“Cepat, Miss! Mumpung kondisi sedang kondusif!” seru lelaki itu pada Rissa lagi.
“Percayalah pada saya!”
Rissa menoleh memandang pada Melvin yang masih bertarung dengan orang-orang milik Mr. Johann.
“Rissa! Pergilah nanti saya akan menyusulmu!” serunya di tengah-tengah perkelahian.
Rissa mengangguk. Kata-kata Melvin meyakinkannya bahwa keputusan yang akan diambilnya tepat.
Dia lalu mengikuti lelaki itu turun ke lantai bawah. Mereka segera pergi keluar, ke arah udara segar yang berhembus di sekeliling mereka.
“Mari, kapal saya ada di sana!” seru si lelaki sambil menunjuk pelabuhan kecil yang ada di pulau itu.
Rissa mengangguk lalu mengikuti lelaki itu. Rasanya dia berpacu dengan waktu saat dia berlari menuju pelabuhan. Seolah dia harus segera pergi selagi ada kesempatan.
Mereka lalu melihat sebuah kapal feri kecil yang di atasnya ada orang yang sudah menunggu mereka.
“Ayo Pak!” seru si lelaki yang
“TIDAAAKKK!!!” jerit Rissa. Dia tak mempercayai pendengarannya. Apa yang barusan didengarnya? Mr. Johann menawan Melvin? Berarti Melvin tidak bisa meloloskan diri darinya?Tapi ... orang-orang Trevis ... bukankah mereka datang untuk membantunya? Atau ... atau mereka semua sudah tumbang dan terkalahkan? Tapi itu tidak mungkin! Bagaimana bisa Melvin sampai ditawan oleh lelaki itu?“JANGAN BILANG BEGITU!!!” jerit Rissa lagi. Dia tak bisa menahan ketakutan teramat sangat yang mulai terbentuk dari dalam benaknya. Dia tak bisa membayangkan Melvin disekap lelaki itu. Laki-laki yang bisa melakukan banyak hal yang tidak diduganya ...Melvin bisa celaka di tangan lelaki itu!Semua orang langsung kaget mendengar teriakannya.“Ada apa Miss? Ada apa?” tanya Daniela segera. Dia menandang Rissa dengan tatapan ketakutan. Jujur, jeritan Rissa tadi begitu mengerikan. Seolah ada kabar sangat buruk yang diterimanya.“Si
“Jangan sentuh Rissa!” seru Melvin dengan marah. Dia menggerakkan kursinya, ingin melepaskan dirinya tapi tak mampu. Dia hanya bisa menggoyangkan tubuhnya, tak lebih dari itu.“Atau aku akan ...” Dia tak meneruskan kata-katanya karena Mr. Johann segera memutusnya.“Akan apa?”“Apa yang bisa kau lakukan dalam keadaan terikat seperti itu hah?”“Menyelamatkan dirimu saja kau belum tentu bisa! Jika ya, maka kau tak akan ada di sini! Ha ha ha!” seru Mr. Johann dengan puas. Dia menatap Melvin dengan tatapan merendahkan. Mata hitamnya seolah mengebor mata Melvin. Melvin menelan ludah. Mata Mr. Johann benar-benar menyeramkan! Sudah berapa lama dia hidup, sampai matanya bisa menjadi hitam sepenuhnya seperti itu? Pastilah sudah ada beratus jiwa yang dia teguk darahnya! Bahkan mungkin ribuan!Tapi bukan itu yang menjadi fokus utamanya sekarang. Mr. Johann hendak mencari Rissa! Dan dia y
“Kau memang tak pernah peduli padanya!”“Coba beri tahu aku, apakah kau pernah mengatakan bahwa kau sayang padanya?”“Dia selalu jadi yang nomor dua bagimu!”Jeritan Claudia Wirawan bergaung ke sekeliling ruangan. Dia sedang berada di meja makan, dan tampak geram. Makanannya terlupakan. Pelayan di sekeliling mereka buru-buru pergi begitu nada suaranya mulai naik.“Aku sudah merasa sejak lama bahwa kau selalu menganakemaskan Aidan dan tidak begitu peduli pada Melvin dan Daniela!” serangnya lagi.“Sudah sejak mereka berdua kecil kau seperti itu!”“Ternyata dugaanku memang benar! Kau benar-benar keterlaluan kali ini!”Mr. Jona tertunduk, tidak berani membantah istrinya. Dia tahu dia salah, makanya dia tidak bisa membalas kata-kata istrinya. Dalam hati dia berusaha menahan diri untuk tidak mengeluarkan satu kata pun, karena takut akan semakin memancing k
“TIDAAAKKK!!! JANGAN DEKATI AKU!!!”Rissa menjerit lalu langsung jatuh ke pasir. Dia memandang Mr. Johann yang sedang berdiri di depannya dengan ngeri. Pria itu menyeringai memandangnya. Seolah dia gembira menemukan Rissa lagi.Rissa menoleh ke sekelilingnya. Mana Melvin? Apakah Mr. Johann berhasil melumpuhknnya?Tidaaak! seru Rissa dalam hati ketika memikirkan hal itu. Melvin tak mungkin mati di tangan Mr. Johann, tidak!!!“Kau pikir kau bisa pergi dariku?” tanya Mr. Johann dengan suara selicin ular.“Kau pikir kau bisa bersembunyi dariku?”Dia menggeram lalu menarik tangan Rissa dan menyeretnya di sepanjang pantai. Rissa mulai berontak dengan sekuat tenaga.“Lepaskan aku! Lepaskan!” serunya histeris.Mr. Johann menyentakkan tangannya dengan keras sampai-sampai Rissa merasa tangannya akan copot.“DIAM! Kau seharusnya menyerah saja!” serunya berang.
“Anda ...”Rissa tak sanggup berkata-kata. Melvin tersenyum kembali padanya.“Terima kasih,” katanya.“Anda sudah membalas perasaan saya. Apakah saya benar?”Rissa merasakan wajahnya memanas, jika saja dia adalah manusia. Tapi dia merasakan wajahnya terasa semakin dingin dan dia menunduk.Melvin memegang dagu Rissa dengan lembut, lalu mengangkat wajahnya. Rissa merasakan perasaan yang tidak dapat dijelaskannya. Senang, tentu saja. Bingung, tentu saja!Dia tidak tahu bahwa tanpa sadar dia sudah menaruh perasaan pada Melvin Wirawan. Sudah sejak kapan? Kembali dia tidak tahu.“Saya bahagia sekali, Miss Rissa,” kata Melvin dengan lembut.Dia lalu kembali mencium Rissa, dan Rissa merasakan perasaannya menjadi jelas sekarang. Dia jatuh cinta pada Melvin!Mungkin awalnya adalah tindakan baik cowok itu padanya saat memberikan sapu tangan waktu dia sedang menangis. Mungkin juga sete
“APA?”“KAU SERIUS?”“Maksud saya ... Anda serius? Anda sudah memastikan informasi itu?”Suara Mr. Jona menggelegar di dalam kantornya. Dia merasa jantungnya akan keluar dari dadanya.Miss Marissa mengangguk dalam diam. Ya, dialah yang membawa berita soal Mr. Johann pada bosnya itu. Dia selama ini memasang telinga di banyak tempat. Jadi tidak heran bahwa dia tahu informasi itu.“Mr. Johann benar-benar sudah meninggal? Melvin membunuhnya?” tanyanya sekali lagi.“Iya, Pak,” kata Miss Marissa dengan yakin.Mr. Jona terperangah lalu menepukkan tangannya dengan ekspresi sangat puas.“INI BERITA YANG SANGAT BAGUS!” serunya, merasa sangat gembira luar biasa.“Anda tahu apa artinya ini, Miss?” tanyanya pada Miss Marissa.Miss Marissa mengerutkan keningnya.“Bahwa dia tak akan kembali lagi dan berkuasa?” tan
“Baiklah. Sekarang kita pikirkan bagaimana membalas Huang Company,” kata Mr. Jona sambil menyeringai di dalam kantornya sendiri siang itu.Suasana di dalam kantornya hening, tak menjawab pertanyaan itu. Mr. Jona memandang kekosongan di depannya, masih merenungi apa yang harus dilakukannya sekarang.“Apa aku harus membalas mereka sekaligus? Atau pelan-pelan saja?”Ya, dia masih memikirkan bagaimana caranya membalas keluarga Huang. Sekarang karena Mr. Johann sudah tidak ada untuk membantunya lagi, dia butuh rencana baru untuk melaksanakan ambisinya. Dia harus bekerja sendiri sekarang. Dia tak punya atasan lagi untuk dimintai bantuan.Dia masih tidak bisa menerima bahwa Aidan akhirnya bersatu dengan Gianna. Dia belum mendengar kabar satupun soal anak pertamanya itu. Tapi dia yakin Aidan sekarang sedang bahagia bersama dengan Gianna dan dia sangat membenci fakta itu. Dia tak ingin Aidan bahagia dengan Gianna! Dia harus me
“Kamu serius, Sayang?”“Nggak lagi bercanda, kan?” tanya Aidan sekali lagi.Gianna menggeleng lalu tertawa kecil. Di tangannya ada test pack.“Mana mungkin aku bercanda soal itu?”“Aku positif hamil!”Aidan lalu tersenyum semringah. Dia bahagia sekali!Sudah dua bulan sejak pernikahannya dan kabar itu seolah menjadi angin kebahagiaan baginya. Dia dan Gianna akan memiliki anak!Aidan lalu memeluk Gianna dan memutar-mutar tubuh wanita yang dicintainya itu.“Aku bahagia sekali, Sayang! Aku juga sangat bersyukur!” serunya di tengah putaran.Gianna tertawa lagi.“Sayang, turunin aku dong! Pusing ini!”Aidan lalu menurunkan Gianna dengan segera. Gianna lalu buru-buru pergi ke wastafel dan muntah.“Astaga, maaf sayang aku lupa!” seru Aidan segera dan memegang punggung istrinya.“Kamu nggak apa-apa? Sara
It's a beautiful night, we're looking for something dumb to doHey baby, I think I wanna marry youIs it the look in your eyes or is it this dancing juice?Who cares, baby, I think I wanna marry youWell, I know this little chapel on the boulevard we can goNo one will know, oh, come on girlWho cares if we're trashed, got a pocket full of cash we can blowShots of patron and it's on, girlDon't say no, no, no, no, noJust say yeah, yeah, yeah, yeah, yeahAnd we'll go, go, go, go, goIf you're ready, like I'm readySuara band mulai berkumandang di pesta pernikahan antara Daniela dan Trevis. Lagu-lagu yang dimainkan mereka rupanya adalah semua lagu-lagu pilihan Daniela dan Trevis! Semua tamu sangat menikmati lagu-lagu itu. Bahkan beberapa bergoyang sambil tertawa-tawa. Suasana pesta yang sangat meriah!Di atas panggung tampak Daniela dan Trevis duduk menghadap pa
Tiga hari sebelumnyaRissa tampak tidak tenang. Dia sudah mendengar bahwa anaknya telah selamat. Bahwa salah satu pelayan Mr. Johann telah membawa bayinya kembali ke Indonesia, jauh dari Angeline Johann yang telah menculiknya. Pelayan itu membawa anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja. Ethan tidak kekurangan apa-apa satupun juga.Jika itu benar, maka itu adalah hal yang paling ditunggunya! Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya! Hatinya sangat sakit menahan kerinduan pada Ethan! Sudah berapa hari dan malam dilaluinya tanpa bersama Ethan ... Sudah berapa hari dilaluinya tanpa bisa mencium bayinya ... Dia sangat merindukan semua momen bersama bayinya!Maka siang itu ketika Mr. Jona kembali dari kantor, dia membawa pula Amelia yang sedang menggendong Ethan.“Rissa, Rissa! Lihat, ini Ethan!”Dia mendengar suara Mrs. Claudia memanggilnya. Dan hatinya langsung terasa terloncat dar
“Hai, Trevis!” Melvin memanggil sahabatnya yang baru keluar dari kantor ayahnya. Dia sendiri memang sedang berencana untuk menemui ayahnya saat dia bertemu Trevis. “Habis dari kantor ayah?” tanyanya. Dia melihat bahwa Trevis tampak habis melalukan pembicaraan yang cukup serius, dilihat dari raut wajahnya. Trevis mengangguk. “Yoi. Aku ke sini buat kasih abu si Angeline,” jelasnya. Melvin bersiul. “Ah! Ayah bilang kalo abunya bakal dilarung atau dibuang ke langit. Ide yang bagus,” katanya. Trevis mengangguk. Dia lalu bergidik membayangkan akan menemui abu Angeline yang jatuh dari langit. Dia bahkan tidak akan mau memegang abu Angeline. Itu seperti membayangkan dia masih ada, hanya saja dalam genggaman tangannya. “Semoga saja ayahmu tidak menyimpan abu itu. Hiiiy itu akan terlalu menakutkan.” Dia lalu memeluk dirinya sendiri, merasa ngeri. Melvin tergelak. “Bahkan dalam kematian pun dia masih bisa
CTASSS!!!Kapak itu berhasil mengenai leher Angeline! Melvin berhasil membunuh Angeline!Melvin memperhatikan dengan jantung seolah akan keluar dari dadanya ketika serangannya berhasil mengenai leher Angeline. Dan kali ini Angeline tidak berhasil lolos kembali dari serangannya!“Akhirnyaaa!!!” seru Trevis dengan lega. Dia lalu bangkit dari tubuh Angeline yang sudah tidak bergerak. Dia lalu terkapar di lantai, seperti kelelahan. Padahal yang letih adalah batinnya. Dia sudah muak bertarung tiada henti dengan Angeline yang sangat sulit untuk dikalahkan. Dia sudah sudah kesal dengan wanita itu yang tidak hentinya menyerang, berteriak, dan memaki.“Kau hebat, Melvin,” katanya.Melvin menggeleng, dia lalu ikut terduduk di sebelah Trevis.“Kita yang hebat,” katanya.“Dia bener-bener ... ampun deh nggak tahu lagi gimana ngomongnya,” kata Trevis sambil menggelengkan kepalanya. Dia membay
DUAKKK!!!“Aaaargh!!!” seru Melvin segera. Dia memegangi kedua kakinya dengan ekspresi sangat kesakitan. Angeline baru saja memukul area di antara dua kakinya tepat saat dia sedang mengayunkan kapak padanya. Kapak itu lalu terjatuh berkelontang di lantai.“HA HA HA!!!” seru Angeline puas. Dia menatap Melvin dengan pandangan yang membara.“KAU PIKIR KAU AKAN BISA MEMBUNUHKU?!”“Mimpi saja kau!!!”“Tak akan aku biarkan aku mati semudah itu!!!”Trevis segera menghampiri Melvin. Tapi sebelumnya dia menampar Angeline.PLAKKK!!!Tawa Angeline langsung berhenti. Dia menatap Trevis dengan pandangan marah bukan main.“DIAM KAU!!!” seru Trevis hilang kesabaran.Angeline menggerung.“BERANINYA KAU MENAMPARKU!”Trevis meledak marah. Dia sudah tidak sabar lagi dengan pertarungan yang seakan tidak ada habisnya ini
“Mr. Jona! Kami menemukan keberadaan Angeline Johann!” seru salah satu bawahan Mr. Jona.Ada dua orang yang sedang berdiri di hadapan Mr. Jona sekarang. Dua orang itu sedang memberikan laporan pada bos mereka itu.Mr. Jona langsung berdiri. Ekspresi wajahnya tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah?! Di mana?” tanyanya segera.“Di Volkshotel Amsterdam, Pak!” jawab bawahannya segera.“Kami tahu ini dari Frida Gustav! Dia adalah bawahan dari Mr. Johann dan Angeline Johann!” lanjut mereka dengan segera.Ya, sambil menunggu kepulangan Melvin dan Trevis, Mr. Jona telah mengutus para bawahannya untuk mencari keberadaan Angeline. Mereka akhirnya mendapatkan informasi dari Frida, yang memberi informasi kepada mereka dengan senang hati. Ya, Frida telah memutuskan untuk berkhianat dari Angeline! Dia sudah muak menuruti segala perintah dari Angeline.Dia selalu berkomunikasi secara
“Apa!?”“Anda bercanda kan, Dokter?” Mrs. Claudia langsung histeris. Dia segera memandang Rissa yang masih tertidur dengan nyenyaknya. Dia tidak tahu bahwa semua orang sedang membicarakannya.Dokter Andreas menggeleng. Dia memandang Mrs. Claudia, lalu memandang Rissa, dan balik memandang Mrs. Claudia sekali lagi.“Sayangnya saya tidak sedang bercanda dan tidak mungkin saya bercanda soal ini. Miss Rissa kemungkinan besar akan mati jika keadaan dia seperti ini terus. Energi hidupnya sudah habis. Dia tak mungkin bertahan jika seperti ini keadaannya. Dia perlu asupan energi untuk bertahan hidup.”“Dan saya tak mungkin terus-menerus memberikan darah padanya lewat infus. Dia harus makan dan minum,” lanjutnya.Memang, untuk sementara waktu Dokter Andreas memasang infus pada Rissa dengan isi darah. Hal itu cukup menopang hidup Rissa untuk sementara waktu.Wajah Daniela memucat.&ld
“Lama sekali!!”Angeline menggerutu sambil melihat ke arah jam tangannya. Di sebelahnya, Amelia dengan gugup terus melihat dirinya dan sekelilingnya sambil menggendong Ethan yang terus menangis.Angeline menggeram.“Tidak bisakah kau membuat dia berhenti menangis?” tanyanya dengan kesal.Amelia langsung terlihat gugup.“Sa ... saya tidak tahu apa yang membuat dia menangis!” katanya terbata-bata.Orang-orang mulai melihat ke arah mereka. Untung saat itu Angeline memilih untuk menggunakan kacamata hitam sehingga tidak ada yang tahu keanehan matanya.Angeline menggeram. Pastilah saat itu mereka terlihat seperti ibu dan baby sitternya yang sedang ribut di bandara! Dia sama sekali tidak ingin menarik perhatian saat itu. Tapi Ethan justru sudah menarik perhatian pada mereka sekarang! Betapa kesalnya Angeline saat itu!“Jangan terlalu menarik perhatian, Amelia!” serunya kembali,
“Ethan? Ethan?! Di mana kamu, Nak?”Rissa memanggil anaknya berulang kali. Dia merasa gelisah sekali. Dan entah kenapa, ketakutan. Dia ingat bahwa dia tak pernah setakut ini dalam hidupnya. Seolah kejadian buruk sedang terjadi pada dirinya, atau sedang akan terjadi.Siang itu Rissa bermimpi aneh sekali. Dia berada di sebuah ruangan kosong yang tidak dikenalnya. Ruangan itu seluruhnya berwarna putih bersih. Dia tidak menyukai ruangan itu. Ketika dia mengeluarkan suara, gaungnya langsung terdengar ke seluruh ruangan dengan volume dua kali lipat lebih keras. Ruang itu juga menguarkan aura yang meresahkan. Rissa pernah bermimpi seperti ini sebelumnya dan dia tidak menyukai mimpi itu. Mimpi itu selalu merupakan pertanda buruk baginya.Dia tidak tahu bagaimana dia bisa berada di ruangan itu. Seingatnya tadi sebelum tertidur dia masih berada di kamar, bersama Ethan yang sedang menyusu padanya. Satu-satunya yang ada di ruangan itu