi pada dirinya, atau sedang akan terjadi.Siang itu Rissa bermimpi aneh sekali. Dia berada di sebuah ruangan kosong yang tidak dikenalnya. Ruangan itu seluruhnya berwarna putih bersih. Dia tidak menyukai ruangan itu. Ketika dia mengeluarkan suara, gaungnya langsung terdengar ke seluruh ruangan dengan volume dua kali lipat lebih keras. Ruang itu juga menguarkan aura yang meresahkan. Rissa pernah bermimpi seperti ini sebelumnya dan dia tidak menyukai mimpi itu. Mimpi itu selalu merupakan pertanda buruk baginya.Dia tidak tahu bagaimana dia bisa berada di ruangan itu. Seingatnya tadi sebelum tertidur dia masih berada di kamar, bersama Ethan yang sedang menyusu padanya. Satu-satunya yang ada di ruangan itu