"Ku mohon, lepaskan aku. Aku janji, tak akan menuntut kalian ..." Zetha berpaling menoleh pada Felix, "Dia rupanya berpikir ingin menuntut kita, Fells. Bagaimana menurutmu? Kita lepaskan aja ya, aku takut ..." Felix menggetarkan tawa terbahak, menaikkan alis dan memajukan bagian atas tubuhnya perlahan ke arah Zetha, "Sejak kapan kau berubah jadi penakut, Sis?"Zetha tergelak merdu, bangkit dari duduknya di sudut meja depan Arkada, "Tolong perintahkan anak buahmu melindungiku, oke?"Felix semakin tergelak melihat ekspresi saudarinya yang mencibir pura-pura ketakutan akan ancaman Arkada yang menyiratkan pria itu memiliki kekuatan menuntut keluarga Salvatore.Memang tidak ada obatnya bagi manusia bodoh yang pongah! Arkada tidak tahu lawannya adalah keluarga mafia Salvatore yang selalu kompak satu sama lain dan memiliki kekuatan organisasi sangat solid. Zetha mengeluarkan jarum suntikan dari kantung pakaiannya. Melihat hal itu, Arkada kembali menggelengkan kepala kuat-kuat, membuat kedu
Freyaa berpura-pura masih mengajak anak ularnya bermain di ruang tengah rumah hutan, namun sudut matanya memperhatikan Zeze yang melangkahkan kaki memasuki kamar tidur. Freyaa memindai Veronica sedang membuat minuman hangat di pantry dan Artur memeriksa mesin pemanas ruangan berfungsi dengan baik. Dengan gerak cepat, Freyaa pergi ke kamar Artur, melihat Dominic yang sudah pulas. Kemudian mengeluarkan ponsel sepupunya itu dari dalam kantung celana, mengetik nama Luca Salvatore untuk mengirimkan pesan. [Zee sakit, keracunan][Dominic tertular Zee dan hampir tewas][Kami di rumah hutan Papa Jona]Setelah memastikan pesannya terkirim ke ponsel Luca, Freyaa menghapus kembali jejak pesannya di ponsel Dominic, meletakkannya di atas nakas sebelum pergi kembali ke ruang tengah untuk bermain dengan anak ularnya. Tak ada yang menduga jika Freyaa akan mengkhianati Zeze dengan memberitahukan lokasi mereka pada Luca. "Young Lady, mari istirahat di kamar." Veronica mengajak Freyaa ke kamar, di t
Zeze kembali pergi menyelinap keluar lagi waktu tengah malam tiba dimana Veronica dan Freyaa telah pulas terlelap. "Halo, Grey!" sapa Zeze pada serigala besar berbulu abu-abu yang ia dan Freyaa beri nama 'Grey', telah menunggunya di dalam hutan. "Mari kita berburu!" ajak Zeze seraya meloncat dan berlari cepat di atas salju tebal yang tetap kaki gadis muda itu tidak tenggelam terperosok. Zeze terus berkeliling memindai dengan mata birunya yang seperti bercahaya di dalam gelap hutan, memeriksa tanah properti keluarga Johnson tersebut yang sering didatangi para pemburu liar dan dirinya juga sedang memiliki hasrat liar ingin membunuh."Hari ini tidak ada pemburu, kalau gitu aku mau ke danau aja." Zeze bergumam melangkahkan kakinya ke arah danau kecil jauh di tengah hutan gelap sebelum nanti memakan bunga anggrek beracun di bagian lain dalam hutan. Danau tengah hutan di properti keluarga Johnson tidak pernah membeku meskipun pada suhu minus sekalipun. Namun airnya sangatlah dingin. Seri
Luciano membopong Zeze, membawanya ke kamar. Masih dinihari dan mereka berdua bisa mati kedinginan karena pakaian Luciano juga telah ikut basah dari memeluk Zeze.Setidaknya Luciano yang kedinginan, Zeze tetap merasakan darahnya sangat panas membara dalam tubuhnya."Ganti pakaianmu, lalu kita berdoa pagi bersama." bisik Luciano seraya memberikan kecupan ke pipi Zeze yang mengangguk cepat.Zeze mengambil pakaian kering untuk ia bawa masuk ke dalam kamar mandi, tapi baru saja gadis muda itu melepaskan pakaian bagian atasnya yang melekat ketat, sebuah lengan besar berbulu maskuln melingkari pinggangnya dari belakang."Paman ..." tenggorokan Zeze tercekat memanggil Luca yang merundukkan wajah ke pundaknya dan semakin mengeratkan lengan memeluk."Kau akan sembuh! Dengarkan paman, oke? Kau pasti sembuh!" bisik Luca seraya memutar tubuh Zeze yang segera ia sambar handuk kering untuk menutupi bagian depan tubuh keponakannya tersebut
Sudah sepekan Jonathan membawa Zeze dan semuanya pindah ke rumah tua Johnson. Selama itu, Zeze tidak lagi pergi keluar di tengah malam, namun Luca akan selalu menemani keponakannya bermain di dalam hutan. "Apakah tubuhmu masih panas? Kita sudah hampir satu jam di sni." Luca memanggil Zeze yang asyik berenang hilir mudik di dalam danau, sementara Luca harus memakai pakaian hangat berlapis-lapis. Zeze segera menepi ke dekat Luca, "Ada yang datang kemari." ucapnya seraya menatap lekat ke netra paman tampannya. "Jangan kuatir dan tak perlu takut. Semuanya akan baik-baik aja." Beberapa hari lalu kediaman Jonathan didatangi beberapa orang polisi, menyelidiki kematian warga desa tetangga yang tewas dengan jantung hilang, namun Artur berhasil membuat kesaksian jika Jonathan sekeluarga baru saja tiba di kediaman setelah kejadian orang tewas tersebut. Luca segera merentangkan jubah handuk untuk menangkap Zeze yang baru keluar dari danau ketika dua orang anggota polisi datang menghampiri mer
Sepekan sudah berlalu sejak otot panggul Felix dijahit ulang oleh Simon dan berkat obat yang ditinggalkan oleh Zetha, jahitan otot panggul Felix cepat mengering pulih.Felix sudah bangun pagi-pagi, lari marathon di pantai, lalu sarapan, memeriksa pekerjaan di ruangan kerjanya dan menjelang sore melatih otot di ruangan gym. "Beberapa pria datang lagi ke depan gerbang kediaman," Knox datang ke dalam ruangan gym, melaporkan pada Felix mengenai beberapa pria mencurigakan tertangkap kamera cctv mendatangi depan kediaman. Belum sempat Felix menjawab, ponsel yang tidak jauh dari tempat Felix dan Knox berada, berdering sangat nyaring. "Kau tidak datang ke Somalia, dimana kau berada?" Felix langsung bertanya pada penelponnya yang tak lain adalah Lorenza. "Mereka menjebakku untuk menangkap Anda." Felix turun dari treadmill, meraih handuk untuk mengelap keringat, kemudian melangkahkan kakinya keluar ruangan gym diikuti oleh Knox di belakang.Felix menaiki tangga menuju lorong kamar dan masuk
Lorenza yang berdiri memperhatikan Edward dan Felix dari luar kerangkeng, langsung bergerak cepat mengeluarkan pistol di sisi pahanya, menembaki anak buah Edward Suter, meski tembakannya meleset, tidak membunuh satu orangpun.Lorenza memang diam-diam baru-baru ini saja latihan menembak agar ia bisa menjadi mata-mata andalan Felix. Pistol yang Lorenza gunakan juga ia beli tanpa mengerti spesifikasinya dari seseorang di pasar gelap Amalfi. Namun gadis itu sangatlah amatir memegang senjata.Lorenza berhasil membuat perut pengawal Edward dalam kerangkeng mengucurkan darah, segera gadis itu meraih gantungan kunci dalam genggaman tangan sang pengawal, namun Edward menjegal kaki Lorenza yang bersepatu tumit tinggi hingga gadis itu terjatuh terduduk lalu terjerembab pada lantai dan gantungan kunci di sebelah tangannya terlempar jauh darinya dan Felix.Lorenza bangkit, mengarahkan pistolnya ke arah Edward yang hendak meraih gantungan kunci.Cklek ...ceklek!Peluru dalam pistol Lorenza sudah hab
Zeze sedang duduk santai di ruang keluarga, berbincang dengan Jonathan dan Freyaa sehabis makan malam, ketika gadis itu tiba-tiba berdiri gelisah, menatap nanar ke sekeliling dimana netranya berubah menjadi biru gelap pekat.Sebagai The Queen, induk dari turunan racun dalam tubuh Zeze, yang sekarang para inang turunan racunnya sedang panik terancam tewas, ternyata perasaan mereka terhubung pada Zeze. "Kendalikan dirimu, Young Lady." Jonathan bangkit berdiri, langsung merengkuh Zeze ke dalam pelukan besarnya saat merasakan kegelisahan cucunya tersebut. "Papa, aku mau mati ..." "Tarik napas, Sayang. Gunakan pernapasan perutmu ...Papa di sini, tak akan membiarkanmu mati." Zeze menggelengkan kepalanya gelisah dan Jonathan menangkup wajah lembut cucunya tersebut untuk ia tatap lekat-lekat."Zee, Young Lady ...Sayangnya Papa, Sayangnya Didi, Sayangnya Freyaa dan Sayangnya keluarga Salvatore, lihat Papa, Sayang ...""Dengankan Papa, tarik napasmu, gunakan pernapasan perut." Jonathan berka
Melihat Zeze membawa Freyaa di punggungnya, turun ke ruang tengah keluarga, semuanya langsung bernapas lega. Felix langsung menghampiri Zeze, meraih Freyaa yang tertawa ceria di punggung keponakannya itu, lalu menatap Zeze, "Kau baik-baik aja?"Zeze mengangguk cepat, "Uhm, aku baik-baik aja. Maaf, tadi perutku mulas jadi langsung pergi ke kamar."Felix tersenyum tipis, membelai pipi Zeze yang kemerahan ranum sehabis berendam, "Kau bohong pun, paman akan tetap percaya. Yang penting kau baik-baik aja, itu sudah cukup." Zeze berusaha menahan dirinya untuk tidak gugup, memindai sekelilingnya, memandang Zetha yang mengunci tatapan padanya, tetapi sebelum Zeze meghampiri Mumma cantknya, Luca sudah melangkah lebar langsung memeluknya. "Kemana kau pergi? Apakah kau sudah mengucapkan kata perpisahan dengan Knox?" bisik Luca sangat pelan di telinga Zeze yang ia dekap erat, tak bisa melepaskan diri. "Uhm. Aku bertemu dengannya di depan tadi." Zeze tahu tidak ada gunanya berbohong pada pamann
Setelah punggung Knox semakin menjauh tanpa satu kalipun menoleh ke belakang, Zeze segera pergi naik ke kamarnya dengan memanjat balkon dan mencongkel jendela. Kemudian mandi berendam air hangat di jacuzzi dengan sabun berbusa banyak juga sangat wangi. "Kau baik-baik aja? Boleh aku masuk?" Freyaa baru saja membuka pintu kamar mandi, bertanya pada Zeze yang menidurkan kepalanya pada tepian jacuzzi. "Kemarilah, temani aku berendam." Gegas Freyaa melucuti pakaiannya lalu masuk ke dalam jacuzzi dengan wajah riang memandang Zeze. "Paman Felix dan Paman Luca mengkuatirkanmu yang tiba-tiba menghilang. Mumma dan Didi juga ..." Zeze merengkuh pundak Freyaa, mengguyurnya dengan air berbusa sabun kemudian memijatnya pelan. "Tubuhku pegal, nanti gantian pijat aku, mau?" Zeze mengalihkan pembicaraan dan fokus Freyaa yang langsung mengangguk dan tertawa lebar tanpa suara. "Aku tidak pegal, berbaliklah, akan ku pijat punggungmu." Zeze memberikan kecupan cepat ke puncak bibir Freyaa, lalu seg
Tidak jauh dari posisi Zetha, Michele berdiri berpegangan pada teralis jendela, terus memperhatikan 'pertunjukan' tarian tongkat kayu Luca dan Zeze. "Kakimu bisa cepat pegal, duduklah." Megan membawakan kursi untuk Michele duduk. "Megan ..." Michele mendudukkan dirinya hati-hati pada kursi dan lengannya dipegangi Megan. "Kau bilang mereka tidak mau menerima hadiah dari Luca ...apakah ada diantara mereka yang memiliki golongan darah cocok dengan Zee?" tanya Michele tanpa memalingkan wajahnya dari Luca dan Zeze di halaman yang sengaja memprovokasi Arkada agar semakin menggigil ketakutan. “Untuk donor organ, tidak bisa hanya dari golongan darah yang cocok, Kakak Ipar. Tapi harus memperhatikan hal lainnya dan memastikannya cocok dengan Zee. Simon dan Sister Zetha sangat paham hal ini, saya kurang mengerti.” “Dunia Luca akan gelap dan ia bisa kehilangan dirinya jika terjadi sesuatu pada Zee. Kau dan aku tak akan bisa membantunya keluar dari kegelapan itu.” ucap Michele sangat pelan. M
Cuaca sedang cerah, salju turun sedikit seperti bunga dandelion yang berterbangan. Siapapun yang melihat salju seperti ini akan merasa hangat, penuh cinta dan harapan layaknya bunga dandelion yang sering dijadikan simbol untuk keinginan, harapan, dan impian.Bibir Zeze merekahkan senyuman lebar, meloncat berputar-putar di udara dengan tongkat kayu pada tangan berlawanan dengan Luca yang bersemangat ingin tahu kemampuan beladiri keponakannya sudah sejauh mana berkembang. "Paman ...aku melihat adegan ini di mimpiku!" Zeze berseru, baru saja memukul batang pohon ke arah Luca dan paman tampannya itu dibasahi bunga-bunga salju lebih banyak dari ranting pohon. "Apa yang kau lihat?" Luca bertanya mengejar Zeze. Zeze turun untuk mencari pijakan kakinya yang mendarat pada bahu Arkada, mengaitkan ujung jemari kaki telanjangnya ke tengkuk Arkada, kemudian menurunkan kepala ke tanah dan mendarat dengan kedua tangan. Luca bergegas menghampiri Zeze, menarik cepat pinggang keponakannya. Ia kuatir
Denyut kehidupan yang ceria dan riang menyemarakkan kediaman Johnson. Setiap wajah semua orang memperlihatkan senyum bahagia sejak Zeze siuman. Hanya Zetha, Luciano, Simon dan Jonathan yang berusaha menyembunyikan kekuatiran di dalam diri mereka. Zeze siuman, tetapi organ vital dalam tubuhnya entah sampai kapan kuat bertahan. Waktu mereka untuk mendapatkan pendonor semakin kritis. Empat orang pria yang sebelumnya hampir sekarat mengantarkan tanaman guna diekstrak menjadi ramuan anti racun untuk Zeze, sudah mulai membaik, namun masih membutuhkan perawatan dari team medis. Luca mengumumkan, "Walaupun kalian terlambat, tapi berhasil menyelamatkan hidup keponakanku. Hadiah tetap diberikan, lalu Megan akan memberikan kunci rumah dan mentransfer dana, termasuk biaya transportasi kalian sampai datang kemari." "Terima kasih, Bos." pria yang memimpin dan melapor saat baru tiba, menjawab perkataan Luca. Pria itu menoleh pada rekan-rekannya yang terbaring di sebelah, lalu memandang Luca kem
"Ehmm ...Ahh!" Freyaa bergumam dengan wajah puas dan kelopak matanya yang terpejam tiba-tiba terbuka terbeliak kaget."Untung pakai pampers, kikikik ...!" gadis kecil itu terkikik geli tanpa sadar, beringsut naik lalu mengangkat wajahnya tepat berada di depan wajah Zeze."Zee, aku baru saja mengompol." bisik Freyaa seraya memperhatikan wajah, kelopak mata, serta permukaan kulit saudarinya yang mulus dan bersih.Tiba-tiba sesuatu menjalar ke sela paha Freyaa, sebuah tangan."Zeeeee ...!" Freyaa terpekik terkejut tetapi ia semakin naik menduduki perut Zeze, tak peduli pampersnya yang sudah penuh berisi air seni.Freyaa menelungkup, membuka paksa kelopak mata Zeze yang tertutup dan ia semakin berteriak histeris juga tertawa tergelak bersamaan, melihat bola mata biru saudarinya bergerak-gerak."Zeeee!! Zeze-ku sudah bangun! Hak hak hak ..." Freyaa tertawa gembira hingga tubuh montoknya berguncang-guncang di atas per
Kepala Felix menggeleng tegas, "Aku mencintaimu Nicca. Aku sungguh jatuh cinta padamu."Felix meraih ujung jemari Veronica dan menggenggamnya sedikit kuat agar tidak bisa ditarik oleh istrinya, "Mungkin terdengar konyol bagimu, tapi aku benar-benar jatuh cinta sejak pertama kali melihatmu turun dari lantai atas restoran waktu itu.""Aku pikir hal itu adalah dendam tetapi jantungku berdebar hangat. Aku berusaha meyakinkan diriku untuk tidak terjatuh mencintai mangsaku ...ya, saat itu dirimu bagiku adalah mangsa, target dan orang yang ingin ku bunuh karena sudah membuatku kehilangan Ibuku ..."Felix mendesah, membuang napasnya ke samping, lalu menatap netra Veronica kembali yang tetap menunggu mendengarkan dengan wajah datar, tetapi sebenarnya sudut bibirnya tersenyum masam."Aku hanya mencari pembenaran atas rasa sakit dan kehilanganku. Tapi juga bukan kebetulan dirmu dilindungi oleh Ibuku ketika kejadian tragedi itu." Felix kembali
Zetha melepaskan kateter urin juga tidak lagi memberikan infus ke Zeze setelah diberikan serum dari ekstrak tanaman. Ia dan Simon perlu mengamati keadaan Zeze. Semua orang sudah kembali ke kamar, tersisa Simon, Jonathan dan Freyaa serta anak serigala dan Blacky-serigala hitam dalam ruangan. Jonathan mendesak Luciano agar membawa Zetha istirahat, karena putrinya itu benar-benar terlihat sangat lelah. Beberapa puluh menit lalu, ketika Zeze baru saja diberikan serum, anak serigala yang ditempatkan pada teras samping kediaman, tiba-tiba menggaruk pintu kamar Zeze. "Ibumu akan baik-baik aja." Freyaa membelai puncak kepala anak serigala yang seperti anak anjing, berputar-putar di lantai, tidak sabar ingin melompat naik ke atas tubuh Zeze di atas ranjang. Blacky terlihat sangat tenang, menelungkup diam di dekat pintu, matanya terus menatap ke arah ranjang, tempat Zeze berbaring. Jonathan tidak tahan melihat dua serigala itu yang bahkan terlihat sangat sedih dan baru kali ini pula beran
Zetha menyerahkan Freyaa yang pulas tertidur di gendongannya ke Luciano. Mereka berdua tersenyum tanpa daya, bagaimanapun mereka berdua sangat tahu jika Freyaa tidak bisa tidur istirahat dengan baik sejak Zeze 'terlelap'.Setelah mengakui kesalahannya, merasakan perhatian dan kasih sayang Zetha tidak berubah, perasaan bersalah dalam diri Freyaa perlahan terangkat dan hal ini membuat mental psikologisnya nyaman lalu secara otomatis tubuhnya rileks sehingga tertidur pulas.Sisi psikologis inilah yang dipikirkan Zetha sebagai dokter juga ibu. Jika ia menunjukkan sikap kecewanya pada Freyaa, bukan hanya Freyaa yang akan terluka, sedih dan menderita. Tetapi ia, Luciano juga Simon serta keluarga besarnya akan turut merasakan kesedihan yang mendalam.Karena mereka semua menyayangi dan mencintai Freyaa sama seperti perasaan mereka terhadap Zeze.Membesarkan anak bukan hanya memenuhi urusan sandang, pangan dan papannya saja, tetapi juga memenuhi