Share

Istri Kedua

Author: Umia Mia
last update Last Updated: 2022-08-19 19:59:40

Hari ini Asya kembali di tinggal sendirian. Tiba-tiba saja suaminya pergi, pria itu bilang jika ada kepentingan mendesak yang harus ia kerjakan.

Dengan tergesa Qianno berlari keluar rumah, membawa ambilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Melihat berapa panik pria itu, Asya menghela nafas lelah. Entah mengapa perasannya mengatakan bahwa ini ada hubungannya dengan foto yang kemarin ia dapatkan entah dari siapa.

"Apa kamu pergi menemuinya? Jika aku membunuh dia apa aku salah? Kamu yang bilang kan, jika aku berselingkuh maka kamu akan membunuh selingkuhanku. Berarti itu juga berlaku untukku, kan?"

Raut wajah sedih Asya berganti dengan ekspresi datar, matanya menatap lekat ke arah depan namun tanpa tujuan.

Sudah 1 bulan dari jadwalnya ia terakhir datang bulan, biasanya ia tepat waktu tapi ini sampai tanggal 20 ia belum juga mendapatkan tamu bulanannya. Biasanya tangan 16 sudah datang. Ingin mencoba memakai tes kehamilan namun ia takut kecewa lagi. Karena jika testpack menunjukkan hasil negatif, moodnya akan turun drastis dan berdampak pada kesehatannya.

Sudah hampir 8 jam Qianno pergi, namun tidak ada tanda-tanda bahwa pria itu akan segera kembali. Sedari tadi ia menyibukkan dirinya saat merasakan firasat yang kurang enak di hatinya.

Sedangkan di tempat lain, Qianno sedang sibuk berdebat dengan Nancy, kekasih gelapnya. Wanita itu menuntut Qianno untuk menikahi dirinya secara resmi di mata hukum.

Nancy mengancam Qianno, jika pria itu tidak mau membawanya untuk tinggal bersama Asya, maka ia akan nekat mengakhiri hidupnya. Hal itu membuat Qianno kalut, karena Nancy kini tengah mengandung buah hatinya.

Tetapi jika ia menuruti kemauan wanita itu, maka ia tidak akan sanggup membayangkan bagaimana reaksi Asya nantinya. Pria yang sangat dia percayai ternyata mengkhianati perasaannya.

"Qianno, aku serius! Kalau besok kamu tidak membawaku tinggal bersamamu, aku akan mengakhiri hidupku. Biarkan saja anak ini mati bersamaku!" teriak Nancy.

Qianno terus mencoba untuk menenangkan Nancy, namun sia-sia saja. Wanita itu akan terus memaksa jika Qianno belum menyetujui permintaannya.

"Tenang Sayang, kamu yakin ingin tinggal bersama Asya?" tanya Qian pelan.

Wanita itu mengangguk, dengan air mata yang masih mengalir deras di pipinya.

Qian tidak bisa kehilangan bayinya, ia terpaksa menyetujui permintaan Nancy dan mengorbankan perasaan Asya.

"Baiklah, besok kita ke rumah. Kita akan tinggal bertiga bersama dengan Asya."

Nancy memeluk suami sirinya, wanita itu tersenyum miring karena merasa menang bisa meluluhkan hati Qianno.

***

Asya tampak gelisah, perasaannya tidak enak. Semenjak sang suami pergi dua hari yang lalu, pria itu tidak memberi kabar sama sekali. Tubuhnya yang memang sedari awal memang sudah kurang fit, sekarang bertambah parah karena terlalu ke pikiran dengan keadaan Qianno.

Kemarin sang suami berjanji akan mengantarnya ke dokter hari ini, namun karena pria itu belum datang, Asya memilih untuk berangkat sendiri.

Setelah lama menunggu antrean, wanita itu masuk ke ruangan dokter. Namun dokter umum di sana menyarankan Asya untuk mengunjungi dokter kandungan karena saat ditanya perihal datang bulan wanita itu mengaku telat lebih dari 1 minggu.

Wanita itu pulang ke rumah dengan senyum bahagia yang terpatri di bibirnya, hari ini akan menjadi hari terbahagia di hidup Asya. Setelah melakukan berbagai pemeriksaan, ia dinyatakan hamil oleh Dokter Obgyn yang tadi memeriksanya.

Asya masih menenteng satu buah alat tes kehamilan yang menunjukkan dua garis merah di sana, juga satu lembar foto USG di dalam amplop putih yang dia bawa.

"Qian Ge, selamat untuk kita berdua. Sebentar lagi kita akan menjadi orang tua untuk anak kita," ucap wanita itu di dalam hatinya.

Sesampainya di rumah, wanita itu sibuk membuat rancangan untuk menyambut kepulangan sang suami. Pasalnya pria itu mengirimkan sebuah pesan bahwa ia akan pulang malam nanti.

Dekorasi sederhana namun terlihat sekali aura kebahagiaan di sana, ia menyiapkan sebuah banner kain dengan tulisan "Selamat Datang Papa, Baby Akan Segera Hadir."

Wanita itu terus tersenyum menatap banner, makanan ringan, dan juga dekorasi balon dan bunga yang sudah selesai ia rancang. Ia sudah membayangkan bagaimana bahagianya raut wajah Qianno nanti.

Setelah ini ia tidak akan mengkhawatirkan jika suaminya akan bermain belakang darinya, karena sekarang anak yang mereka idam-idamkan akan segera hadir di tengah harmonisnya keluarga mereka.

Asya sampai tertidur di sofa karena kelelahan, namun beberapa saat kemudian suara pintu terbuka membuatnya membuka mata kembali.

Tiga pasang netra saling melihat dengan tatapan yang berbeda-beda, Asya yang tampak terkejut karena Qian pulang membawa wanita hamil dan juga tangan mereka saling bertautan. Sedangkan Qianno sendiri terkejut melihat banner sambutan dari sang istri, pikirnya dari mana sang istri tahu jika dirinya akan pulang bersama dengan istri keduanya yang tengah hamil saat ini.

Mata Asya sudah mulai berair, firasatnya mengatakan akan ada suatu hal buruk yang akan terjadi sebentar lagi.

"Ge, dia siapa?" tanya Asya dengan suara yang teramat lirih. Kakinya terasa lemas tanpa sebab yang pasti.

Qianno menoleh ke arah Nancy, membuat wanita itu langsung menyahut dengan lantang. "Aku istri Qianno."

Air mata Asya langsung turun begitu saja saat mendengar pengakuan dari wanita yang berada di sebelah suaminya. "Jangan main-main kamu, aku sedang tidak ingin menerima tamu. Aku ingin merayakan kehamilanku bersama dengan suamiku!"

"Qianno, beri tahu istrimu. Katakan jika aku benar-benar istrimu dan juga sedang mengandung anakmu."

Qianno masih terdiam kaku, ia bingung dengan apa yang dikatakan oleh Asya tentang wanita itu yang ingin merayakan kehamilannya bersama dengan dirinya. Lalu siapa yang sedang hamil? Apa Asya tengah mengandung? Asya mengandung buah hatinya setelah sekian lama menunggu.

"Asya, kamu mengandung? Kamu hamil Sayang?" tanya Qianno antusias.

Asya mengangguk namun tatapan mata tajamnya mengarah ke arah Nancy. "Aku hamil, dan tolong usir wanita itu dari sini. Aku sudah menyiapkan sambutan kecil ini untuk merayakan kehamilanku. Tolong Qian Ge suruh wanita itu untuk pulang!"

Qianno diam, ia tidak tahu harus menuruti Nancy atau Asya. Kedua wanita itu tengah mengandung buah hatinya. "Asya.... Maafkan Gege, mulai saat ini Nancy akan tinggal bersama dengan kita berdua. Dia, dia .... istri kedua Gege."

Mendengar penuturan suaminya, rahang Asya mengeras. Dengan gerakan kilat wanita itu berlari ke arah Nancy lalu menerjang perut wanita itu. Asya menampar wajah Nancy sekuat tenaganya hingga sudut bibir wanita itu berdarah.

Tidak mau kalah, Nancy juga melakukan hal yang sama pada Asya. Wanita itu menampar wajah lawannya dengan brutal. Qian tidak tahan, pria itu mendekat untuk melerainya, namun matanya melihat ke arah Asya yang bersiap melayangkan kepalan tangannya ke arah Nancy.

"Asya!"

Bugh!

Related chapters

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Markas Father Jay

    "Arggghhhh ...." Erangan penuh pesakitan keluar dari mulut Asya, saat sang suami tidak sengaja menendang perut wanita itu untuk menghalangi tujuan Asya yang ingin melayangkan pukulan ke arah perut Nancy."Aarrggh! Sakit!" Teriakan Asya menyadarkan Qianno yang masih berdiam kaku memeluk tubuh Nancy, istri keduanya."Asya!" teriak Qianno setelah menyadari jika sang istri tengah tersungkur karena terkena tendangan kaki tepat diperutnya.Pria itu segera berlari ingin menghampiri Asya, namun wanita itu menolaknya dengan keras."Jangan menyentuhku! Kalau sampai terjadi sesuatu dengan anakku. Aku, tidak akan segan untuk membunuh anak yang dikandung wanita sialan itu sebagai balasannya!""Tidak Sayang, aku tidak sengaja. Maafkan aku, ayo kita ke rumah sakit!" bujuk Qianno.Wanita itu menggeleng pelan sembari meringis kesakitan. "Pilih dulu salah satu, aku atau wanita itu yang akan tetap tinggal di rumah ini. Pilih Ge!"Qianno terdiam, ia bingung harus bagaimana. Pria itu sama sekali tidak b

    Last Updated : 2022-08-19
  • Jerat Cinta Sang Mafia   Pendarahan Hebat

    Asya membuka mata perlahan, kepalanya terasa sangat pening karena terlalu lama tertidur dan juga perutnya yang kosong belum terisi apa pun semenjak ia meninggalkan rumah. Wanita itu menatap sekeliling, netranya menatap asing pada barang-barang yang ada di sana. Ini tentu saja bukan tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya, kan?Asya ingin beranjak dari ranjang besar mewah yang sedang ia tiduri, namun wanita itu langsung mengernyit, mencengkeram perutnya yang terasa sangat nyeri. Dengan pakaian dan bekas-bekas darah yang masih sama dengan keadaannya saat kabur dari rumah sang suami."Ahh, ssshh, sakit!" keluhnya lirih. Asya memilih untuk berbaring miring, meraih segelas air putih pada nakas yang tepat berada di sampingnya.Cklek ....Suara pintu terbuka. Namun, Asya enggan untuk melihat siapa yang datang. Karena, jujur saja ia merasa sangat takut saat ini. Ia tengah berada di tempat asing yang sama sekali tidak pernah ia lihat."Aku tahu, kamu sudah bangun. Hadap kemari!" titah pria y

    Last Updated : 2022-09-02
  • Jerat Cinta Sang Mafia   Pesona Pria Bertopeng

    "Father, sepertinya kita salah orang. Dia hanya wanita hamil yang mungkin saja kebetulan satu kereta dengan kita kemarin...," ucap Theo. Pria itu menguping pembicaraan dokter dengan pembantu tua yang sudah puluhan tahun bekerja di mansion mewah milik Jay.Father Jay tampak terkejut tentu saja. Walaupun dia pria yang angkuh, tetapi tetap saja jika dirinya salah maka harus mengakuinya."Bayinya bagaimana?"Theo menggeleng, menandakan bahwa janinnya tidak bisa diselamatkan. "Bayinya memang sudah meninggal, mungkin saat dia ada di kereta, wanita itu sudah mengalami keguguran."Jay terdiam, pria itu menunggu dokter keluar. Setelah itu dia akan melihat keadaan Asya."Panggilkan Winny." Theo langsung mengangguk dan segera pergi. Ia paham betul jika father Jay tidak bisa menunggu lama atau dia akan murka."Winny..., Manis..., kamu di mana?" goda Theo. Pria berambut silver itu memang paling hoby membuat Winny naik darah. "To the point, aku tidak ada waktu buat meladeni omong kosongnya!" sungu

    Last Updated : 2022-09-02
  • Jerat Cinta Sang Mafia   Aku Kelaparan, Jayden!

    Sudah hampir sepuluh hari Asya berada di markas mewah milik father Jay. Wanita itu bahkan belum diberikan pekerjaan yang pasti. Hanya saja ia mendapatkan tugas untuk memberikan makan hewan peliharaan milik Jayden.Seekor beruang coklat besar yang mungkin bisa saja menyantap Asya jika hewan itu kelaparan.Hari pertama melaksanakan tugas itu, Asya hampir pingsan andai saja Jerold tidak segera menenangkan sang beruang yang mengamuk karena masih asing dengan wajah Asya.Seekor beruang cokelat besar yang Jayden beri nama Kaison."Kaison sepertinya sudah mulai terbiasa dengan kehadiranmu. Dia suka wanita-wanita cantik asal kamu tahu," ucap Jerold yang tiba-tiba sudah berada di belakang tubuh Asya.Asya berbalik badan menghadap ke arah Jerold. "Mana ada hewan seperti itu?""Ada, Kaison."Asya tertawa renyah mendengar candaan Jerold. Sungguh, pria ini sangat berbeda dengan kakaknya yang kaku dan jarang tersenyum. Seakan dunia kiamat jika ia mengeluarkan sedikit saja tawanya."Kamu betah di si

    Last Updated : 2022-09-02
  • Jerat Cinta Sang Mafia   Malaikat Kematian

    Sejak kejadian malam itu, Asya sudah tidak begitu takut keluar malam untuk makan. Toh Jayden hanya akan menatapnya dari kejauhan tanpa berniat untuk menyapa. Walaupun kadang ia merasa risih, tapi tidak masalah asalkan perutnya terisi."Perutmu itu karet, ya? Setiap malam kamu mengendap-endap keluar dari kamar buat ambil makanan. Sebelum tidur harusnya kamu makan." Jayden tiba-tiba saja menghampiri Asya yang tengah sibuk dengan makanan di tangannya."Jay..., eh Tuan..., eh aku panggilnya bagaimana ya?" Asya tampak kebingungan bagaimana cara dirinya memanggil Jayden."Boleh aku panggil Father seperti yang lain?" tanya Asya dengan suara pelan."Aku bukan ayahmu. Lagi, sudah berapa kali aku bilang jangan pakai baju Jerold. Bukannya aku sudah memberimu uang untuk membeli baju? Apa masih kurang?" tanya Jayden.Asya memilih diam, ia tidak suka dimarahi."Hey, lihat mataku. Aku sedang berbicara denganmu!" Jayden mengangkat dagu Asya dengan paksa agar wanita itu menatap matanya."Besok,

    Last Updated : 2022-09-02
  • Jerat Cinta Sang Mafia   Sang Dominan

    Asya menangis di pelukan Winny, ia benar-benar sakit hati dengan apa yang suaminya katakan. Ucapan sayang yang ia dapatkan selama ini kini telah berubah. Posisinya sebagai wanita kesayangan Qianno telah digantikan oleh perempuan baru bernama Nancy."Sudah ya..., dia tidak boleh lagi menjadi penyebab keluarnya air matmu setelah ini. Sekarang, kamu bisa menangis sepuasnya sebelum memilih untuk melupakan dan melenyapkan nama dia dari dalam hatimu," ucap Winny.Asya terus terisak pilu, pelukannya pada tubuh Winny semakin mengerat. "Aku harus apa setelah ini? Aku dibuang, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi. Qianno bahkan tidak menanyakan keadaan anaknya.""Shhh, masih ada kami di rumah father Jay. Kamu masih bisa tinggal di sana, aku akan menemanimu."Asya melepaskan pelukannya, wanita itu menatap wajah Winny penuh harap. "Bilang sama aku, bagaimana caranya bergabung dengan kalian. Aku akan menepati janjiku untuk menjadikan diriku penyebab kematian anak mereka. Kebahagiaan mereka haru

    Last Updated : 2022-09-02
  • Jerat Cinta Sang Mafia   Lebih Dekat Dengan Kematian

    "Asya, kamu kenapa? Badanmu merah-merah bekas cambukan?" tanya Jerold khawatir. Pria itu mengusap-usap lengan Arabella yang tampak memerah."Namaku Arabella. Jangan sebut lagi nama selain itu," jawab Arabella lirih."Okay..., Arabella. Siapa yang melakukan hal ini?""Theo. Atas perintah Jayden, aku menolak permintaannya," jawab Arabella.Jerold menggelengkan kepalanya pelan, "Sial! Tunggu di sini."Arabella menahan lengan Jerold. Ia sedang tidak ingin mendengar keributan. "Tidak perlu menemuinya. Bukankah kamu juga sudah sering dipukuli kakak sialanmu itu?""Dapat bahasa kasar dari mana kamu? Good girl...." Jerold mengusap kepala Arabella layaknya seekor kucing. "Kamu belajar dengan cepat."Arabella tertawa sarkasm, wanita itu baru sadar jika dirinya tengah terperangkap oleh sepasang kakak adik yang sedikit tidak waras."Memangnya Jayden memberimu perintah apa? Baru bergabung dan kamu sudah berulah membantah ucapannya?" lanjut Jerold. Pria itu memiringkan kepala untuk meneliti

    Last Updated : 2022-09-02
  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bibirmu Queen....

    Jerold memposisikan diri seperti sedang memeluk Arabela dari belakang. "Tutup satu matamu, Queen.""Kenapa harus?" tanya sang wanita."Agar targetnya bisa terlihat dengan jelas, Sayang. Coba bandingkan, melihat dengan dua mata dan melihat dengan satu mata yang tertutup, lebih baik mana?" jelas Jerold.Arabella langsung melakukan apa yang diucapkan oleh Jerold. Matanya ia pejamkan sebelah, mengincar target bidik di hadapannya dengan jarak dekat sebagi pemula."Pegang kuat-kuat penuh dengan keyakinan. Lepaskan satu tembakan dengan percaya diri ke arah titik yang sudah disiapkan."Dor!Arabella refleks melemparkan pistol di tangannya, wanita itu gemetar. Ini benar-benar bukan dirinya."Queen! Tindakanmu itu berbahaya! Bagaimana jika itu melukai rekanmu atau bahkan dirimu sendiri nantinya?" tegur Jerold dengan nada serius.Arabella berjongkok sembari memegangi kedua telinganya. "Aku takut Jerold. Rasanya seperti aku sedang melakukan dosa besar yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya."

    Last Updated : 2022-09-02

Latest chapter

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bibirmu Queen....

    Jerold memposisikan diri seperti sedang memeluk Arabela dari belakang. "Tutup satu matamu, Queen.""Kenapa harus?" tanya sang wanita."Agar targetnya bisa terlihat dengan jelas, Sayang. Coba bandingkan, melihat dengan dua mata dan melihat dengan satu mata yang tertutup, lebih baik mana?" jelas Jerold.Arabella langsung melakukan apa yang diucapkan oleh Jerold. Matanya ia pejamkan sebelah, mengincar target bidik di hadapannya dengan jarak dekat sebagi pemula."Pegang kuat-kuat penuh dengan keyakinan. Lepaskan satu tembakan dengan percaya diri ke arah titik yang sudah disiapkan."Dor!Arabella refleks melemparkan pistol di tangannya, wanita itu gemetar. Ini benar-benar bukan dirinya."Queen! Tindakanmu itu berbahaya! Bagaimana jika itu melukai rekanmu atau bahkan dirimu sendiri nantinya?" tegur Jerold dengan nada serius.Arabella berjongkok sembari memegangi kedua telinganya. "Aku takut Jerold. Rasanya seperti aku sedang melakukan dosa besar yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya."

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Lebih Dekat Dengan Kematian

    "Asya, kamu kenapa? Badanmu merah-merah bekas cambukan?" tanya Jerold khawatir. Pria itu mengusap-usap lengan Arabella yang tampak memerah."Namaku Arabella. Jangan sebut lagi nama selain itu," jawab Arabella lirih."Okay..., Arabella. Siapa yang melakukan hal ini?""Theo. Atas perintah Jayden, aku menolak permintaannya," jawab Arabella.Jerold menggelengkan kepalanya pelan, "Sial! Tunggu di sini."Arabella menahan lengan Jerold. Ia sedang tidak ingin mendengar keributan. "Tidak perlu menemuinya. Bukankah kamu juga sudah sering dipukuli kakak sialanmu itu?""Dapat bahasa kasar dari mana kamu? Good girl...." Jerold mengusap kepala Arabella layaknya seekor kucing. "Kamu belajar dengan cepat."Arabella tertawa sarkasm, wanita itu baru sadar jika dirinya tengah terperangkap oleh sepasang kakak adik yang sedikit tidak waras."Memangnya Jayden memberimu perintah apa? Baru bergabung dan kamu sudah berulah membantah ucapannya?" lanjut Jerold. Pria itu memiringkan kepala untuk meneliti

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Sang Dominan

    Asya menangis di pelukan Winny, ia benar-benar sakit hati dengan apa yang suaminya katakan. Ucapan sayang yang ia dapatkan selama ini kini telah berubah. Posisinya sebagai wanita kesayangan Qianno telah digantikan oleh perempuan baru bernama Nancy."Sudah ya..., dia tidak boleh lagi menjadi penyebab keluarnya air matmu setelah ini. Sekarang, kamu bisa menangis sepuasnya sebelum memilih untuk melupakan dan melenyapkan nama dia dari dalam hatimu," ucap Winny.Asya terus terisak pilu, pelukannya pada tubuh Winny semakin mengerat. "Aku harus apa setelah ini? Aku dibuang, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi. Qianno bahkan tidak menanyakan keadaan anaknya.""Shhh, masih ada kami di rumah father Jay. Kamu masih bisa tinggal di sana, aku akan menemanimu."Asya melepaskan pelukannya, wanita itu menatap wajah Winny penuh harap. "Bilang sama aku, bagaimana caranya bergabung dengan kalian. Aku akan menepati janjiku untuk menjadikan diriku penyebab kematian anak mereka. Kebahagiaan mereka haru

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Malaikat Kematian

    Sejak kejadian malam itu, Asya sudah tidak begitu takut keluar malam untuk makan. Toh Jayden hanya akan menatapnya dari kejauhan tanpa berniat untuk menyapa. Walaupun kadang ia merasa risih, tapi tidak masalah asalkan perutnya terisi."Perutmu itu karet, ya? Setiap malam kamu mengendap-endap keluar dari kamar buat ambil makanan. Sebelum tidur harusnya kamu makan." Jayden tiba-tiba saja menghampiri Asya yang tengah sibuk dengan makanan di tangannya."Jay..., eh Tuan..., eh aku panggilnya bagaimana ya?" Asya tampak kebingungan bagaimana cara dirinya memanggil Jayden."Boleh aku panggil Father seperti yang lain?" tanya Asya dengan suara pelan."Aku bukan ayahmu. Lagi, sudah berapa kali aku bilang jangan pakai baju Jerold. Bukannya aku sudah memberimu uang untuk membeli baju? Apa masih kurang?" tanya Jayden.Asya memilih diam, ia tidak suka dimarahi."Hey, lihat mataku. Aku sedang berbicara denganmu!" Jayden mengangkat dagu Asya dengan paksa agar wanita itu menatap matanya."Besok,

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Aku Kelaparan, Jayden!

    Sudah hampir sepuluh hari Asya berada di markas mewah milik father Jay. Wanita itu bahkan belum diberikan pekerjaan yang pasti. Hanya saja ia mendapatkan tugas untuk memberikan makan hewan peliharaan milik Jayden.Seekor beruang coklat besar yang mungkin bisa saja menyantap Asya jika hewan itu kelaparan.Hari pertama melaksanakan tugas itu, Asya hampir pingsan andai saja Jerold tidak segera menenangkan sang beruang yang mengamuk karena masih asing dengan wajah Asya.Seekor beruang cokelat besar yang Jayden beri nama Kaison."Kaison sepertinya sudah mulai terbiasa dengan kehadiranmu. Dia suka wanita-wanita cantik asal kamu tahu," ucap Jerold yang tiba-tiba sudah berada di belakang tubuh Asya.Asya berbalik badan menghadap ke arah Jerold. "Mana ada hewan seperti itu?""Ada, Kaison."Asya tertawa renyah mendengar candaan Jerold. Sungguh, pria ini sangat berbeda dengan kakaknya yang kaku dan jarang tersenyum. Seakan dunia kiamat jika ia mengeluarkan sedikit saja tawanya."Kamu betah di si

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Pesona Pria Bertopeng

    "Father, sepertinya kita salah orang. Dia hanya wanita hamil yang mungkin saja kebetulan satu kereta dengan kita kemarin...," ucap Theo. Pria itu menguping pembicaraan dokter dengan pembantu tua yang sudah puluhan tahun bekerja di mansion mewah milik Jay.Father Jay tampak terkejut tentu saja. Walaupun dia pria yang angkuh, tetapi tetap saja jika dirinya salah maka harus mengakuinya."Bayinya bagaimana?"Theo menggeleng, menandakan bahwa janinnya tidak bisa diselamatkan. "Bayinya memang sudah meninggal, mungkin saat dia ada di kereta, wanita itu sudah mengalami keguguran."Jay terdiam, pria itu menunggu dokter keluar. Setelah itu dia akan melihat keadaan Asya."Panggilkan Winny." Theo langsung mengangguk dan segera pergi. Ia paham betul jika father Jay tidak bisa menunggu lama atau dia akan murka."Winny..., Manis..., kamu di mana?" goda Theo. Pria berambut silver itu memang paling hoby membuat Winny naik darah. "To the point, aku tidak ada waktu buat meladeni omong kosongnya!" sungu

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Pendarahan Hebat

    Asya membuka mata perlahan, kepalanya terasa sangat pening karena terlalu lama tertidur dan juga perutnya yang kosong belum terisi apa pun semenjak ia meninggalkan rumah. Wanita itu menatap sekeliling, netranya menatap asing pada barang-barang yang ada di sana. Ini tentu saja bukan tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya, kan?Asya ingin beranjak dari ranjang besar mewah yang sedang ia tiduri, namun wanita itu langsung mengernyit, mencengkeram perutnya yang terasa sangat nyeri. Dengan pakaian dan bekas-bekas darah yang masih sama dengan keadaannya saat kabur dari rumah sang suami."Ahh, ssshh, sakit!" keluhnya lirih. Asya memilih untuk berbaring miring, meraih segelas air putih pada nakas yang tepat berada di sampingnya.Cklek ....Suara pintu terbuka. Namun, Asya enggan untuk melihat siapa yang datang. Karena, jujur saja ia merasa sangat takut saat ini. Ia tengah berada di tempat asing yang sama sekali tidak pernah ia lihat."Aku tahu, kamu sudah bangun. Hadap kemari!" titah pria y

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Markas Father Jay

    "Arggghhhh ...." Erangan penuh pesakitan keluar dari mulut Asya, saat sang suami tidak sengaja menendang perut wanita itu untuk menghalangi tujuan Asya yang ingin melayangkan pukulan ke arah perut Nancy."Aarrggh! Sakit!" Teriakan Asya menyadarkan Qianno yang masih berdiam kaku memeluk tubuh Nancy, istri keduanya."Asya!" teriak Qianno setelah menyadari jika sang istri tengah tersungkur karena terkena tendangan kaki tepat diperutnya.Pria itu segera berlari ingin menghampiri Asya, namun wanita itu menolaknya dengan keras."Jangan menyentuhku! Kalau sampai terjadi sesuatu dengan anakku. Aku, tidak akan segan untuk membunuh anak yang dikandung wanita sialan itu sebagai balasannya!""Tidak Sayang, aku tidak sengaja. Maafkan aku, ayo kita ke rumah sakit!" bujuk Qianno.Wanita itu menggeleng pelan sembari meringis kesakitan. "Pilih dulu salah satu, aku atau wanita itu yang akan tetap tinggal di rumah ini. Pilih Ge!"Qianno terdiam, ia bingung harus bagaimana. Pria itu sama sekali tidak b

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Istri Kedua

    Hari ini Asya kembali di tinggal sendirian. Tiba-tiba saja suaminya pergi, pria itu bilang jika ada kepentingan mendesak yang harus ia kerjakan.Dengan tergesa Qianno berlari keluar rumah, membawa ambilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.Melihat berapa panik pria itu, Asya menghela nafas lelah. Entah mengapa perasannya mengatakan bahwa ini ada hubungannya dengan foto yang kemarin ia dapatkan entah dari siapa."Apa kamu pergi menemuinya? Jika aku membunuh dia apa aku salah? Kamu yang bilang kan, jika aku berselingkuh maka kamu akan membunuh selingkuhanku. Berarti itu juga berlaku untukku, kan?"Raut wajah sedih Asya berganti dengan ekspresi datar, matanya menatap lekat ke arah depan namun tanpa tujuan. Sudah 1 bulan dari jadwalnya ia terakhir datang bulan, biasanya ia tepat waktu tapi ini sampai tanggal 20 ia belum juga mendapatkan tamu bulanannya. Biasanya tangan 16 sudah datang. Ingin mencoba memakai tes kehamilan namun ia takut kecewa lagi. Karena jika testpack menunjukkan hasi

DMCA.com Protection Status